9
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
Pelayanan kefarmasian dilakukan untuk menunjang keberhasilan terapi pengobatan pada pasien. Hal ini dapat diidentifikasi dari penerapan
pharmaceutical care yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian untuk memberikan pelayanan yang sesuai sehingga pasien dapat mengetahui dengan pasti apa saja
terapi yang diterima. Pasien yang menerima pelayanan ini dikhususkan yang berada dirumah sakit. Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang
tersedia bagi seluruh masyarakat dengan fasilitas rawat inap dan rawat jalan untuk pelayanan pengobatan baik jangka panjang maupun jangka pendek Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Rumah sakit memiliki instalasi yang dipimpin oleh seorang kepala
instalasi. Salah satu instalasi yang terdapat dalam rumah sakit adalah instalasi farmasi rumah sakit IFRS. IFRS ini merupakan unit pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada pelayanan kefarmasian yang dipimpin oleh seorang apoteker yang berkompeten, memenuhi persyaratan yang ada dalam Perundang-undangan
yang berlaku, dan bertanggung jawab untuk seluruh pekerjaan kefarmasian. IFRS kemudian dibagi menjadi instalasi farmasi rawat inap dan instalasi farmasi rawat
jalan. Sasaran pelayanan instalasi farmasi rawat jalan adalah jangka panjang untuk menunjang kehidupan sehari-hari Siregar dan Amalia, 2004.
B. Sumber Daya Manusia
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan yang di dalamnya termasuk pengendalian mutu sediaan, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
pengelolaan, pelayanan resep, pelayanan informasi, pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga
kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan tenaga kefarmasian Peraturan Pemerintan Republik Indonesia, 2009. Apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah menyelesaikan pendidikan profesi apoteker dan mengucapkan sumpah sesuai dengan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai apoteker. Seorang apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian
berkewajiban memiliki
kemampuan untuk
memberi dan
menyediakan suatu pelayanan yang baik, mampu mengambil setiap keputusan dengan tepat, dapat berkomunikasi antar profesi, dalam situasi multidisipliner
dapat menyesuaikan diri, dapat mengelola sumber daya manusia, selalu belajar untuk meningkatkan kemampuan, membantu mengembangkan peluang dalam
meningkatkan pendidikan dan pengetahuan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004a. Sedangkan tenaga kefarmasian adalah tenaga yang
membantu apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi
asisten apoteker Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009.
C. Pharmaceutical Care