Bentuk skrining kesesuaian farmasetik Dosis obat Potensi Stabilitas Inkompatibilitas Lainnya

Tanda tangan penulis resep merupakan tanda verifikasi sebagai bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan penulis resep terkait pengobatan yang diberikan. Isi resep tercantum nama obat disertai dosis, jumlah, dan potensi, tetapi untuk beberapa dokter tidak semua mencantumkan lengkap karena potensi obat perlu dikaji berdasarkan referensi kecuali obat-obatan dengan gejala ringan yang sering diresepkan. Identitas pasien yang dicantumkan dalam resep antara lain nama, umur, jenis kelamin, dan alamat pasien sedangkan berat badan jarang dituliskan namun data pelengkap yang bisa dijadikan acuan bagi responden adalah rekam medis dan pertanyaan langsung pada pasien. Identitas pasien penting untuk pendokumentasian seperti pernyataan responden berikut. “….sudah saya lakukan semua tetapi saya lebih tekankan kepada point tertentu seperti nama obat, dosis, potensi, umur dan berat badan pasien terkait dosis dan sediaan yang diberikan, cara pemakaian terkait umur juga terutama untuk pemilihan alat inhalasi, nama dan alamat pasien terkadang ada pasien yang nama sama tapi alamat beda ” Responden C. Responden yang melakukan keseluruhan pemeriksaan administratif resep memastikan apakah pasien sudah pernah mendapatkan obat asma, pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan melihat riwayat pengobatan pasien dan bertanya secara langsung pada pasien pada saat penyerahan obat.

2. Bentuk skrining kesesuaian farmasetik

Kesesuaian farmasetik dilakukan untuk memastikan rasionalitas pengobatan yang akan diterima pasien. Tabel IV. Ketentuan skrining kesesuaian farmasetik Hasil penelitian yang ditunjukan pada Tabel IV diketahui bahwa tidak semua responden melaksanakan skrining farmasetik secara lengkap. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui dari 12 responden belum melaksanakan skrining farmasetik sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan standar pelayanan kefarmasian di apotek. Beberapa responden dalam penelitian ini memberi obat dengan resep racikan disertai dengan informasi berupa penggunaan obat racikan yang harus habis dalam waktu sesuai yang tertera di etiket. Infomasi ini bertujuan untuk menjaga stabilitas obat yang dikemas dalam wadah yang berbeda dari wadah asli pabrik. Jenis kesesuaian farmasetik pada bentuk sediaan disesuaikan dengan umur pasien karena pada pengobatan asma bentuk sediaan yang dapat diterima adalah inhaler dapat berupa MDI Metered dose inhaler dan DPI Dry Powder Inhaler. Cara penggunaan dari masing-masing bentuk sediaan itu sendiri berbeda-beda tergantung kemampuan inhalasi masing-masing individu. Cara dan lama pemberian ditujukan untuk memastikan apakah pasien dapat paham dengan cara pakai obat atau alat sesuai dengan ketepatan waktu penggunaan dan berapa lama No. Jenis pemeriksaan Jumlah Responden yang melaksanakan, n=12 1. Bentuk sediaan 12

2. Dosis obat

12

3. Potensi

12

4. Stabilitas

10

5. Inkompatibilitas

5 6. Cara pemberian 12 7. Lama pemberian 12

8. Lainnya

Signa lengkap 1 penggunaan atau waktu yang diperlukan untuk obat tersebut habis pakai. Pemeriksaan signatanda dilakukan secara lengkap berdasarkan resep dokter untuk melihat permintaan jumlah obat dan aturan pakai sesuai dengan tujuan terapi yang akan diterima pasien. Informasi dari asisten apoteker mengenai pelaksanaan pemeriksaan potensi obat adalah sebagai berikut: “….ya saya sendiri belum pernah melakukan pemeriksaan potensi obat karena biasanya pelayanan resep langsung melihat pada sediaan yang diminta, dosis, dan cara pakai itu yang utama untuk nanti disampaikan pada pasiennya ” Asisten apoteker B. Responden yang tidak melaksanakan pemeriksaan mengenai inkompatibilitas sediaan memberikan alasan: “racikan yang diminta tidak terlalu banyak misalnya salep jarang diminta, untuk pasien anak yang asma yang butuh diracik biasanya kalau dikasih cetirizine itu ada produk tertentu yang higroskopis tidak dapat digerus atau kalau harus digerus bisa diganti dengan yang paten harus ditanyakan apakah pasien bersedia ” Responden J. “….untuk saat ini baru bisa melakukan pemeriksaan inkompatibilitas itu pada injeksi, yang lainnya belum kita lihat mendalam ” Responden G. “belum terlalu diperhatikan….asma biasanya lebih cenderung menerima teknologi sediaan misalnya rotacab, nebuliser” Responden I. Pemberian dosis harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Jika terdapat dosis yang tidak sesuai maka akan langsung dikonfirmasikan kembali pada dokter yang meresepkan. Dosis obat disesuaikan dengan umur dan berat badan karena dosis pemberian obat pada setiap pasien berbeda-beda Anief, 2000. Inkompatibilitas sediaan dilakukan untuk melihat adanya ketidakcocokan ketidakcampuran suatu sediaan jika diberikan bersamaan dengan obat tertentu lain Anief, 2000. Berdasarkan standar pelayanan kefarmasian, semua pemeriksaan dalam skrining kesesuaian farmasetik perlu dilaksanakan. Pemeriksaan potensi obat perlu untuk diketahui, hal ini berhubungan dengan kekuatan dan kemampuan obat untuk memberikan efek. Stabilitas sediaan berhubungan dengan penyimpanan obat. Beberapa obat ada yang stabil pada suhu ruangan tetapi ada yang tidak stabil sehingga membutuhkan ruangan pendingin. Pasien yang mendapatkan obat yang hanya stabil pada suhu dibawah 25 C ditawarkan fasilitas core stereoform atau diberikan kemasan yang diisi dengan es. Ketahanan penyimpanan ini hanya sampai waktu tertentu saat setelah pasien menerima obat tersebut dan seterusnya pasien menyediakan sendiri. Pemeriksaan inkompatibilitas yang sejauh ini dilakukan responden adalah pada obat-obat dalam injeksi, sedangkan pada sediaan selain injeksi belum terlalu diperhatikan.

3. Bentuk skrining pengkajian klinis

Dokumen yang terkait

Analisis Higiene dan Sanitasi Staf Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2013

13 128 110

Manajemen Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2004

5 49 113

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA KOTA MALANG

4 21 23

Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan di Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sragen

0 3 11

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 2011.

0 0 12

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT “X” Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 20

0 2 15

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT Hubungan Mutu Pelayanan Instalasi Farmasi Dengan Pengambilan Obat Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta Tahun 2013.

0 2 18

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN.

0 1 16

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN SRAGEN.

0 0 19

SISTEM INFORMASI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA SOLOK.

0 0 6