“ kalau pengkajian klinis saya sendiri lebih ke efek samping seperti mengantuk....jadi bisa diinformasikan selama penggunaan tidak mengendarai
kendaraan” Responden I. “kalau peninjauan klinis secara spesifik saya akui belum diperhatikan ....
kalau ada yang bertanya itu ada interaksinya ngga baru saya jawab ... referensi sih ada tapi ya memang belum aja dilakukan” Responden J.
4. Penyiapan obat
Hasil penelitian mengenai pelaksanaan pelayanan penyiapan obat tercantum dalam Tabel VI berikut.
Tabel VI. Proses penyiapan obat No.
Jenis kegiatan Jumlah
responden yang melaksanakan,
n=12 1.
Peracikan menimbang, mencampur, mengemas, memberi etiket, memperhatikan dosis dan jumlah
obat 12
2. Menulis etiket dengan lengkap warna putih
untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk
sediaan cair 12
3. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada
etiket sesuai dengan permintaan resep 12
4.
Menyerahkan obat yang dikemasi dengan rapi dan sesuai demi menjaga kualitas obat
12
5. Melakukan
pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep sebelum
diserahkan ke pasien asma 12
Pada Tabel VI diatas dapat dilihat bahwa semua kegiatan dalam penyiapan obat dilakukan oleh semua responden. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 12 responden melaksanakan proses penyiapan obat sesuai standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan standar pelayanan kefarmasian
di apotek.
Proses penyiapan yang dilakukan di rumah sakit diawali dengan validasi atau pemeriksaan kebenaran resep, dilanjutkan dengan mendeskripsikan
mengartikan signa dari setiap obat yang diminta dalam resep kemudian meracik dan memberi label. Tahap peracikan dilakukan oleh responden sesuai informasi
yang tertera dalam resep. Dalam menyiapkan resep racikan responden mempertimbangkan obat-obatan yang tidak dapat diracik digerus karena sifat
higroskopis. Oleh sebab itu, obat yang memiliki sifat higroskopis perlu ditanyakan kembali kepada dokter apakah dapat diganti atau ada pertimbangan lain.
Pertimbangan penggerusan obat yang kemudian akan dipindahkan pada wadah tertentu sesuai dengan Permenkes 284 berikut:
“Obat bahan obat harus disimpan dalam wadah asli pabrik dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain harus
dicegah kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, sekurang-kurangnya pada wadah tercantum nomor batch dan tanggal
kadaluarsa ” Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2007.
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa penyiapan obat
dilakukan setelah resep masuk dan dicatat dalam billing penagihan kemudian pasien membayar. Proses penyiapan obat dilakukan dengan mempertimbangkan
jumlah pelaksana kegiatan dalam hal ini dimaksudkan bahwa penyiapan obat harus dilakukan lebih dari dua orang. Tujuan dari penetapan jumlah pelaksana
adalah untuk mengkoreksi dan meminimalisir adanya kesalahan atau kekeliruan dalam pembacaan resep seperti nama obat, jumlah permintaan obat, signa,
identitas penerima resep, dosis dan perhitungan dosis jika resep merupakan resep racikan. Salah satu responden yang melakukan poin 1 pada Tabel V melakukan
peracikan dengan pertimbangan, seperti berikut:
“Obat-obat yang memiliki indeks terapi sempit seperti teofilin harus diperhatikan, ditimbang, dan dibagi seksama dalam peracikannya di mana
teofilin memiliki inkompatibilitas dengan beberapa pelarut jika dibentuk menjadi elixir dan ini selalu diinformasikan dan diingatkan kepada asisten apoteker
sehingga dalam peracikan harus dipantau langsung oleh apoteker ” Responden
F. Penulisan etiket di rumah sakit tempat penelitian, saat ini tercetak
langsung pada plastik kemasan sehingga ada rumah sakit yang tidak membedakan etiket berdasarkan penggunaan obat yaitu warna putih untuk obat dalam, warna
biru untuk obat luar dan etiket untuk label obat kocok dahulu, tetapi pada kemasan tetap dituliskan keterangan yang menjelaskan penggunaan obat. Penulisan
identitas pasien dan cara pemakaian pada kemasan sangat penting agar pada saat penyerahan tidak terjadi kekeliruan dimana obat diberikan bagi pasien dengan
indikasi yang sesuai karena ada pasien dengan obat yang sama dan nama yang berbeda ataupun sebaliknya. Pada saat penyerahan obat, pengemasan perlu
diperhatikan agar kualitas obat tetap terjaga.
C. Profil Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat PIO Pasien Asma di