Kriteria pemberian konseling pada pasien Pasien asma yang menerima obat dengan indeks terapi Pasien asma dengan multirejimen obat Pasien asma lansia Pasien asma yang mengalami Drug Related Problems Pasien asma dan keluarganya yang membutuhkan Lainnya

1. Kriteria pemberian konseling pada pasien

Hasil penelitian mengenai kriteria pemberian konseling oleh apoteker kepada pasien adalah sebagai berikut. Tabel X. Kriteria pemberian konseling pada pasien No. Kriteria pemberian konseling Jumlah responden yang melaksanakan, n=12 1. Pasien asma dengan sejarah ketidakpatuhan pengobatan 9

2. Pasien asma yang menerima obat dengan indeks terapi

sempit yang memerlukan pemantauan 9

3. Pasien asma dengan multirejimen obat

11

4. Pasien asma lansia

12 5. Pasien asma pediatri melalui orang tua atau pengasuhnya 11

6. Pasien asma yang mengalami Drug Related Problems

8

7. Pasien asma dan keluarganya yang membutuhkan

bantuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam penggunaan obat, jika perlu dengan melibatkan tenaga kesehatan lain seperti dokter 11

8. Lainnya :

a. Pasien asma yang memiliki faktor risiko b. Pasien asma yang mendapatkan obat oral berupa SABA atau metilxantin c. Pasien asma yang mendapatkan obat inhalasi baik yang pertama maupun berulang d. Pasien dengan frekuensi eksaserbasi yang tinggi e. Pasien yang karena kondisinya tidak membeli obat asma kondisi baik 1 1 1 1 1 Data pada Tabel X tersebut menunjukkan bahwa kriteria yang paling banyak dipertimbangkan adalah pasien asma lansia. Pasien lansia dan pediatri membutuhkan care giver untuk mengingatkan bahkan mengatur waktu, jumlah obat yang dikonsumsi sesuai dengan petunjuk yang diberitahukan oleh dokter maupun apoteker. Kriteria yang paling sedikit diperhatikan oleh responden untuk diberikan konseling adalah pasien asma yang mengalami drug related problem. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan konseling dilaksanakan oleh responden dalam pelayanan, tetapi tidak semua pasien dipilih berdasarkan kriteria dalam konseling sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek. Kriteria pelayanan konseling untuk pasien asma salah satunya adalah sejarah ketidakpatuhan. Cara mengetahui ketidakpatuhan pasien yaitu dengan menggali informasi secara langsung pada pasien pada saat penyerahan obat mengenai keteraturan waktu penggunaan obat dimana pasien asma menjalani pengobatan dalam jangka waktu yang panjang sehingga membutuhkan perhatian dalam setiap pengobatan agar selalu dalam kondisi asma terkontrol. Pertanyaan yang biasa diajukan untuk menggali ketidakpatuhan pasien adalah jumlah obat tersisa dari kontrol terakhir sampai pada saat pasien tersebut kontrol kembali, menanyakan kegiatan rutin yang dilakukan apakah mengganggu waktu konsumsi obat, menanyakan frekuensi terjadinya eksaserbasi. Responden yang melaksanakan konseling berdasarkan kriteria pemberian konseling mengemukakan bahwa semua kriteria telah dipenuhi dengan alasan seperti berikut: “....semua sudah kita lakukan, selalu dicek terapi pasien dengan kondisinya agar didapa t terapi yang optimal” Responden C. Dasar pemberian konseling adalah setiap pasien membutuhkan informasi yang dapat dilayani dalam kegiatan konseling, tetapi yang menjadi pertimbangan adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan pada setiap pasien melalui kegiatan konseling. Konseling merupakan cara untuk mempertemukan apoteker dengan pasien dalam komunikasi mendalam mengenai pengobatan asma baik mengenai obat-obatan yang digunakan maupun terapi asma yang sedang dijalani pasien. Responden yang tidak mempertimbangkan pemilihan pasien berdasarkan kriteria pada Tabel X secara lengkap mengemukakan bahwa kegiatan konseling hanya dilakukan bersamaan dengan penyerahan obat dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi KIE sekilas sehingga secara otomatis semua pasien mendapatkan konseling. Hal ini terkait ketidaktersediaan tempat khusus konseling dengan jumlah pasien yang banyak sedangkan tenaga yang memberi pelayanan kurang. Responden yang tidak menentukan kriteria pemberian konseling berdasarkan sejarah ketidakpatuhan pengobatan memberi alasan berikut: “Belum diperhatikan aja….pokoknya kalau sempat ya semua pasien di berikan konseling ” Responden H. Responden yang tidak menentukan kriteria pemberian konseling berdasarkan poin 2 Tabel X mengemukakan alasan berikut: “Belum terorganisir dan belum ditujukan untuk pelaksanaan khusus” Responden J. Informasi yang diperoleh dari asisten apoteker mengenai kriteria pemberian konseling adalah sebagai berikut: “….untuk sementara sihh tidak terlalu diperhatikan, masih memperhatikan terkait penggunaan obat” Asisten apoteker A. Responden yang tidak menentukan kriteria pemberian konseling berdasarkan poin 6 Tabel X mengemukakan alasan berikut: “….belum dilaksanakan karena rumah sakit belum terlalu besar dan jumlah obat tidak terlalu banyak ” Responden H. “….sedang meminta tempat jadi lebih baik saya tidak menjawab mengenai pemberian konseling dan ini jadi keterbatasan kami ” Responden J. Informasi yang ditanyakan kepada pasien berupa informasi standar dengan pemberian konseling singkat dengan menarik informasi dari pasien secara singkat dan hanya beberapa poin penting yang perlu diketahui. Hal ini dikarenakan bagi pasien asma yang sering kontrol akan lebih paham tentang informasi yang akan disampaikan tanpa perlu pengulangan informasi yang sama, tetapi sekedar mengingatkan informasi tersebut diulang untuk penggunaan teknologi sediaan. Namun, lain hal jika pasien tersebut baru memeriksakan sehingga informasi yang diberikan akan selengkap mungkin sampai pasien paham. Beberapa aspek dengan alasan belum terorganisir dalam arti kegiatan tersebut pernah dilakukan namun tidak selalu karena hanya untuk kondisi tertentu melihat bahwa perlu adanya tempat yang lebih mendukung untuk pelayanan yang lebih kondusif dengan jumlah tenaga yang memadai. Apabila pasien merasa kurang puas dengan informasi yang disampaikan maka pasien dengan sendiri menanyakan langsung terkait poin-poin yang belum dimengerti dan yang akan ditanyakan.

2. Materi konseling

Dokumen yang terkait

Analisis Higiene dan Sanitasi Staf Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2013

13 128 110

Manajemen Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2004

5 49 113

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA KOTA MALANG

4 21 23

Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan di Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sragen

0 3 11

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 2011.

0 0 12

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT “X” Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 20

0 2 15

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT Hubungan Mutu Pelayanan Instalasi Farmasi Dengan Pengambilan Obat Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta Tahun 2013.

0 2 18

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN.

0 1 16

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN SRAGEN.

0 0 19

SISTEM INFORMASI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA SOLOK.

0 0 6