3
devosional, namun mereka juga giat dalam bidang pewartaan dan sosial. Setiap bulan JKKI mengisi siaran radio rohani di Radio Petra Surakarta. Isi siaran disesuaikan
dengan Kalender Liturgi. Mereka yang aktif dalam bidang ini, antara lain Mien Sriyanto, V.Sri Redjeki dan M.M.Ning Yuliastuti sumber: Hidup 22 Maret 2015
hal.47, kol.2. Sementara, M.M.Ning Yuliastuti merasakan kehadiran Tuhan yang berbelas
kasih. Umat Paroki St.Maria Kartasura ini gembira saat bertemu dengan anggota JKKI dari paroki lain. “Melalui pertemuan dengan mereka, saya semakin diteguhkan
dalam iman,” katanya sumber: Hidup 22 Maret 2015 hal.4, kol.3.
4. Pendidikan Iman Katolik berawal dari Keluarga Masing-masing
Vincent Rahmadi Jakarta menyampaikan bahwa pendidikan tak bisa hanya diserahkan kepada sekolah. segala yang baik dan buruk bermula dari rumah, dari
keluarga. Maka, pendidikan iman Katolik harus dimulai dari keluarga sumber: Hidup 19 April 2015 hal.6, kol.1.
5. Bunda Maria sebagai Jalan menuju Sang Putera
Sesilia Minarti Bandung, Jawa Barat mengutarakan bahwa devosi kepada Bunda Maria menjadi devosi yang paling besar di kalangan umat Katolik. Umat
Katolik percaya dan meyakini, Bunda Maria sebagai perantara doa dan permohonan kepada Yesus. Bunda Maria menjadi tempat dan jalan untuk melancarkan berbagai
permohonan. Hal ini memunculkan aneka doa melalui perantara Bunda Maria. Pada bulan Maria, umat berduyun-duyun memadai tempat ziarah Maria. Umat juga
4
semakin rutin berdoa Rosario, baik pribadi maupun berkelompok. Berbagai seminar, sarasehan dan diskusi tentang Maria marak digelar di paroki-paroki. Namun, jangan
dilupakan bahwa devosi kepada Bunda Maria merupakan jalan menuju Allah Putra sumber: Hidup 26 April 2015 hal.7, kol.2.
6. Terlibat Aktif dalam Kegiatan Gereja
Maria Pertiwi menuliskan bahwa bersama istrinya, Maria Evitria Christiani dan buah hati mareka, Dwita pun menghidupi doa dalam hari-harinya. Sebelum tidur
malam, Dwita dan keluarga menyediakan waktu untuk membaca Kitab Suci dan berdoa bersama. “Doa Angelus bersama juga sering kami lakukan. Jika waktunya
tidak memungkinkan secara bersama, kami melakukan masing-masing,” tutur Dwita. Setiap Minggu, bersama keluarga, ia menimba kekuatan dari perayaan Ekaristi di
gereja. “Saya bisa bertahan dan bisa sampai sekarang saat ini, juga karena doa istri saya. Saya masih hidup sampai sekarang berkat doa istri saya,” ujar umat
Lingkungan Bunda Hati Kudus 4, Paroki Arnoldus ini. Dicelah kesibukan pekerjaan, Dwita berharap bisa ambil bagian dalam kegiatan di lingkungan, seperti ibadat atau
Misa lingkungan, doa rosario, family gathering. Sejurus dengan tema tahun syukur KAJ: “Tiada Syukur Tanpa Peduli”, Dwita menapaki peziarahan hidupnya. Ia
berharap bisa menjadi berkat bagi orang lain. Kini, Dwita memeluk erat keyakinan bahwa Tuhanlah yang menyusun perjalanan hidupnya. Ia berusaha untuk mengikuti
skenario dan jalan yang disusun-Nya sumber: Hidup 26 April 2015 hal.41, kol.2-3.