Dasar Iman a. Iman Para Rasul

62 Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Tuhan tidak perlu mencari kebenaran dengan menyelidiki Kitab Suci, karena masih ada sumber lain yang menjadi sumber iman kepercayaan kepada Tuhan yang disebut dengan Tradisi. Tradisi merupakan salah satu ajaran sekaligus sumber iman kepercayaan yang tidak tertulis Pidyarto, 2012: 28-31. Wahyu dari Allah dimulai dari bangsa Israel yang dilanjutkan, dilengkapi, dan disempurnakan oleh Tuhan sendiri secara lisan yang kemudian dipahami dan diimani secara lisan pula melalui suatu ibadat, doa-doa, dan lain sebagainya sesuai dengan kebiasaan yang ada. Maka, Gereja Katolik memberi istilah Tradisi lisan. Tradisi lisan berarti bukan dalam bentuk tulisan. Tradisi lisan adalah sabda Allah sungguh menggema dalam kehidupan umat beriman sama artinya dengan iman umat akan hidup melalui sabda Allah. Berdasarkan Tradisi lisan ini mulai berkembang tahap demi tahap dalam bentuk bahasa manusia berupa tulisan. Akhirnya para pemimpin Gereja memutuskan dan memilih tulisan suci yang menjadi bagian dalam Kitab Suci dengan menetapkannya dalam bentuk kanon yaitu penetapan resmi tulisan-tulisan tersebut dalam bentuk Kitab Suci. Kitab Suci disebut juga dengan alkitab, Alkitab adalah sabda Allah diyakini oleh Gereja sebagai sumber iman. Hal ini tidak ditafsirkan bahwa Gereja di atas sabda Allah yang ada dalam Alkitab, tetapi Gereja sebagai pendengar diwartakannya sabda Allah dengan kesetiaan dan kerendahan hati. Jadi, Tradisi lisan dan Alkitab mempunyai hubungan khusus, sehingga Alkitab menjadi bentuk tertulis dari adanya Tradisi lisan Pidyarto, 2012: 34-35. Bagi Gereja Katolik sumber iman tidak hanya Alkitab, tetapi juga berasal dari Tradisi. Wahyu dari Allah diterima dan diimani oleh Gereja serta dihayati secara lisan terutama dalam ibadat dan ajaran resmi Gereja para rasul dan penggantinya. 63 Tradisi dalam bahasa Latin disebut tradere berarti melanjutkan, meneruskan. Penulis suci berkat dorongan Roh Kudus menuliskan wahyu tersebut dalam tradisi tadi, sehingga Tradisi itu disebut Alkitab. Jadi, Alkitab bagian dari Tradisi, sehingga Gereja mengatakan bahwa sumber iman dan ajaran Katolik berlandaskan pada Tradisi dan Alkitab Pidyarto, 2012: 163. Akan tetapi, Tradisi T kapital berbeda dengan tradisi-tradisi t bukan kapital, karena keduanya mengandung arti yang berbeda. Tradisi T kapital berarti berasal dari para rasul yang merupakan wahyu Allah sekaligus dihayati dan diimani oleh Gereja melalui ibadat, doa-doa, dan ajaran-ajarannya, sedangkan tradisi-tradisi t bukan kapital merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh Gereja dan bersifat manusiawi Pidyarto, 2012: 38.

b. Magisterium Wewenang Mengajar

Sumber iman yang lain yaitu Magisterium Wewenang Mengajar. Untuk itu, Yesus dalam ajaran iman Katolik tampil sebagai Guru dan umat-Nya sebagai murid, termasuk pimpinan Gereja. Pimpinan Gereja hierarki bertugas untuk mempersatukan umat dalam iman lewat pewartaan Injil. Pewartaan Injil mencakup semua pelayanan umat yang dilaksanakan oleh para rasul dalam bidang kerigma dan katekese, liturgi dan pastoral sesuai ketiga tugas Yesus sebagai Guru, Imam dan RajaGembala. Oleh sebab itu, para rasul menyerahkan tugas mulia tersebut kepada para uskup sebagai pengganti para rasul untuk mengajar, supaya Injil selalu dipelihara secara utuh dan menyeluruh oleh Gereja Dister, 2004: 112. Pewartaan para rasul dan pelayanan para uskup merupakan unsur penerusan wahyu. Keduanya tak bisa dipisahkan, namun memiliki perbedaan. Perbedaannya