61
ketika wafat, sehingga Ia disebut sebagai Tuhan sekaligus Kristus. Iman para rasul bagi umat Katolik menjadi inti iman mereka yang tetap tidak bisa diubah-ubah.
Iman bukan berarti mendahului Kitab Suci, melainkan berarti sebagai penghasil dan penentu terbentuknya Kitab Suci, karena Kitab Suci merupakan suatu dasar bagi
umat untuk berdiskusi mengenai ajaran-ajaran iman Michel, 2001: 47-49.
b. Peristiwa Inkarnasi
Peristiwa inkarnasi menjadi dasar iman Katolik yang kedua. Inkarnasi itu adalah suatu penjelmaan. Umat Katolik meyakini bahwa Sabda Allah terwujud
dalam daging dan tinggal di tengah-tengah umat melalui manusia Yesus. Jadi, inkarnasi berarti mengambil bentuk atau menjadi daging yaitu menjadi manusia.
Dalam istilah lain dikatakan bahwa Sabda Allah diwahyukan melalui pribadi manusia Yesus, sehingga umat Katolik berkeyakinan, Yesus adalah seorang manusia
yang dilahirkan oleh kuasa Allah dari seorang perawan suci yang bernama Maria. Untuk itu bukan berarti Allah beristrikan Maria, melainkan Maria mengandung dari
Allah Roh Kudus dan melahirkan seorang putera yang bernama Yesus Michel, 2001: 50.
5. Sumber Iman a. Tradisi dan Kitab Suci
Tradisi dan Kitab Suci menjadi sumber iman bagi seluruh umat Katolik. Gereja telah meyakini bahwa sumber iman kepercayaannya adalah wahyu yang berasal dari
Allah. Namun wahyu tidak disamaartikan dengan Kitab Suci. Wahyu Allah diperoleh dari Tradisi lisan dan Kitab Suci. Jadi, sumber iman Katolik tidak hanya Kitab Suci.
62
Ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Tuhan tidak perlu mencari kebenaran dengan menyelidiki Kitab Suci, karena masih ada sumber lain yang menjadi sumber iman
kepercayaan kepada Tuhan yang disebut dengan Tradisi. Tradisi merupakan salah satu ajaran sekaligus sumber iman kepercayaan yang tidak tertulis Pidyarto, 2012:
28-31. Wahyu dari Allah dimulai dari bangsa Israel yang dilanjutkan, dilengkapi, dan
disempurnakan oleh Tuhan sendiri secara lisan yang kemudian dipahami dan diimani secara lisan pula melalui suatu ibadat, doa-doa, dan lain sebagainya sesuai dengan
kebiasaan yang ada. Maka, Gereja Katolik memberi istilah Tradisi lisan. Tradisi lisan berarti bukan dalam bentuk tulisan. Tradisi lisan adalah sabda Allah sungguh
menggema dalam kehidupan umat beriman sama artinya dengan iman umat akan hidup melalui sabda Allah. Berdasarkan Tradisi lisan ini mulai berkembang tahap
demi tahap dalam bentuk bahasa manusia berupa tulisan. Akhirnya para pemimpin Gereja memutuskan dan memilih tulisan suci yang menjadi bagian dalam Kitab Suci
dengan menetapkannya dalam bentuk kanon yaitu penetapan resmi tulisan-tulisan tersebut dalam bentuk Kitab Suci. Kitab Suci disebut juga dengan alkitab, Alkitab
adalah sabda Allah diyakini oleh Gereja sebagai sumber iman. Hal ini tidak ditafsirkan bahwa Gereja di atas sabda Allah yang ada dalam Alkitab, tetapi Gereja
sebagai pendengar diwartakannya sabda Allah dengan kesetiaan dan kerendahan hati. Jadi, Tradisi lisan dan Alkitab mempunyai hubungan khusus, sehingga Alkitab
menjadi bentuk tertulis dari adanya Tradisi lisan Pidyarto, 2012: 34-35. Bagi Gereja Katolik sumber iman tidak hanya Alkitab, tetapi juga berasal dari
Tradisi. Wahyu dari Allah diterima dan diimani oleh Gereja serta dihayati secara lisan terutama dalam ibadat dan ajaran resmi Gereja para rasul dan penggantinya.