Menggali wawasan tentang makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi MENGGALI WAWASAN TENTANG MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA dipilih karena Keluarga Katolik perlu menggali dan menekuni keterlibatannya dalam kegiatan gereja sejak usia dini supaya iman umat semakin berkembang dan terwujud dalam hidup sehari-hari, sebab iman menjadi dasar bagi umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membiasakan diri untuk selalu bijaksana dalam bertindak. Umat perlu terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Gereja. Maka dari itu, iman yang dimiliki oleh umat Katolik semakin berkembang dalam dirinya.

Selain itu, umat juga perlu terlibat aktif dalam kegiatan kerohanian, antara lain mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan berdevosi kepada Bunda Maria. Keluarga Katolik yang belum aktif dalam devosi kepada Bunda Maria di paroki, di wilayah, bahkan di lingkungan, disebabkan oleh banyaknya kesibukan dalam keluarga mereka, sehingga kurang memperhatikan unsur-unsur penting yang bisa digunakan untuk mengembangkan iman Katolik melalui devosi. Maka, iman yang dimiliki oleh umat akan semakin bertumbuh dan berkembang melalui tindakan konkret dalam hidup sehari-hari.

Permasalahan pokok dalam skripsi ini berkaitan dengan bagaimana cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga itu semakin dipahami dan dimaknai oleh keluarga-keluarga Katolik. Untuk itu dalam memecahkan persoalan tersebut dibutuhkan teori-teori yang relevan yaitu dengan menggunakan metode studi pustaka. Teori-teori tersebut ditemukan dengan membaca, memahami buku-buku dan dokumen-dokumen yang sesuai dengan persoalan tersebut, sehingga mampu memberikan saran bagi keluarga-keluarga Katolik dalam mengembangkan imannya.

Devosi kepada Bunda Maria merupakan bentuk kebaktian dan penghormatan terhadap Bunda Maria untuk menghayati iman kepercayaannya. Devosi tersebut bertujuan untuk mengembangkan iman Katolik bagi umat melalui perantara Bunda Maria. Oleh karena itu, keluarga-keluarga Katolik perlu memahami makna devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga demi perkembangan iman Katoliknya. Untuk kepentingan tersebut, penulis menjelaskan salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria yang mudah dan sesuai untuk dilaksanakan dalam keluarga beserta cara-cara berdoanya. Bentuk devosi tersebut adalah doa rosario suci, karena doa rosario merupakan doa penggabungan antara doa lisan dengan doa batin, doa permohonan, syukur dan pujian kepada Tuhan melalui Bunda Maria.


(2)

ABSTRACT

Title of the thesis COLLECTED CONCEPT ABOUT THE MEANING OF DEVOTION TO THE MOTHER MARY FOR DEVELOPING THE CATHOLIC FAITH FAMILY was chosen because Catholic families needs collected and diligently the involvement their from an early age in the life so that the faith of people is increasingly developed and realized, because it is the basis for people to be closer to the Lord and to always be wise to familiarize them selves in the real action. Peoples need an actively involve religious activities organized by the Catholic Church. Because of the case, faith of the Catholic people are more develop in their self.

Moreover, people also need to actively involve in spiritual activities, among others, attending the celebration of the Eucharist on Sundays and praying devotion to the Mother Mary. Catholic family that has not been active in the devotion to the blessed Mother Mary in the parish, in the region, even in the environment, caused by the large number of activities in their families, so little regard for the essential elements that can be used to develop the Catholic faith through devotion. Then, the faith which is owned by the people will increasingly grow and develop through concrete actions in daily life.

The main problem of this thesis is how to devote to Mother Mary for developing Catholic family faith will be more understood and meant by Catholic families. To solve that problem, relevant theories are needed by using literature method. These theories are found by reading, understanding of books and documents that correspond to the issue. The aim is to provide advice for Catholic families in developing his faith.

Devotion to Mother Mary is a form of worship and veneration of the Mother Mary to live up our faith. The aim of devotion is to develop Catholic faith for Church people through Mother Mary. Therefore, Catholic families need to understand the meaning of devotion to the blessed Mother Mary in the family for the sake of their Catholic faith development. For these purposes, the author describes one form of devotion to Mother Mary in an easy and suitable way to be carried out within the family including the ways. That devotion form is holy rosary, because this pray is combination between oral prayer, supplication, thanks giving and praise to God through Mother Mary.


(3)

MENGGALI WAWASAN

TENTANG MAKNA LEVOSI KEPALA BUNLA MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Proeram Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Aeama Katolik

Oleh:

Maria Wuriusadani NIM: 101124014

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

 Keluareaku (Bapak M.Katmo, Ibu Y.Sumiastuti, Mas dan Mbak tersayane) yane selalu setia mendampineiku dalam studi sampai selesai.

 Antonius Wahyu Budi Santosa beserta keluarea yane telah memotivasiku dalam menyelesaikan skripsi.


(7)

v MOTTO

 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan baeimu (Luk.11: 9).

 Prinsip dan komitmen itu pentine untuk meraih cita-cita.

 Lanekah bijak hanyalah kata lebih bijaksana laei denean perbuatan konkret, walaupun hal kecil yakinilah itu.


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 April 2015

Penulis

Maria Wuriusadani


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJ UAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Wuriusadani

NIM : 101124014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya berjudul:

MENGGALI WAWASAN TENTANG MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA

MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dan mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikannya diinternet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti

kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Tanggal 28 April 2015

Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi MENGGALI WAWASAN TENTANG MAKNA LEVOSI KEPALA BUNLA MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA dipilih karena Keluarea Katolik perlu meneeali dan menekuni keterlibatannya dalam keeiatan eereja sejak usia dini supaya iman umat semakin berkembane dan terwujud dalam hidup sehari-hari, sebab iman menjadi dasar baei umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membiasakan diri untuk selalu bijaksana dalam bertindak. Umat perlu terlibat aktif dalam keeiatan-keeiatan yane diseleneearakan oleh Gereja. Maka dari itu, iman yane dimiliki oleh umat Katolik semakin berkembane dalam dirinya.

Selain itu, umat juea perlu terlibat aktif dalam keeiatan kerohanian, antara lain meneikuti perayaan Ekaristi pada hari Mineeu dan berdevosi kepada Bunda Maria. Keluarea Katolik yane belum aktif dalam devosi kepada Bunda Maria di paroki, di wilayah, bahkan di linekunean, disebabkan oleh banyaknya kesibukan dalam keluarea mereka, sehineea kurane memperhatikan unsur-unsur pentine yane bisa dieunakan untuk meneembanekan iman Katolik melalui devosi. Maka, iman yane dimiliki oleh umat akan semakin bertumbuh dan berkembane melalui tindakan konkret dalam hidup sehari-hari.

Permasalahan pokok dalam skripsi ini berkaitan denean baeaimana cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk meneembanekan iman Katolik keluarea itu semakin dipahami dan dimaknai oleh keluarea-keluarea Katolik. Untuk itu dalam memecahkan persoalan tersebut dibutuhkan teori-teori yane relevan yaitu denean meneeunakan metode studi pustaka. Teori-teori tersebut ditemukan denean membaca, memahami buku-buku dan dokumen-dokumen yane sesuai denean persoalan tersebut, sehineea mampu memberikan saran baei keluarea-keluarea Katolik dalam meneembanekan imannya.

Devosi kepada Bunda Maria merupakan bentuk kebaktian dan penehormatan terhadap Bunda Maria untuk menehayati iman kepercayaannya. Devosi tersebut bertujuan untuk meneembanekan iman Katolik baei umat melalui perantara Bunda Maria. Oleh karena itu, keluarea-keluarea Katolik perlu memahami makna devosi kepada Bunda Maria dalam keluarea demi perkembanean iman Katoliknya. Untuk kepentinean tersebut, penulis menjelaskan salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria yane mudah dan sesuai untuk dilaksanakan dalam keluarea beserta cara-cara berdoanya. Bentuk devosi tersebut adalah doa rosario suci, karena doa rosario merupakan doa peneeabunean antara doa lisan denean doa batin, doa permohonan, syukur dan pujian kepada Tuhan melalui Bunda Maria.


(11)

ix ABSTRACT

Title of the thesis COLLECTED CONCEPT ABOUT THE MEANING OF DEVOTION TO THE MOTHER MARY FOR DEVELOPING THE CATHOLIC FAITH FAMILY was chosen because Catholic families needs collected and dilieently the involvement their from an early aee in the life so that the faith of people is increasinely developed and realized, because it is the basis for people to be closer to the Lord and to always be wise to familiarize them selves in the real action. Peoples need an actively involve relieious activities oreanized by the Catholic Church. Because of the case, faith of the Catholic people are more develop in their self.

Moreover, people also need to actively involve in spiritual activities, amone others, attendine the celebration of the Eucharist on Sundays and prayine devotion to the Mother Mary. Catholic family that has not been active in the devotion to the blessed Mother Mary in the parish, in the reeion, even in the environment, caused by the laree number of activities in their families, so little reeard for the essential elements that can be used to develop the Catholic faith throueh devotion. Then, the faith which is owned by the people will increasinely erow and develop throueh concrete actions in daily life.

The main problem of this thesis is how to devote to Mother Mary for developine Catholic family faith will be more understood and meant by Catholic families. To solve that problem, relevant theories are needed by usine literature method. These theories are found by readine, understandine of books and documents that correspond to the issue. The aim is to provide advice for Catholic families in developine his faith.

Devotion to Mother Mary is a form of worship and veneration of the Mother Mary to live up our faith. The aim of devotion is to develop Catholic faith for Church people throueh Mother Mary. Therefore, Catholic families need to understand the meanine of devotion to the blessed Mother Mary in the family for the sake of their Catholic faith development. For these purposes, the author describes one form of devotion to Mother Mary in an easy and suitable way to be carried out within the family includine the ways. That devotion form is holy rosary, because this pray is combination between oral prayer, supplication, thanks eivine and praise to God throueh Mother Mary.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang selalu setia menuntun dan

menemani penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI

WAWASAN TENTANG MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA

UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA.

Penulis menyusun skripsi dengan judul tersebut berkat keterlibatan dan

pengamatan penulis terhadap keterlibatan umat dalam kegiatan menggereja.Skripsi

ini akan menekankan tentang proses mengembangkan iman Katolik dengan cara

devosi kepada Bunda Maria terutama oleh keluarga masing-masing dan

dikembangkan kembali ke dalam keluarga Katolik secara umum. Skripsi ini juga

digunakan sebagai syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program

Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Rm. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed., selaku Kepala Program Studi IPPAK yang memberikan persetujuan bagi penulis dalampenyusunan skripsi.

2. Rm. Dr.Bernardus Agus Rukiyanto, SJ., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skrispsi ini dengan sabar, tekun dan setia memberikan kritik dan saran bagi penulis.

3. Rm. Dr.C.B. Putranta, SJ., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi arahan pada penulis untuk memperbaiki skripsi ini.


(13)

xi

4. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

memberi nasehat dan bimbingan bagi penulis untuk segera merevisi skripsi ini.

5. Segenap civitas akademika Program Studi IPPAK, FKIP, USD Yogyakarta

yang selalu memotivasi penulis selama studi.

6. Saudara-saudari seperjuangan angkatan 2010 yang sanggup membantu dan

memberi perhatian bagi penulis dalam belajar dan menyusun skripsi.

7. Keluarga penulis dan keluarga Antonius Wahyu Budi Santosa, yang telah

mendukung penyusunan skripsi ini sampai selesai.

8. Semua pihak yang selama ini membantu memotivasi penulis dalam

penyusunan skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan,

karena adanya keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada

kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Yogyakarta, 28 April 2015

Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakane ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 8

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penulisan ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA DALAM KELUARGA ... 10

A. Devosi ... 10

1. Peneertian Devosi ... 10

2. Ketentuan Devosi ... 11

a. Ketentuan Objektif ... 11

b. Ketentuan Subektif ... 11

3. Tujuan dan Manfaat Devosi ... 12

4. Sarana Devosi ... 12

5. Makna dan Dasar Kehidupan Devosi baei Umat ... 13


(15)

xiii

1. Siapa Bunda Maria? ... 14

a. Hamba yane Rendah ... 14

b. Bunda Pendoa ... 15

c. Bunda Pemberani ... 15

d. Bunda Pemersatu ... 16

e. Bunda Allah ... 16

f. Bunda Gembala yane Baik ... 18

e. Bunda Penebus ... 19

h. Ibu Yesus ... 19

i. Ibu Perawan ... 20

2. Visi Iman Bunda Maria ... 21

3. Kekudusan dan Keistimewaan Bunda Maria ... 22

4. Jiwa dan Semaneat Bunda Maria ... 23

5. Gelar-eelar Bunda Maria ... 24

a. Cermin Kebenaran ... 24

b. Tahta Kebijaksanaan ... 24

c. Bejana Rohani dan Bejana Kebaktian Utama ... 25

d. Bentene Daud dan Bentene Gadine ... 26

e. Rumah Kencana ... 26

f. Pintu Surea ... 27

e. Bintane Timur/Kejora ... 27

h. Bunea Mawar yane Ajaib ... 27

i. Perlindunean Orane Berdosa dan Ratu Damai ... 28

6. Bentuk Devosi kepada Bunda Maria ... 29

a. Peneertian Devosi kepada Bunda Maria ... 29

b. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria ... 30

1) Salam Maria ... 31

2) Doa Rosario ... 31

3) Doa Litani Santa Maria ... 32

4) Doa Malaikat Tuhan ... 32

5) Leeio Maria ... 33


(16)

xiv

7) Ziarah ke Gua-eua Maria ... 34

7. Pesta Liturei kepada Bunda Maria ... 36

C. Keluarea ... 36

1. Peneertian Keluarea ... 36

a. Keluarea adalah Pribadi-pribadi dalam Cinta Kasih ... 37

b. Keluarea adalah Persekutuan Pembela Kehidupan ... 37

c. Keluarea adalah Gereja Rumah Taneea ... 37

d. Keluarea adalah Masyarakat Kecil ... 38

2. Makna Keluarea ... 39

3. Hidup sebaeai Keluarea yane Sehat ... 40

a. Fase Pertama adalah Proses Memberi Dukunean ... 41

b. Fase Kedua adalah Menyembuhkan ... 41

c. Fase Ketiea adalah Bertumbuh dan Berkembane ... 42

4. Peran dan Keterlibatan Keluarea ... 43

a. Membentuk Persekutuan Pribadi-pribadi ... 43

b. Meneabdi kepada Kehidupan ... 43

c. Ikutserta dalam Peneembanean Masyarakat ... 44

d. Berperanserta dalam Kehidupan dan Misi Gereja ... 45

5. Hal-ikhwal Hidup Berkeluarea ... 47

a. Permasalahan Keluarea ... 47

b. Pernikahan sebaeai Sakramen ... 47

c. Persiapan dan Pastoral Keluarea ... 48

d. Keluarea sebaeai Sel Gereja dan Masyarakat ... 49

e. Tueas Pokok Oranetua dalam Keluarea ... 50

1) Pendidikan Dasar ... 50

2) Pendidikan Rohani ... 50

f. Kebutuhan Seorane Anak dalam Keluarea ... 52

Ranekuman ... 53

BAB III IMAN KATOLIK ... 55

A. Iman ... 55


(17)

xv

2. Makna Iman ... 57

3. Sikap dan Perbuatan dalam Iman ... 59

4. Dasar Iman ... 60

a. Iman Para Rasul ... 60

b. Peristiwa Inkarnasi ... 61

5. Sumber Iman ... 61

a. Tradisi dan Kitab Suci ... 61

b. Maeisterium (Wewenane Meneajar) ... 63

B. Katolik ... 65

1. Peneertian Katolik ... 65

2. Beriman Katolik ... 66

a. Berpikir Katolik ... 67

b. Berperilaku Katolik ... 69

3. Tujuan Beriman Katolik ... 70

4. Identitas Beriman Katolik ... 70

5. Ajaran-ajaran Pokok Iman Katolik ... 71

a. Allah ... 71

b. Yesus ... 71

1) Putera Allah ... 72

2) Anak Manusia ... 73

3) Tuhan ... 73

4) Kristus (Mesias, Almasih) ... 73

5) Sane Sabda (Sabda Allah) ... 74

6) Hamba Allah ... 74

7) Sebutan-sebutan Lain ... 75

c. Trinitas ... 75

d. Penebusan ... 77

e. Sakramen ... 78

f. Devosi ... 79

C. Meneembanekan Iman Katolik ... 80

1. Mendalami dan Mendenearkan Firman Tuhan ... 80


(18)

xvi

3. Devosi kepada Bunda Maria ... 82

4. Spiritualitas ... 82

5. Peneharapan ... 83

6. Meneikuti Suara Hati dari Tuhan ... 83

Ranekuman ... 84

BAB IV MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK ... 86

A. Makna Devosi kepada Bunda Maria baei Keluarea dalam Meneembanekan Iman Katolik ... 86

B. Doa Rosario sebaeai Salah Satu Bentuk Devosi kepada Bunda Maria dalam Keluarea untuk Meneembanekan Iman Katolik ... 88

1. Alasan Devosi kepada Bunda Maria melalui Doa Rosario ... 88

2. Cara Devosi kepada Bunda Maria baei Keluarea melalui Doa Rosario ... 89

a. Peneantar dan Intensi Keluarea ... 89

b. Cara Berdoa Rosario ... 90

c. Keteranean Cara Doa Rosario ... 90

d. Catatan Doa-doa ... 91

1) Doa-doa yane didaraskan dalam Doa Rosario ... 91

2) Peristiwa-peristiwa yane dieunakan dalam Doa Rosario ... 93

a) Peristiwa Gembira (Senin, Sabtu) ... 93

b) Peristiwa Sedih (Selasa, Jumat) ... 95

c) Peristiwa Mulia (Rabu, Mineeu) ... 97

d) Peristiwa Terane (Kamis) ... 99

3. Aksi Konkret Bentuk Devosi kepada Bunda Maria ... 101

BAB V PENUTUP ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN ... 107

DATA BUKTI LATAR BELAKANG BERDASARKAN PENGALAMAN KETERLIBATAN UMAT KATOLIK ... ( 1 )


(19)

xvii

LAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Sinekatan Kitab Suci dalam skripsi ini disesuaikan denean Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru serta Terjemahan Baru yane diseleneearakan oleh Lembaea Alkitab Indonesia, ditambah denean Kitab-kitab Deuterokanonika yane diseleneearakan oleh Lembaea Biblika Indonesia, Jakarta 2000

B. Singkatan Lokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II yane membahas tentane Kerasulan Awam, 2 Februari 1993

DV : Dei Verbum, Konstitusi Doematis Konsili Vatikan II yane membahas meneenai Wahyu Ilahi, 2 Februari 1993

FC : Familiaris Consortio, Seri Dokumen Gerejawi no.30 Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Imam-imam dan Umat Beriman seluruh Gereja Katolik tentane Peranan Keluarea Kristiani dalam Dunia Modern, 22 November 1981

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Doematis Konsili Vatikan II yane membahas tentane Gereja, 2 Februari 1993

C. Singkatan Lain

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia. PGKI : Pedoman Gereja Katolik Indonesia.


(20)

BABBIB PENDAHULUANB

B

A. LatarBBelakangBB

Keluarga Katolik perlu menggali dan menekuni keterlibatannya dalam kegiatan gereja sejak usia dini supaya iman umat semakin berkembang dan terwujud dalam hidup sehariihari, sebab iman menjadi dasar bagi umat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membiasakan diri untuk selalu bijaksana dalam melakukan segala hal. Umat perlu terlibat aktif dalam kegiatanikegiatan yang diselenggarakan oleh Gereja. Maka dari itu, iman yang dimiliki oleh umat Katolik semakin bertumbuh dan berkembang dalam dirinya. Peduli, peka dan kesadaran diri dalam kegiatan penghayatan dan pengungkapan iman perlu ditingkatkan, supaya imannya akan Yesus Kristus terwujud melalui perbuatannya (data terlampir no.6).

Iman itu sendiri dengan sendirinya akan muncul dalam diri umat, maka iman perlu dikembangkan dan diperjuangkan serta membutuhkan proses. Iman muncul sesuai rencana, tujuan dan kehendak Tuhan, umat perlu menjalin keakraban dengan Tuhan supaya imannya semakin meningkat dan mengalami perubahan dalam bersikap. Dalam surat Ibr.11:7 dituliskan bahwa “Karena iman, maka Nuh dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya”. Untuk itu, dalam surat Ibrani menganjurkan kepada keluarga Katolik untuk selalu taat mengikuti petunjukipetunjuk dari Tuhan dengan kekuatan iman demi keselamatan


(21)

bersama, sehingga perlu meluangkan waktu untuk taat dengan ajaraniNya (data terlampir no.3).

Gereja dalam memperkembangkan dan mempertanggungjawabkan imannya antara lain melalui perbuatan konkret dan persekutuan doa bersama. Oleh sebab itu, seluruh keluarga yang beriman Katolik pun masih mengalami berbagai tantangan untuk melanjutkan karyaikarya Allah yang diturunkan bagi seluruh umat Katolik. Umat Katolik menjadi bagian penting Gereja, karena Gereja Katolik itu akan semakin tumbuh dan berkembang apabila ada keaktifan, keterlibatan dan suatu pertemuan antar pribadi, sehingga iman kekatolikkan mereka semakin tampak dari keluargaikeluarga yang memiliki kedewasaan iman (data terlampir no.10).

Umat Katolik telah mengetahui dan mengenal Tuhan secara mendalam, mereka mengetahui dan percaya kepadaiNya melalui kesadaran diri mereka masingimasing dan dengan perantara orang lain. Seseorang yang ingin mengenal Tuhan bisa dilaksanakan dengan cara meluangkan waktu untuk berkomunikasi dan bergaul denganiNya, supaya mereka semakin bersungguhisungguh dalam memperdalam imannya. Tuhan menghendaki adanya suatu keyakinan umat yang ingin mengenali Nya, maka salah satu sifat yang bisa membantu umat untuk mengenal Tuhan adalah sifat kepatuhan, karena dengan patuh dan taat dengan perintahiNya, umat akan semakin beriman dan semakin mengenal kepribadian Tuhan yang sesungguhnya.

Keluarga Katolik diharapkan mampu terlibat secara aktif dalam kegiatani kegiatan menggereja. Tuhan mengajarkan sendiri dalam I Kor.15:58 yang mengatakan bahwa “Karena itu, saudaraisaudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak siaisia”. Jadi, ayat tersebut


(22)

3

mengajak keluarga Katolik supaya tetap berani berpegang teguh dan berusaha secara maksimal untuk kemuliaan Tuhan, karena segala sesuatu yang dilakukan keluarga Katolik melalui persekutuan sangat bermanfaat dalam memperkembangkan imannya terutama dalam menjalin komunikasi denganiNya.

Keluargaikeluarga Katolik sendiri telah memikirkan dan menerapkan tindakani tindakan yang dikehendaki oleh Tuhan dalam mengusahakan perkembangan imannya, bersedia mengorbankan kepentingan duniawi demi hidup bersama sebagai anggota Gereja yang mengenal Tuhan. Keluarga yang menjadi anggota Gereja mampu berpikir dan berperilaku Katolik dalam memperjuangkan imannya supaya semakin beriman kepada Tuhan. Iman Katolik pun membutuhkan perjuangan dari umat Katolik itu sendiri dengan pertolongan Allah, agar mereka semakin mampu menggali wawasan secara luas yang berkaitan dengan agama, teologi dan materi lain, karena hal tersebut bisa membantu semua umat yang menginginkan imannya bertumbuh dan berkembang di dalam tindakan konkret (data terlampir no.7).

Selain terlibat aktif dalam kegiatan rohani, umat perlu juga melaksanakan suatu devosi kepada Bunda Maria dalam mengembangkan iman keluarganya. Devosi tersebut membutuhkan kesungguhan dan pemahaman bagi keluarga Katolik dengan memahami makna dan arti pentingnya. Pengertian devosi sebagai suatu bentuk kegiatan Gereja dalam menghayati iman katoliknya kepada Tuhan. Penghayatan iman agar berkembang dengan baik tidak dengan berdevosi saja, tetapi bisa dengan membaca dan memahami ayat Kitab Suci dan mendengarkan firmaniNya juga secara rutin (data terlampir no.5).

Keluargaikeluarga Katolik bukan hanya memikirkan hidupnya sendiri dalam keluarganya masingimasing, melainkan juga mengingat Tuhan dan sesama. Umat


(23)

Katolik diharapkan mampu menemukan tentang Tuhan secara totalitas, maka untuk menemukan jawaban tersebut, misalnya dengan menjalin keakraban bersama Tuhan baik dengan berdevosi kepada Bunda Maria, doa bersama maupun kegiatan lainnya yang sekiranya membantu, mendukung dan menunjang perkembangan imannnya. Akan tetapi, permasalahan yang dibahas dan menjadi fokus perhatian dalam skripsi ini mengenai devosi kepada Bunda Maria dalam mengembangkan iman Katolik keluarga (data terlampir no.9).

Banyak cara yang bisa digunakan oleh keluarga dalam meningkatkan dan mengembangkan imannya pada Yesus Kristus (data terlampir no.1). Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengembangkan iman tersebut dengan melaksanakan devosi kepada Bunda Maria, karena Bunda Maria sebagai Perawan Sejati yang paling suci dan pantas untuk diteladani oleh orangiorang yang beriman. Setiap pribadi perlu memperjuangkan perkembangan iman Katoliknya dengan sungguhi sungguh dan penemuannya sendiri meskipun membutuhkan bantuan orangiorang yang diutus oleh Tuhan. Devosi juga menjadi kekuatan dalam diri seseorang untuk berpasrah dan berserah diri kepada Tuhan agar iman yang dimiliki keluargaikeluarga Katolik semakin berkembang melalui proses perkenalan dan perjumpaan dengan Allah melalui perantara Bunda Maria, perkenalan tersebut akan membawa perubahan sikap bagi hidup seluruh umat beriman kristiani (Darminta, 1995a: 47).

Maka, keterlibatan keluarga Katolik dalam devosi kepada Bunda Maria di paroki, di stasi, di wilayah dan di lingkungan, dikarenakan banyaknya kesibukan dalam keluarga dan pekerjaan mereka, sehingga umat mampu memahami dan memperhatikan unsuriunsur penting yang bisa digunakan untuk mengembangkan iman Katolik keluarga melalui devosi tersebut. Keluargaikeluarga Katolik


(24)

5

membutuhkan daya tarik pemandu dalam menggunakan metodeimetode, seperti dengan berdevosi kepada Bunda Maria, sehingga membuat umat semakin semangat untuk melibatkan diri dalam pendalaman iman tersebut. Dalam devosi pun keluarga Katolik mengharapkan metode yang variatif, supaya menarik minat umat Katolik untuk berdevosi kepada Bunda Maria, karena banyak cara yang bisa diterapkan oleh pemandu dalam mengembangkan iman kekatolikan keluarga (data terlampir no.4 dan no.7).

Dalam lingkup keluarga perlu mengadakan doa bersama dalam mengembangkan iman Katolik dengan sepenuh hati terutama dengan melakukan devosi kepada Bunda Maria, karena Bunda Maria memiliki iman yang kuat dan selalu pasrah diri kepada Tuhan dalam menghadapi segala tantangan dan godaan dalam hidupnya. Bunda Maria sangat pantas untuk menjadi teladan bagi keluarga Katolik, karena Bunda Maria menjadi bagian dalam keluarga kudus Nazaret dan menjadi pilihan Allah. Kis.1:14 mengungkapkan bahwa “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersamaisama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudaraisaudara Yesus”. Jadi, ayat tersebut mengajak keluargaikeluarga yang beriman Katolik untuk selalu setia dan tekun dalam doa secara bersamaisama dengan tulus dan sepenuh hati (data terlampir no.2 dan no.8).

Konstitusi dogmatis Lumen Gentium yang membahas tentang Gereja juga mengingatkan semua umat beriman untuk melaksanakan bakti yang sejati kepada Bunda Maria, bukan hanya untuk menutupinutupi diri sebagai orang yang tekun beribadah sekaligus beriman dan bersifat sementara, melainkan juga menyadari bahwa devosi sungguhisungguh dilakukan dari hati dan bersifat kekal, karena hidup bakti atau hidup devosi berasal dari iman yang sejati dan bisa membantu umat untuk


(25)

mengakui segala keunggulan Bunda Maria, bahkan memotivasi seluruh umat supaya semakin mencintai dan meneladan keutamaanikeutamaan dari pribadi Bunda Maria (LG 67).

Bentuk devosi atau penghormatan kepada Bunda Maria merupakan suatu jalan untuk semakin menghormati kehadiran Tuhan sekaligus bentuk penghormatan kepadaiNya, karena Bunda Maria memiliki ikatan khusus dengan Yesus puteraiNya. Maka, Bunda Maria dan puteraiNya mempunyai ikatan yang sangat kuat, sehingga umat yang melihat penampakan Bunda Maria berarti ia melihat kehadiran Tuhan. Meskipun Bunda Maria hanya manusia biasa yang diberi rahmat dan diangkat oleh Allah untuk menjadi Bunda Allah dan Bunda bagi keluarga Katolik. Menghormati Bunda Maria bukan berarti mengabaikan Tuhan, melainkan mencari cara lain untuk menemukan Tuhan (data terlampir no.5).

Maka, dalam injil Yoh.14:6 Yesus berkata kepadanya: MAkulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. Jadi, keluargaikeluarga Katolik yang berdevosi kepada Bunda Maria, menjadikannya sebagai perantara untuk menghormati Tuhan, karena hanya Tuhan yang menjadi jalan untuk menemukan kebahagiaan hidup kekal, sehingga setiap keluarga membutuhkan perjuangan dan pengorbanan secara tulus ikhlas untuk menghadapi konsekuensi yang akan terjadi.

Oleh sebab itu, perjuangan dari keluargaikeluarga Katolik perlu diusahakan tampak secara maksimal dalam melaksanakan devosi kepada Bunda Maria bersama anggota keluarganya yang lain. Perjuangan dari setiap keluarga menjadi rangkaian awal dalam mengembangkan iman Katolik dari masingimasing pribadi. Perjuangan setiap keluarga akan menentukan hasil yang akan dituai dikemudian hari, maka


(26)

7

dalam injil Mat.7:7 dikatakan bahwa “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”. Dengan demikian, sudah jelas bahwa setiap keluarga yang berusaha dan berjuang dengan penuh ketekunan, Tuhan akan menuntun keluarga tersebut dalam memperjuangkan imannya kepada Tuhan.

Orangtua yang telah berpengalaman dan bertanggungjawab kepada perkembangan iman anak perlu dibiasakan sejak usia dini dalam melakukan doa bersama, supaya anakianak ketika tumbuh menjadi dewasa semakin mudah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui devosi kepada Bunda Maria. Dengan berdevosi bisa terbantu dalam mengembangkan imannya kepada Tuhan. Orangtua bisa menjadi dasar untuk mengarahkan anakianaknya dalam mengembangkan iman akan Yesus Kristus (data terlampir no.4).

Dengan demikian persoalanipersoalan yang dialami oleh setiap keluarga dalam bidang kerohanian itu berbedaibeda, antara lain kesibukan keluarga, kesulitan membagi waktu antara bekerja dan berdoa, perlu meningkatkan minat untuk terlibat di ladang Tuhan, perlu menggali pengetahuan baru yang luas tentang makna devosi, bentuk devosi dan cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga (data terlampir no.2, no.3, no.7, no.8 dan no.9). Dengan demikian berdasarkan alasanialasan yang tertulis di atas, penulis tertarik dan berminat untuk mengambil judul: “MENGGALI WAWASAN TENTANG MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA UNTUK MENGEMBANGKAN IMAN KATOLIK KELUARGA”.


(27)

B. Rumusan Permasalahan

1. Apa makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga?

2. Apa bentukibentuk devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik?

3. Bagaimana cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga?

C. Tujuan Penulisan

1. Memberikan informasi bagi para pembaca tentang makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.

2. Mengetahui bentukibentuk Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik.

3. Menemukan cara berdevosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pembaca

Pembaca memperoleh informasi dan inspirasi mengenai makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.

2. Bagi Penulis

Penulis menemukan dan memahami makna Devosi kepada Bunda Maria untuk mengembangkan iman Katolik keluarga.


(28)

9

3. Bagi Keluarga

Keluarga semakin menyadari dan memahami pentingnya makna Devosi kepada Bunda Maria bagi keluarga dalam mengembangkan iman Katolik.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dengan mencari, membaca, memahami, menggali dan menguraikan teoriiteori yang relevan berdasarkan pada bukuibuku sebagai sumber utama dalam membahas dan menyusunnya.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : membahas dan menguraikan tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : menguraikan tentang devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga. Bab III : mengulas dan membahas tentang iman Katolik dan cara mengembangkan

iman Katolik.

Bab IV : membahas tentang makna devosi kepada Bunda Maria bagi keluarga dalam mengembangkan iman Katolik dan salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria.


(29)

BABBIIB

DEVOSIBKEPADABBUNDABMARIABDALAMBKELUARGAB B

Dalam bab II ini, penulis akan menguraikan tentang devosi kepada Bunda Maria dalam keluarga. Bab ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama berisi tentang devosi, bagian kedua berisi tentang Bunda Maria dan bagian ketiga berisi tentang keluarga.

A. DevosiBB

1. PengertianBDevosiB

Devosi berasal dari bahasa Latin devotio dengan kata kerja devovere. Devosi merupakan penghayatan iman. Devosi berarti suatu sikap yang diterapkan dalam perbuatan nyata oleh seorang pribadi dalam mengarahkan diri kepada sesuatu (seseorang) yang dihormati dan dicintai dalam hidup. Apabila dalam devosi tersebut mengarah kepada Allah, maka devosi tersebut sebagai devosi religius (keagamaan). Hal itu diungkapkan oleh Groenen (1988: 150-151) bahwa penghayatan iman itu namanya devosi. Devosi (Latinnya: devotio, kata kerjanya devovere), berarti: suatu sikap hati serta perwujudannya, yang dengannya orang secara pribadi mengarahkan diri kepada sesuatu atau seseorang, yang dihargai, dijunjung tinggi, dicintai dan ditujui. Maka, devosi tersebut melibatkan sikap umat yang dipandang melalui segi emosional dan afektif serta tidak mengutamakan pola pikir dan akal budi dari umat.

Devosi merupakan bentuk kebaktian kepada sesuatu yang diyakini dan dipercaya oleh seseorang. Kekhasan devosi adalah objeknya sebagian dari iman Kristiani, objek tersebut dilambangkan dengan suatu bentuk yang nyata, sehingga


(30)

11

secara umum penghayatan seseorang menjadi peranan penting dalam melaksanakan devosi. Maka, devosi menjadi bentuk dari ungkapan iman Kristiani (Jacobs, 2002: 247).

Devosi merupakan sikap iman yang dinamis dalam melaksanakan kebiasaan umat, karena devosi membutuhkan penerapan dan perwujudan secara konkret dalam hidup sehari-hari. Unsur penting dalam berdevosi adalah melibatkan hati atau kehidupan afektif seseorang (Darminta, 1995a: 36).

2. Ketentuan Devosi

Ketentuan dalam cara berdevosi ada dua macam yaitu ketentuan secara objektif dan ketentuan secara subjektif. Ketentuan-ketentuan tersebut ialah sebagai berikut: a. Ketentuan Objektif

1) Devosi sunguh-sungguh merupakan motivasi dari Roh Kudus dan perlu adanya pedoman dalam pemilihan Roh, maka devosi perlu adanya persetujuan dari Gereja.

2) Devosi mampu memupuk perubahan hidup manusia untuk tinggal di dalam-Nya, sehingga semakin menghayati perasaan Yesus bukan hanya melalui batin melainkan juga melalui tindakan dan pengabdian.

b. Ketentuan Subjektif

1) Menyentuh hati seseorang, sehingga memotivasi dirinya untuk dekat dengan Tuhan dan mengalami perubahan dalam batinnya.

2) Devosi berdasarkan pada iman yang benar, maka seseorang dalam berdevosi perlu adanya keyakinan dan penghayatan terhadap imannya.


(31)

3) Sikap tanpa pamrih dalam mempertahankan dan mengembangkan bentuk pengabdian kepada Tuhan serta hidup demi kepentingan sesama.

4) Penyerahan diri dan keprihatinan tidak hanya sebagai kebutuhan sesaat ketika berdevosi dan mengabdi Tuhan.

Jadi, dengan adanya ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan devosi, devosi merupakan kegiatan rohani yang sangat penting bagi umat dan sudah terbukti bahwa devosi merupakan bagian yang sulit dipisahkan dengan hidup beriman (Darminta, 1995a: 39-41).

3. Tujuan dan Manfaat Devosi

Devosi atau kebaktian yang sejati mampu memotivasi seseorang untuk semakin mencintai sesama, membangun Gereja melalui persaudaraan dan persekutuan, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, untuk mengabdi kepada semua orang, untuk mengungkapkan rasa hormat dan bakti secara benar dalam memperoleh kekuatan Tuhan dalam menjalani peziarahan hidup supaya umat selalu mengandalkan bisikan Tuhan sampai akhir hidupnya. Maka St. Agustinus berkata bahwa rasa bakti itu sebagai kekuatan dalam menyucikan diri dan membantu tingkat keselamatan orang lain (Darminta, 1995a: 32-33).

e. Sarana Devosi

Patung dan gambar bagi umat Katolik berperan penting sebagai sarana devosi dan menunjang kehangatan dan emosional. Devosi tersebut dilakukan dengan berlutut di depannya, entah dengan mencium, melambai-lambai, mengelus-elus, atau pun berbagai macam cara yang lainnya sesuai keinginan para peziarah. Devosi bukan


(32)

13

hanya menarik perhatian melainkan juga memancing pola pikir seseorang. Agama monoteisme, menolak dan melawan benda-benda tersebut baik patung dan gambar Allah maupun patung dan gambar umat atau makhluk lainnya sebagai sarana dalam kegiatan kerohanian atau peribadatan. (Groenen, 1988: 182-184).

5. Makna dan Dasar Kehidupan Devosi bagi Umat

Umat yang menjalin kesatuan dengan Tuhan ada berbagai macam bentuk, maka juga ada berbagai macam bentuk kasih. Hubungan kasih kepada-Nya disebut sebagai hidup devosi atau hidup bakti kepada Tuhan. Oleh karena itu, umat dianjurkan untuk selalu mengabdi kepada Tuhan (Darminta, 1995a: 18).

Sapaan dan cinta kasih Tuhan dapat mempengaruhi pemikiran dan hati umat dalam menanggapi sekaligus menjawab sapaan tersebut, berarti umat sanggup untuk menyerahkan diri seutuhnya terhadap sapaan Tuhan. Perkenalan dengan Tuhan akan semakin memperdalam hubungan kasih antara Tuhan dengan umat-Nya, sehingga dengan hubungan tersebut, Tuhan sendiri memberi jaminan pernyataan, perlindungan, dan pemberian kekayaan dalam menjalani hidup-Nya, sedangkan dari pihak umat berupa penyerahan diri, kepatuhan, dan kerelaan hati untuk dilibatkan dalam belas kasih Tuhan kepada sesama (Darminta, 1995a: 29).

Umat yang secara penuh hidup bersatu dan berbakti dengan Allah berarti umat mengandalkan hidupnya kepada Tuhan sesuai dengan hukum-Nya dan menyerahkan dirinya secara totalitas, karena umat akan membuktikan diri bahwa ia selalu setia dengan-Nya. Darminta (1995a: 30) mengatakan bahwa

Dengan begitu manusia menyerahkan diri seutuhnya untuk Allah, mau hidup mengutamakan Allah, dan mau mengatur hidupnya seturut hukum Allah dan perintah Allah. Hidup bakti atau hidup devosi merupakan wujud kesetiaan


(33)

kepada kasih Allah, karena Allah sendiri telah menunjukkan kesetiaan-Nya kepada manusia.

Oleh sebab itu, umat diajak untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam melaksanakan segala sesuatu selama hidup-Nya, supaya kesetiaan umat yang ditujukan kepada Tuhan terbukti melalui tindakan sehari-harinya.

Devosi berkaitan erat dengan hidup kebatinan seseorang yang ingin mengembangkan iman melalui sikap. Maka kehidupan devosi sebagai suatu sarana dan perantara dalam memahami dan menghayati cara mengabdi kepada Tuhan. Cara berdevosi merupakan wujud ungkapan dari hati umat beriman untuk berbakti kepada-Nya (Darminta, 1995a: 35).

Kehidupan devosi masih dibutuhkan dalam rangka mengembangkan dan menghayati iman, sehingga kehidupan devosi disebut sebagai devosi populis/populer. Hal dasar pentingnya memupuk kehidupan devosi disebabkan devosi bisa membantu mengembangkan iman supaya menyentuh hati banyak orang yang mendalami imannya (Darminta, 1995a: 42-43).

B. Bunda Maria

1. Siapa Bunda Maria? a. Hamba yang Rendah

Bunda Maria mengungkapkan rasa terdalam atas dirinya sebagai ciptaan Tuhan melalui sebuah nyanyian seperti yang terdapat dalam Injil Luk.1:46-50. Menurut Maria, umat diciptakan untuk memuliakan dan memuji Tuhan. Oleh karena itu, Maria mengajak umat untuk menyadari bahwa umat diciptakan untuk memuji dan meluhurkan Allah. Umat tidak hanya merupakan ciptaan Tuhan, melainkan juga yang diselamatkan oleh-Nya. Jadi, Maria merasakan suatu kegembiraan yang


(34)

15

istimewa atas segala sesuatu yang berasal dari Allah, meskipun ia hina masih memperoleh perhatiaan khusus dari Allah, sehingga kegembiraan Bunda Maria adalah kegembiraan orang yang merasa disapa dan diperhatikan oleh orang lain terlebih dari Tuhan sendiri, sekalipun ia kecil. Ia ditebus dari kerendahannya itu dan dibebaskan dari dosa (Darminta, 1994: 14-15).

b. Bunda Pendoa

Maria menjadikan hatinya sebagai tempat untuk berjumpa dan berkomunikasi dengan Sabda Allah, Maria membiarkan dan menyerahkan dirinya pada kuasa Allah melalui tindakan dan hidup doanya dalam memperkuat imannya, berarti Maria berdoa dengan hati, sehingga ia semakin akrab dengan Allah. Dengan demikian, Bunda Maria mengajarkan bahwa berdoa dengan hati berarti bersikap dan berbakti kepada Tuhan dengan benar (Darminta, 1994: 26-27).

c. Bunda Pemberani

Maria menjadi teladan bagi semua orang yang beriman yang akan mengikuti jejak Yesus Kristus. Perjuangan hati setiap orang memang menuntut suatu keberanian, maka seorang perempuan akan lebih peka terhadap permintaan Allah dan dalam memberikan diri secara penuh kepada-Nya. Maria adalah seorang perempuan yang gagah perkasa dari antara mereka, karena ia memberikan diri secara totalitas dan mengijinkan Allah berbuat sesuai dengan kehendak-Nya. Setiap saat Maria membuat prioritas untuk mengharapkan Allah supaya menjadikan Allah ada dalam hidupnya, maka Maria mempunyai keberanian untuk selalu jujur dengan Allah, karena Allah sendiri memberi perhatian khusus terhadap kerendahan hamba-Nya.


(35)

Berkat kerendahan hatinya, Maria memperoleh kekuatan dalam menghadapi musuhnya dan dalam memuji kuasa Allah (Maloney, 1990: 125).BB

B

d. BundaBPemersatuB

Maria yang kontemplatif, akrab, mengenal Sabda Allah, pendoa sejati sudah pasti ia seorang pembawa damai dan menyatukan antara yang satu dengan yang lain. Maria menemukan kedamaian dan kekuatan yang berasal dari Allah sendiri. Maria sebagai perawan yang demikian menjadi kekuatan untuk menjadi pemersatu dan penyembuh bagi murid-murid yang terceraikan dan mempunyai iman yang lemah, sehingga kegembiraan dan kepasrahan Maria dapat membangun pribadi pada diri Maria dengan penuh harapan dan bertumpu pada pengakuan bahwa dirinya percaya akan kekuatan Allah (Darminta, 1994: 31).

B

e. BundaBAllahB

Iman Maria menjadi pola hidup umat yang mengimani Yesus Kristus, pola hidup iman Maria menjadi dasar pokok hidup iman umat, supaya umat selalu memuliakan Tuhan dalam menjalani panggilan hidupnya. Maka Maria disebut sebagai Bunda Allah, karena Maria bertindak sebagai pemersatu, pembawa damai, dan pembawa hidup baru bagi semua orang, sehingga hal tersebut menjadi dasar kokoh devosi umat kepada Bunda Maria (Darminta, 1994: 44).

Dalam kristologi berpengaruh juga terhadap perkembangan mariologi. Apabila Yesus terbukti sebagai Allah, maka ibu Yesus terbukti juga sebagai Bunda Allah. Maria diberi gelar “Theo-tokos” dan “Dei-genitrix” yang berarti yang melahirkan Allah. Kemudian “Dei-genitrix” itu berasal dari kata “Dei Para” dan “Mater Dei”


(36)

17

yaitu Bunda Allah. Namun, kenyataan-Nya gelar yang dipakai adalah “Theo-tokos” dan “Dei-genitrix” artinya yang melahirkan Allah, sebab istilah itu yang memang tepat dan tidak menjerumuskan umat beriman ketika menafsirkan gelar-gelar Maria. Oleh sebab itu, gelar tersebut tidak menjelaskan bahwa Allah mempunyai ibu, tetapi Umat yang disebut Allah jelas mempunyai ibu seperti layaknya umat yang tampak di dunia. Melalui gelar itu Maria sebagai ibu umat, sehingga Maria disebut “Anthropo-tokos” artinya yang melahirkan Kristus, sudah selayaknya bahwa Maria sebagai Bunda Allah telah diresmikan dalam konsili Efesus tahun 431 (Groenen, 1988: 41).

Gelar tersebut menjadi tanda pemahaman ortodoks. Bunda Maria tidak melahirkan manusia yang menjadi Allah, akan tetapi ketika ia mengandung, putera-Nya merupakan Anak Allah yang berasal dari Roh Kudus. Hal itu untuk menegaskan tentang kemanusiaan dan keallahan Sang Juru Selamat (Youcat 82). Oleh karena itu, Bunda Maria tetap menerima anugerah tersebut dan membuka hatinya bagi Allah, sehingga ia diangkat menjadi Bunda Allah berkat bantuan Roh Kudus sekaligus sebagai Bunda Kristus, Bunda orang Kristiani dan seluruh umat manusia (Youcat 117).

Gelar “Bunda Allah” tepat ditujukan kepada Bunda Maria, karena gelar tersebut sudah lama dikenal dan dihormati oleh umat Katolik dan gelar tersebut bukan berarti Maria menjadi sumber dan melahirkan keallahan Yesus serta bentuk penghormatan kepadanya, melainkan juga menegaskan persatuan erat antara kehendak Allah dan kehendak manusia yang tinggal bersama di dalam Kristus. Kehendak Allah dan kehendak manusia memang dipersatukan dalam dan oleh pribadi satu dan sama yaitu Pribadi Putera Allah. Maria tetap manusia biasa yang


(37)

diangkat menjadi Bunda Allah tetapi tidak melahirkan Allah, ia melahirkan Yesus yang disebut Allah sekaligus manusia (Pidyarto, 2012: 151-152).

Bunda Maria memang sungguh-sungguh Bunda Allah dan Penebus dunia, karena telah melahirkan putera-Nya. Dalam LG 53 mengungkapkan bahwa

Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan Hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Penebus yang sesungguhnya. Karena pahala Putera-Nya, ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan-Nya dalam ikatan yang erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi puteri Bapa yang terkasih dan kenisah dari Roh Kudus.

Oleh karenanya, sebagai umat beriman akan Yesus Kristus sebaiknya juga perlu menghormati dan berbakti kepada Bunda Maria yang menjadi Bunda Allah, karena Bunda Maria juga menjadi bunda bagi semua umat yang beriman. Menghormati Bunda Maria bisa berbagai macam cara, misalnya dengan devosi kepada Bunda Maria melalui doa Rosario yang berulang kali mengucapkan doa Salam Maria.

f. Bunda Gembala yang Baik

Bunda Gembala yang Baik berarti ia sangat ikhlas dalam mencintai Allah, sehingga mampu menemukan dengan tepat yang dilakukan dan dikehendaki oleh Yesus Kristus. Bunda Maria ialah Bunda bagi seluruh umat, baik umat yang beriman maupun yang berdosa, maka ia juga sebagai Bunda Gembala yang Baik. Bunda Maria pun menjadi bunda bagi para domba yang tersesat yakni umat yang berbuat dosa dan melanggar perintah-Nya. Domba yang tersesat itu telah dicari dan ditemukan oleh Bunda Maria, Bunda Gembala yang Baik. Ia sangat bergembira ketika menemukan domba yang tersesat, supaya kembali menjadi pengikut Yesus yang setia. Bahkan Bunda Maria disebut Ratu bagi umat di dunia, sehingga Tuhan memuliakan Maria dan memberi rahmat secara penuh kepadanya. Bunda Maria


(38)

19

tampil lebih unggul daripada Malaikat dan para suci serta semua pemimpin agama. Bunda Maria pun turut serta dalam pemerintahan putera-Nya, karena ia sebagai sumber kehidupan bagi umat. Namun yang utama sebagai sumber kehidupan adalah Tuhan Yesus. Selain itu, Bunda Maria tetap menjadi harapan bagi umat beriman dalam menjalin relasi dengan-Nya, karena ia menjadi salah satu jalan dan perantara bagi umat untuk menempuh dan mencapai pertobatan supaya sampai ke pintu surga (Alphen, 1966: 162-163).

g. Bunda Penebus

Maria dan Yesus mempunyai hubungan yang sangat erat dalam karya penebusan. Hubungan erat tersebut sungguh-sungguh terlihat dalam ikatan persatuan dan kerja sama dengan Bunda Maria, sehingga ia ikut serta mengalami peristiwa-peristiwa penting yang dilakukan oleh Yesus dalam peristiwa-peristiwa keselamatan manusia. Oleh sebab itu, Maria dibebaskan dari segala noda dosa sejak awal hidup-Nya. Hal tersebut bisa terjadi karena rahmat penebusan Yesus sudah berkarya dalam diri Bunda Maria sebelum Ia lahir dan menebus seluruh umat (Pidyarto, 2012: 165-166).

h. Ibu Yesus

Paulus menyebut ibu Yesus dengan menggunakan kata Yunani yaitu “Gune”, artinya perempuan dan istri. Hal itu dikarenakan ibu Yesus dikategorikan sebagai perempuan sekaligus istri, sehingga Yesus tergolong sebagai umat, sebab Yesus lahir dari seorang perempuan. Yesus dan perempuan tersebut menjalin hubungan khusus dan tidak ada orang lain yang bisa menggantikan posisi ibu Yesus yaitu ibu Maria. Kedudukan dan peranan ibu Maria sangat penting dan berarti bagi Yesus, maka


(39)

Yesus dikatakan senasib dengan perempuan tersebut. Hal tersebut merupakan pemikiran dari Paulus dan sebagai bentuk karya penyelamatan dari Allah, sehingga karya penyelamatan tersebut juga bergantung pada diri ibu Maria (Groenen, 1988: 35-36).

Dalam posisi yang demikian Maria menerima kabar sukacita dari Allah dengan bulat hati dan tulus ikhlas, meskipun menjadikan putera-Nya sebagai halangan bagi hidup Maria. Maka, Maria ikut serta dalam kesengsaraan hidup Yesus, sehingga Maria sering dilukiskan sebagai “Mater Dolorosa” yang berarti “Ibu Berdukacita”. Dalam injil pun dikatakan bahwa Yesus dicobai dan diuji kesetiaan-Nya dalam menghadapi pilihan hidup, begitu juga dengan Maria. Ia ikut merasakan kesengsaraan-Nya. Hal itu menjadi bukti bahwa Maria ibu-Nya mempunyai iman yang tangguh (Groenen, 1988: 38-40).

i. Ibu Perawan

Umat Katolik sesungguhnya mengalami kesulitan dalam menjelaskan keperawanan Maria, karena hal tersebut merupakan suatu persoalan mengenai iman kepercayaan yang sudah sangat lama diimani oleh Gereja Katolik. Abad III sebagian besar penulis Kristen sangat bijaksana dan mengakui gelar Maria tetap Perawan, bahkan ajaran resmi keperawanan Maria sudah ada sejak tahun 391 (Pidyarto, 2012: 155).

Yesus telah lahir dari seorang perempuan dan berasal dari Roh Kudus melalui karya penciptaan. Ibu Yesus sering disebut ibu perawan, dalam bahasa Yunani disebut “parthenos”, meskipun Maria dalam posisi mengandung Yesus. Maka, Groenen (1988: 43) mangatakan bahwa


(40)

21

Baiklah diingat bahwa tradisi mengenai diperkandungnya Yesus oleh perawan Maria pertama-tama mengenai Yesus Kristus, bukan Maria. “Conceptio virginalis” (dikandungnya Yesus oleh perawan) pertama-tama termasuk Kristologi, bukan Mariologi. Tetapi secara tak langsung ajaran itu juga mengatakan sesuatu tentang Maria. Sebagai perawan ia menjadi ibu, sehingga ia ibu-perawan. Ia perawan dalam keibuannya dan tidak terlepas darinya. Sebagai perawan Maria mengandung Yesus.

Jadi, keperawanan Maria bisa dipahami oleh semua umat beriman saat melahirkan Yesus, berarti sikap Maria memang sungguh-sungguh tulus dari hati. Maka, Maria diberi gelar “Maria tetap perawan”, sehingga terbukti bahwa Maria tetap perawan (LG 52), meskipun ia melahirkan Yesus.

2. Visi Iman Bunda Maria

Visi iman Maria ialah menaikkan dan menurunkan artinya Allah akan hadir di tengah-tengah umat untuk melakukan perubahan-perubahan dalam hidup umat dengan tindakan. Hal tersebut diungkapkan oleh Darminta (1995b: 21) dan tertulis juga dalam ajaran Yesus yaitu menurut Luk.1:51-53 yang berbunyi:

“Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan menceraiberaikan orang yang congkak hati-Nya. Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhta-Nya dan meninggikan orang-orang-orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa”.

Maka, orang-orang yang menonjolkan kedudukan akan diturunkan dan orang-orang yang berada dibawahnya akan ditinggikan oleh Allah sendiri, seperti pengalaman Bunda Maria yang ditinggikan oleh Allah yang mengunjunginya dalam kehinadinaannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kesederhanaan dan penuh rendah hati.

Umat beriman yang hidup di dunia ini diharapkan mampu melayani orang lain dan sesama, karena Allah hadir di tengah-tengah umat untuk menjadi pelayan


(41)

(Luk.22:27). Hidup umat diibaratkan sebagai perjamuan dengan tanda saling melayani (Luk.22:26) dan dengan lenyapnya segala bentuk perbedaan sosial, karena supaya umat semakin menyadari bahwa diri mereka sama-sama kecil di hadapan-Nya, sehingga hanya Allah sendiri yang mampu mengangkat hidup manusia, bukan kedudukan sosial. Apabila mengutamakan kedudukan sosial, maka akan mengakibatkan lahirnya penderitaan, penindasan, dan kekerasan dalam menghadapi segala sesuatu, bukan menghasilkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat (Darminta, 1995b: 24).

Kunjungan Tuhan yang dirindukan akan membawa perubahan dalam tata kehidupan ekonomi bagi Maria dan semua orang beriman (Lukas 1:53). Semua umat sering mendengarkan firman tentang kedamaian dan keadilan, terutama keadilan dalam pembagian kebutuhan hidup bersama tanpa pandang bulu. Bagi orang yang kekurangan tidak mungkin kehilangan harta kekayaan kemanusiaan sejati, namun bagi orang yang kaya akan mengalami kemiskinan dalam bidang kemanusiaan. Maka dari itu, orang miskin akan ditinggikan dan orang kaya akan diturunkan oleh Allah yang berkarya dalam sejarah keselamatan (Darminta, 1995b: 26-27).

3. Kekudusan dan Keistimewaan Bunda Maria

Kekudusan Bunda Maria adalah sikap pasrah, artinya lawan kata dari sikap gelisah secara jasmani, jiwani, dan rohani. Sikap gelisah muncul karena ada suatu perbuatan yang kurang sesuai dengan kehendak Allah. Sikap pasrah yang dimiki Bunda Maria pada dasarnya bergantung pada kedalaman imannya, kepercayaannya, dan kasihnya akan Allah yang diberikan oleh Roh Kudus bahkan kesadaran diri Bunda Maria atas kekuatan tangan Allah Bapa yang penuh kasih. Ia disebut kudus,


(42)

23

sehingga ia merasakan kegembiraan dan kedamaian dalam menghayati hidup yang penuh dengan penyerahan, kepercayaan, dan kasih. Sikap pasrah Bunda Maria dibangun dengan dasar bahwa Allah akan selalu berkarya dalam kehidupannya (Maloney, 1990: 114-115).

Keistimewaan Bunda Maria sebagai manusia biasa, perempuan yang suci, perawan, tanpa noda dosa berkat rahmat Allah. Kebiasaan umat beriman kristiani ialah mengunjungi tempat-tempat berziarah, memasang patung dan gambar Bunda Maria di gereja-gereja. Tujuan pemasangan patung dan gambar tersebut bukan untuk menyembahnya melainkan untuk membuktikan keakraban dan penghormatan kepada Bunda Maria yang suci. Kebiasaan umat adalah memohon kepadanya untuk berkomunikasi sekaligus berdoa kepada Tuhan dalam suatu kebersamaan (Michel, 2001: 66-67).

e. Jiwa dan Semangat Bunda Maria

Jiwa dan semangat Bunda Maria menjadi dasar bagi umat untuk meneladan sikap dan tindakan Bunda Maria. Jiwa dan semangatnya tersebut dapat dilihat dalam hidup berimannya melalui hidup doa seseorang. Jiwa dan semangatnya juga dapat direnungkan dan didalami melalui Injil Luk.1:46-56 yaitu sebagai berikut:

Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan


(43)

keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Dengan demikian, perikop Kitab Suci yang ditulis oleh Lukas akan menyampaikan bahwa jiwa dan semangat Bunda Maria sunggh-sungguh tampak dalam perikop tersebut, sehingga umat beriman yang ingin meneladan dan mengenalnya secara mendalam perlu terlebih dahulu memahami dan merenungkan doa-doa Bunda Maria yang menjadi perantara bagi umat untuk lebih akrab dengan putera-Nya demi kehidupan kekal.

5. Gelar-gelar Bunda Maria a. Cermin Kebenaran

Bunda Maria disebut sebagai Cermin Kebenaran, karena pribadi Maria mencerminkan tentang kebenaran akan tindakan Tuhan bagi semua orang yang beriman. Groenen (1988: 179) mengatakan bahwa

Dengan julukan Cermin Kebenaran (speculum justitiae) dimaksudkan bahwa diri Maria bagaikan cermin, mencerminkan, memantulkan, memperlihatkan bagi orang beriman “kebenarana Allah”, artinya “tindakan Allah” (berupa Yesus Kristus, I Kor.1:30), yang “membenarkan”, menyelamatkan, menguduskan manusia.

Jadi, semua umat yang benar dan kudus merupakan berkat pertolongan Tuhan. Hal tersebut tampak dalam kepribadian Bunda Maria, sehingga sudah sepantasnya bahwa Bunda Maria dijuluki Cermin Kebenaran.

b. Tahta Kebijaksanaan

Bunda Maria sebagai Tahta Kebijaksanaan, artinya Kebijaksanaan ilahi bertahta di dalam rahim ibu-Nya, Bunda Maria sendiri. Kebijaksanaan ilahi ialah Yesus Kristus sendiri. Groenen (1988: 179) mengutarakan bahwa


(44)

25

Maria juga dijuluki “Tahta Kebijaksanaan” (sades sapientiae). Orang teringat akan Sirakh 24:4. Kebijaksanaan ilahi berkata tentang dirinya sendiri bahwa bertahta di atas tiang awan (yang menyertai umat Israel di gurun menurut Alkitab). Umat Kristen sudah lama menyamakan Kristus dengan Kebijaksanaan ilahi. Dengan menjadi Kebijaksanaan ilahi tidak lagi bertahta di atas tiang awan, tetapi dalam rahim ibu-Nya.

Oleh sebab itu, Kebijaksaan ilahi juga terlihat dalam diri Bunda Maria. Bahkan Yesus Kristus tidak hanya bertahta di atas tiang awan, melainkan juga bertahta di dalam rahim Bunda Maria sebagai ibu-Nya.

c. Bejana Rohani dan Bejana Kebaktian Utama

Maria disebut juga sebagai Bejana Rohani yang berarti suatu bejana yang berisi penuh dengan Roh Kudus. Hal itu dikatakan oleh Greoenen (1988: 180) sebagai berikut: juga julukan “Bejana Rohani(Vas Spirituale) menyinggung inkarnasi. Maria kan mengandung dari Roh Kudus (Mat.1:18) dan dituruni Roh Kudus (Lukas 1:35). Jadi “bejana rohani” tidak berarti berlawanan dengan “bejana jasmani”, tetapi berarti Bejana yang penuh dengan Roh Kudus. Maka dari itu, bejana rohani tidak mungkin terpisah dari bejana jasmani, justru keduanya saling berhubungan, artinya bejana tersebut berisi penuh dengan Roh Kudus yang berasal dari Allah.

Bunda Maria pun merupakan Bejana Kebaktian Utama yang berarti tempat yang paling utama untuk berpasrah diri hanyalah kepada Tuhan, Maria sebagai perantara bagi umat untuk berkomunikasi dengan-Nya. Groenen (1988: 180) menyatakan bahwa

Terjemahan Indonesia yang berkata tentang “Bejana Kebaktian Utama” kiranya kurang jelas (dan kurang tepat). “Vas insigne devotionis” berarti bahwa Maria merupakan tempat unggul (vas insigne) penyerahan diri, keterarahan diri manusia kepada Allah semata-mata. Maria sepenuh-penuhnya merelakan diri bagi maksud Allah.


(45)

Jadi, berdevosi atau melaksanakan kebaktian kepada Bunda Maria sama halnya dengan berpasrah diri sepenuhnya kepada Tuhan, karena sasaran utama dalam devosi itu adalah Tuhan sendiri dengan perantara Bunda Maria.

d. Benteng Daud dan Benteng Gading

Bunda Maria dijuluki sebagai Benteng (menara, turris) Daud dan Benteng Gading (turris eburneus), sehingga membuat umat berpikir tentang Kid.4:4 dan 7:4. Kidung Agung menyebutkan Benteng Daud yang melambangkan pengantin laki-laki yaitu Kristus sendiri, sedangkan Benteng Gading berarti pengantin perempuan yaitu Gereja. Maka Bunda Maria juga dijuluki seperti itu, artinya persatuan antara jiwa orang beriman dengan Maria. Dalam Litani Santa Maria menyebut Maria sebagai “Menara Gading” dan “Menara Daud”, hampir sama dengan yang disebutkan dalam Kidung Agung, yang dimaksud dengan hal tersebut adalah untuk melambangkan cinta kasih Bunda Maria yang hangat bersama Kristus yang melahirkan umat dalam karya keselamatan Allah (Groenen, 1988: 180).

e. Rumah Kencana

Bunda Maria disebut juga Rumah Kencana, karena umat teringat tentang Bait Allah di bagian belakang dalam I Raj.6:20-22 dilapisi penuh dengan emas, sehingga Groenen (1988: 180) menyebutkan hal tersebut sebagai berikut:

Julukan “Rumah Kencana” mengingatkan orang kepada Bait Allah (bagian belakang) yang menurut I Raj.6:20-22 dilapisi dengan emas. Maria yang mengandung Yesus, Allah dan manusia, mirip dengan bagian terdalam Bait Allah itu, tempat Allah dianggap hadir di tengah-tengah umat-Nya.

Jadi, julukan tersebut melambangkan bahwa Bunda Maria yang mengandung Yesus itu seperti Bait Allah. Bait Allah merupakan tempat kehadiran Tuhan bagi umat-Nya yang dengan sungguh-sungguh mendalami kehidupan menggereja.


(46)

27 f. PintuBSurgaB

Bunda Maria pun memperoleh julukan Pintu Surga yang artinya jalan Allah untuk keluar dari surga karena akan mendatangi umat-Nya sekaligus jalan bagi umat beriman untuk masuk ke dalam surga. Untuk itu, Groenen (1988: 181) mengutarakan gagasannya sebagai berikut: Maria pun disebut “Pintu Surga”. Artinya: Tempat Allah ”keluar dari surga” untuk mendekati manusia dan serentak “Pintu Surga” itu tempat manusia dapat “masuk surga” berkat Anak Maria. Maka dari itu, sebaiknya umat waspada akan kehadiran Tuhan dan selalu siap sedia karena Tuhan akan hadir dalam waktu yang tidak dapat diduga oleh umat, sehingga umat perlu menjalin keakraban dengan Tuhan selama menjalani kehidupan sehari-hari di masyarakat.

g. BintangBTimur/KejoraBB

Bunda Maria yang hadir di tengah-tengah umat diberi sebutan Bintang Timur/Kejora, karena bintang tersebut muncul sebelum matahari terbit, sehingga Groenen (1988: 181) menyampaikan bahwa

Dengan tampilnya Maria di muka bumi dalam sejarah tata penyelamatan untuk menjadi ibu Yesus, Juru selamat, fajar penyelamatan menyingsing (Luk.1:79). Maka Litani menjuluki Maria sebagai “Bintang Timur/Kejora”(atau: Stella Matutina). Sebab bintang itu memang tampil di ufuk sebelum matahari terbit (Venus). Venus oleh orang Roma dahulu dipuja sebagai dewi kecantikan dan cinta.

Oleh sebab itu, memang pantas bahwa Maria mendapat sebutan Bintang Timur/Kejora, karena Maria berperan dalam karya keselamatan Allah bagi semua orang yang berdosa. h. BungaBMawarByangBAjaibB

Maria diberi julukan juga sebagai Bunga Mawar yang Ajaib (Rosa Mystica) yang mengingatkan umat akan sebuah lagu terkenal yang menafsirkan kitab Yes.11:1 yang berbunyi bahwa suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan


(47)

tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Kata “tunas” dalam ayat itu mempunyai maksud keturunan baru dari Isai, ayah Daud, sedangkan kata “taruk” berarti Maria melahirkan Yesus sebagai buah rahimnya. Pohon mawar yang mati, secara ajaib bertumbuh dan bersemi kembali lalu berbunga, mirip dengan tongkat Harun (Bil.17:8). Menurut tradisi ibu dari Maria yaitu Anna, memang mandul dan secara ajaib juga telah mengandung Maria, sehingga Maria berperan sebagai perawan yang melahirkan Yesus, memang nyata bahwa pokok mawar itu adalah ajaib (Groenen, 1988: 181).

i. Perlindungan Orang Berdosa dan Ratu Damai

Akhirnya Bunda Maria dijuluki sebagai Perlindungan Orang Berdosa dan Ratu Damai, perlindungan orang berdosa artinya perlindungan yang diberikan bagi orang-orang berdosa dan doanya tergabung dalam doa Maria dan terbebas dari murka Allah. Sedangkan Ratu damai adalah berasal dari Sang Raja Damai, karena Maria adalah ibu Raja Damai yaitu Yesus Kristus. Groenen (1988: 182) berkata bahwa

Maria masih dijuluki sebagai “Perlindungan orang berdosa” (refugium peccatorum). Orang berdosa yang dalam doanya berbagung dengan kasih Maria, tentu saja tidak terkena “murka” Allah, Hakim. Kalau Kristus diberi gelar “Raja Damai” (Yes.9:5), wajarlah juga ibu suri, Maria, yang melahirkan-Nya, dijuluki sebagai “Ratu Damai” artinya damai-sejahtera, keselamatan, yang berpancar dari Anak ibu suri itu.

Dengan demikian, julukan Perlindungan Orang Berdosa dan Ratu Damai sungguh tercermin dalam diri Maria yang menjadi perantara bagi Tuhan, untuk membantu umat beriman supaya semakin dekat dengan-Nya, sehingga para umat beriman semakin terbebaskan dari belenggu-belenggu dosa yang dibuatnya sendiri demi hidup yang damai dan sejahtera seperti julukan Bunda Maria, Ratu Damai.


(48)

29

6. Devosi kepada Bunda Maria

a. Pengertian Devosi kepada Bunda Maria

Devosi kepada Bunda Maria adalah devosi yang berbeda dengan bentuk penyembahan yang layak diberikan kepada Tuhan sebagai Tritunggal Maha Kudus. Devosi terungkap dalam pesta-pesta liturgi yang ditujukan kepada Bunda Maria sebagai Bunda Allah, karena sebagai bentuk penghormatan Bunda Maria antara lain melalui doa rosario suci yang terdapat dalam injil (KWI, 2009: 72-73).

Devosi disebut kebaktian kepada Bunda Maria berawal dari diangkatnya ke surga di bawah putera-Nya, di atas semua malaikat dan umat. Bunda Maria sebagai Bunda Allah yang tersuci dan selalu hadir dalam misteri Kristus, memang pantas Bunda Maria dihormati oleh kebanyakan orang beriman dan Gereja, sehingga penghormatan kepada Bunda Maria merupakan suatu bentuk kebaktian yang sangat istimewa. Maka, umat beriman ketika mengalami suatu permasalahan hidup, mereka berdoa kepada Tuhan supaya memperoleh perlindungan. Semua umat beriman yang melaksanakan kebaktian kepada Bunda Maria semakin meningkat dan mengagumkan, karena dalam kebaktian dan cinta kasih umat mengungkapkan namanya dan meneladan pribadi Bunda Maria (LG 66).

Devosi kepada Bunda Maria membantu umat untuk menjalin relasi dengan Tuhan melalui perantara Bunda Maria sebagai bentuk penghayatan iman kepercayaan umat kepada Tuhan, bahkan devosi dapat mengembangkan iman umat. Oleh sebab itu Groenen (1988: 151) menyatakan bahwa

Adapun cabang teologi spekulatif yang disebutkan Mariologi, ia memikirkan dan menjernihkan dan mau melayani devosi umat beriman terhadap ibu Yesus, Maria: bagaimana relasi dengan Maria dihayati oleh umat beriman di dalam keseluruhan penghayatan iman. Teologi selalu menempatkan Maria dalam keseluruhan, selalu menyorotinya dari segi relasinya dengan Allah dan Kristus serta dalam relasinya


(49)

Maka, menjalin relasi dengan Tuhan melalui devosi kepada Bunda Maria perlu dilaksanakan demi perkembangan dan penghayatan iman umat karena menjalin relasi dengan Tuhan merupakan hal pokok bagi umat dalam peristiwa keselamatan. Devosi kepada Bunda Maria juga membantu umat supaya semakin menghayati iman kepercayaan kepada Tuhan dengan menjalin keakraban bersama Bunda Maria sebagai ibu-Nya, karena Maria sebagai sasaran dalam penghayatan iman (devosi) itu sendiri demi tercipta-Nya kasih dan pengharapan.

Bunda Maria sebagai simbol dan dipandang sebagai ibu kehidupan, artinya umat utuh sempurna tanpa dosa dan noda, sekaligus sebagai wanita unggul bahkan ia diangkat ke surga. Maka, Groenen (1988: 152-153) mengatakan bahwa

Dalam devosi (khusus-Nya dalam devosi rakyat, tetapi juga dalam devosi Gerejawi resmi) Maria berperan sebagai suatu simbol, semacam “arkhi-typos”. Ia tampil dan dilihat sebagai “Ibu Kehidupan” (Ibu asali); “Umat utuh Sempurna” (tanpa dosa dan noda); “Wanita unggul” yang serentak perawan dan ibu; ia tetap ada (diangkat ke surga), simbol pengharapan umat, bahwa hidup sementara tidaklah sia-sia dan akhirnya akan bebas dari kefanaan.

Oleh sebab itu, Bunda Maria menjadi simbol utama dalam devosi dan berperan penting yaitu menjadi perantara bagi umat dalam mengembangkan imannya kepada Tuhan melalui doa-doa yang telah diajarkan bagi seluruh umat.

b. Bentuk-bentuk Devosi kepada Bunda Maria

Devosi kepada Bunda Maria ada dua bentuk, yaitu devosi Gerejawi resmi dan devosi rakyat. Devosi tersebut mempunyai sedikit perbedaan antara lain dalam devosi Gerejawi resmi, Maria disertakan dalam kegiatan penghayatan iman oleh seluruh umat, terutama dalam ibadat (liturgi) Ekaristi dan doa harian. Namun yang terpenting melalui kegiatan tersebut ada bagian (kesempatan) untuk menghormati Maria dengan devosi. Sedangkan devosi rakyat yang utama adalah Maria disertakan


(50)

31 dalam penghayatan iman oleh semua umat beriman baik secara pribadi maupun kelompok dan devosi tersebut dilaksanakan oleh umat yang berasal dari daerah tertentu. Devosi rakyat sangat digemari dan menarik perhatian banyak umat daripada devosi Gerejawi resmi. Ciri khas dari devosi rakyat yaitu banyak menggunakan simbol dari kebudayaan tertentu dan pemikiran rakyat setempat (Groenen, 1988: 155).

1) Salam Maria

Doa Salam Maria muncul menjelang tahun 1500. Doa Salam Maria merupakan doa devosi gerejawi resmi yang terbagi menjadi dua bagian penting berdasarkan penggabungan dua ayat dalam injil Lukas. Bagian pertama merupakan ucapan salam yang berasal dari Malaikat Tuhan ditujukan kepada Bunda Maria (Lukas 1:28) sekaligus pujian Elisabet ketika dikunjungi oleh Bunda Maria. Pujian tersebut diberikan secara khusus kepadanya, karena Bunda Maria sungguh-sungguh pilihan Allah. Bagian kedua dalam doa Salam Maria ini merupakan doa permohonan kepada Bunda Maria supaya Bunda Maria juga mendoakan para pendoa sejati tersebut (Groenen, 1988: 169 (KWI, 1996: 233)).

2) Doa Rosario

Doa Rosario hampir sama dengan doa Malaikat Tuhan yaitu sebagai doa rakyat sekaligus pengganti doa harian resmi. Doa ini merupakan suatu devosi rakyat yang hampir saja dimiliki oleh setiap agama. Rosario terdiri dari butir-butir berangkai untuk menghitung sejumlah rumus doa tertentu, pujian dan seruan dengan cara didaraskan. Rosario yang terkenal adalah rangkaian 150 Salam Maria yang terbagi dalam 15 sepuluhan, namun pada kenyataannya setiap doa rosario mendaraskan 50


(51)

Salam Maria dan dibagi dalam 5 sepuluhan. Doa rosario dan cara berdoanya pun merupakan suatu sarana yang menunjang sikap religius bagi para pendoa yang sejati. Doa ini mulai digemari oleh umat dan berkembang pada tahun 1500 (Groenen, 1988: 174-177).

3) Doa Litani Santa Maria

Litani Santa Maria merupakan salah satu litani yang secara resmi diterima dalam Gereja Katolik Roma. Litani Santa Maria adalah litani yang umum dipakai sedangkan dalam liturgi resmi sering menggunakan Litani Para Kudus. Doa yang berbentuk litani yaitu doa yang terdiri dari serangkaian permohonan dan seruan, dibawakan oleh seorang pemimpin, lalu umat menanggapi dengan rumusan atau seruan yang sama. Litani Santa Maria sekarang telah ada dan diresmikan, litani tersebut mulai beredar dan berkembang tahun 1550 (Groenen, 1988: 178).

4) Doa Malaikat Tuhan

Doa Malaikat Tuhan merupakan suatu rumusan ibadat bagi rakyat sebagai pengganti ibadat resmi (doa liturgi harian). Rangkaian doa ini ada tiga rumusan ayat Kitab Suci dan disambut dengan doa Salam Maria yang sesuai dengan struktur doa harian yaitu ada pewartaan dan doa. Doa ini didoakan pukul 06.00, 12.00, 18.00 biasanya bersamaan dengan lonceng Gereja dibunyikan sebagai tanda Malaikat Tuhan hadir di tengah-tengah umat-Nya. Doa Malaikat Tuhan mulai berkembang sejak abad XVI. Jadi, melalui doa Malaikat Tuhan semua umat bisa mengenangkan peristiwa-peristiwa penyelamatan dan terlibat dalam peristiwa tersebut (Groenen, 1988: 173-174).


(1)

(1)

DATA BUKTI LATAR BELAKANG

BERDASARKAN PENGALAMAN KETERLIBATAN UMAT KATOLIK

1. Metode yang Monoton

Daniel Trisnoyo (Surabaya, Jawa Timur) mengatakan bahwa setiap kali memasuki masa Prapaskah, umat Katolik pasti akan diajak turut serta dalam acara pendalaman iman. Hal yang sama juga terjadi ketika masa Adven. Tentang pendalaman iman, terkesan itu-itu saja. Setiap kali pertemuan ada contoh kasus, lalu ada bacaan dari Kitab Suci, lalu umat yang berkumpul diminta membagikan pengalaman. Seperti itu, setiap tahun. Bukan materi yang membuat jenuh, tapi metode yang dipakai dalam pendalaman iman yang monoton. Apakah tak ada metode lain pendalaman iman itu? (sumber: Hidup 15 Maret 2015 hal.7, kol.3).

Menurut saya ada banyak cara untuk mendalami iman. Kita bisa saja memanfaatkan aneka kemajuan teknologi dan informasi sebagai bahan menyusun metode pendalaman iman. Film, misalnya. Umat yang berkumpul bersama-sama menyaksikan satu film yang ditentukan, lalu mulailah membedah film tersebut dikaitkan dengan kehidupan iman sehari-hari. Atau bisa saja kita memandang umat beragama lain turut ambil bagian dalam dialog bersama. Dari situ, mau tidak mau kita kita akan mendalami pengetahuan iman kita. Selain terjadi dialog antarumat beragama, terjadi pula proses pendalaman iman. Jadi, sebenarnya ada beragam cara untuk pendalaman iman. Karena jika tak ada variasi dan kreativitas, acara pendalaman iman pasti akan semakin ditinggalkan umat. Kita juga perlu menggali kreativitas untuk mendalami dan mewartakan iman (sumber: Hidup 15 Maret 2015 hal.7, kol.4).


(2)

(2)

2. Bentuk Devosi kepada Bunda Maria antara lain melalui Ziarah

Petrus Catur (Jakarta) mengungkapkan bahwa banyak iklan paket ziarah yang dimuat dimajalah hidup. Namun, hampir semua iklan ziarah menawarkan paket ziarah ke luar negeri. Sedikit atau bahkan tak ada yang menawarkan paket ziarah dalam negeri. Melihat ini saya merasa prihatin. Mengapa harus berziarah ke luar negeri? Karena jika bukan kita, umat Katolik Indonesia, siapa lagi yang akan mengunjungi tempat-tempat ziarah lokal? (sumber: Hidup 22 Maret 2015 hal.7, kol.2).

3. Kehidupan Devosional Membantu Meneguhkan Kedalaman Iman Umat Vst.Asmodiwongso menyatakan bahwa setiap hari Minggu keempat pukul 09.15 WIB, Gua Maria Mojosongo, Paroki St. Perawan Maria Regina Purbowardayan, Solo, Jawa Tengah banyak didatangi umat. Mayoritas umat yang berkumpul di gua yang diresmikan oleh Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja, SJ pada hari raya Natal 25 Desember 1983 itu, adalah anggota Jaringan Kerasulan Kerahiman Ilahi (JKKI) yang berasal dari 13 paroki di Kevikepan Surakarta. Jumlah anggota JKKI setiap paroki berkisar antara 20 hingga 60 orang. Dan, pada hari Minggu keempat itu, sekitar 600an orang berkumpul. Seusai berdoa, kegiatan di Gua Maria yang terletak sekitar tiga kilometer arah utara dari Kota Solo itu, ditutup dengan perayaan Ekaristi. Kegiatan devosi ini berawal sekitar tahun 2009 (sumber: Hidup 22 Maret 2015 hal.46, kol.1).

Anggota komunitas menghidupi kegiatan dalam semangat “Karya, Ucapan, dan Doa, yang biasa mereka singkat menjadi KUD. Meskipun komunitas ini bersifat


(3)

(3)

devosional, namun mereka juga giat dalam bidang pewartaan dan sosial. Setiap bulan JKKI mengisi siaran radio rohani di Radio Petra Surakarta. Isi siaran disesuaikan dengan Kalender Liturgi. Mereka yang aktif dalam bidang ini, antara lain Mien Sriyanto, V.Sri Redjeki dan M.M.Ning Yuliastuti (sumber: Hidup 22 Maret 2015 hal.47, kol.2).

Sementara, M.M.Ning Yuliastuti merasakan kehadiran Tuhan yang berbelas kasih. Umat Paroki St.Maria Kartasura ini gembira saat bertemu dengan anggota JKKI dari paroki lain. “Melalui pertemuan dengan mereka, saya semakin diteguhkan dalam iman,” katanya (sumber: Hidup 22 Maret 2015 hal.4, kol.3).

4. Pendidikan Iman Katolik berawal dari Keluarga Masing-masing

Vincent Rahmadi (Jakarta) menyampaikan bahwa pendidikan tak bisa hanya diserahkan kepada sekolah. segala yang baik dan buruk bermula dari rumah, dari keluarga. Maka, pendidikan iman Katolik harus dimulai dari keluarga (sumber: Hidup 19 April 2015 hal.6, kol.1).

5. Bunda Maria sebagai Jalan menuju Sang Putera

Sesilia Minarti (Bandung, Jawa Barat) mengutarakan bahwa devosi kepada Bunda Maria menjadi devosi yang paling besar di kalangan umat Katolik. Umat Katolik percaya dan meyakini, Bunda Maria sebagai perantara doa dan permohonan kepada Yesus. Bunda Maria menjadi tempat dan jalan untuk melancarkan berbagai permohonan. Hal ini memunculkan aneka doa melalui perantara Bunda Maria. Pada bulan Maria, umat berduyun-duyun memadai tempat ziarah Maria. Umat juga


(4)

(4)

semakin rutin berdoa Rosario, baik pribadi maupun berkelompok. Berbagai seminar, sarasehan dan diskusi tentang Maria marak digelar di paroki-paroki. Namun, jangan dilupakan bahwa devosi kepada Bunda Maria merupakan jalan menuju Allah Putra (sumber: Hidup 26 April 2015 hal.7, kol.2).

6. Terlibat Aktif dalam Kegiatan Gereja

Maria Pertiwi menuliskan bahwa bersama istrinya, Maria Evitria Christiani dan buah hati mareka, Dwita pun menghidupi doa dalam hari-harinya. Sebelum tidur malam, Dwita dan keluarga menyediakan waktu untuk membaca Kitab Suci dan berdoa bersama. “Doa Angelus bersama juga sering kami lakukan. Jika waktunya tidak memungkinkan secara bersama, kami melakukan masing-masing,” tutur Dwita. Setiap Minggu, bersama keluarga, ia menimba kekuatan dari perayaan Ekaristi di gereja. “Saya bisa bertahan dan bisa sampai sekarang saat ini, juga karena doa istri saya. Saya masih hidup sampai sekarang berkat doa istri saya,” ujar umat Lingkungan Bunda Hati Kudus 4, Paroki Arnoldus ini. Dicelah kesibukan pekerjaan, Dwita berharap bisa ambil bagian dalam kegiatan di lingkungan, seperti ibadat atau Misa lingkungan, doa rosario, family gathering. Sejurus dengan tema tahun syukur KAJ: “Tiada Syukur Tanpa Peduli”, Dwita menapaki peziarahan hidupnya. Ia berharap bisa menjadi berkat bagi orang lain. Kini, Dwita memeluk erat keyakinan bahwa Tuhanlah yang menyusun perjalanan hidupnya. Ia berusaha untuk mengikuti skenario dan jalan yang disusun-Nya (sumber: Hidup 26 April 2015 hal.41, kol.2-3).


(5)

(5)

7. Beriman melalui Doa Rosario yang terwujud dalam Perbuatan Konkret Desyana Ratna (Jakarta) mengatakan bahwa saya pikir Bunda Maria tidak menuntut seberapa banyak kita mendaraskan doa Rosario. Yang terpenting adalah berdoa dan mengaplikasikannya dalam tindakan nyata (sumber: Hidup 3 Mei 2015 hal 6, kol.1).

8. Tekun dalam Berdoa Rosario pada Bulan Maria

Valentinus S (Tangerang) berpendapat bahwa sepertinya kita perlu mengoreksi diri. Di bulan Maria atau bulan Rosario kita sebagai umat Katolik rajin sekali berdoa Rosario. Saya harap Maria tidak jadikan tujuan doa kita tapi meneladaninya untuk sampai pada Bapa (sumber: Hidup 3 Mei 2015 hal.6, kol,3).

9. Iman Berkembang dengan Menghormati dan Menghayati Bunda Maria

Menurut Romo Riki, refleksi mengenai kedudukan dan figur bahwa penghormatan kepada Bunda Maria sudah ada sejak awal ziarah Gereja. Jika sekarang devosi kepada Maria menjadi marak di kalangan umat Katolik, maka kita bisa menerimanya karena penghormatan kepada Bunda telah lebih dulu menyejarah sejak semula. Maka tidak heran juga kalau dalam tradisi Sarikat Yesus berkembang penghayatannya bahwa sebetulnya penampakan pertama Yesus setelah Ia bangkit bukan kepada Maria Magdalena tetapi kepada Maria, karena Maria bukan hanya sebatas ibu fisik, tetapi Maria adalah murid pertama Yesus, ketika ia menyetujui kabar dari Malaikat Gabriel untuk mengandung Putra Allah (sumber: Hidup 3 Mei 2015 hal.10, kol.2-3).


(6)

(6) 10. Berserah Diri dalam Doa

Menurut Fransiskus Xaverius Widiatmo (Umat paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu, Jakarta Selatan) mengatakan bahwa doa pagi itu untuk mengawali suatu karya, kita mempersembahkan karya kita kepada Tuhan, ketika malam hari sebelum tidur, kita berdoa untuk mensyukuri berkat yang diperoleh sepanjang hari itu. Dengan berdoa bersama, berdoa berdua dengan suami atau istri, kita bisa menyatukan diri. Kita bisa saling mendukung. Misa harian juga mendukung dalam hal iman dan kehidupan keluarga (sumber: Hidup 3 Mei 2015 hal.41, kol.2).