yang disertakan dengan informasi tambahan mengenai kondisi pasien selama masa perawatan.
2. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
Hasil dari penelitian ini mengenai aspek pelaporan efek samping obat dikemukakan dalam tabel berikut:
Tabel XX. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat No.
Jenis kegiatan Jumlah
responden yang melaksanakan,
n=10 1.
Analisis laporan efek samping obat. 8
2. Identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami ESO 10
3.
Pengisian formulir ESO 9
4. Pelaporan ke panitia ESO Nasional
2
Keterangan : ESO Efek Samping Obat
Tabel XX menunjukkan bahwa 10 responden tidak melaksanakan kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat pada pasien asma secara
lengkap sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Laporan efek samping obat merupakan langkah yang dilakukan sebagai
bentuk deteksi dini dan pencegahan adanya permasalahan terkait dengan penggunaan suatu obat yang bertujuan untuk mengetahui profil keamanan obat.
Program pemantauan efek samping obat menggunakan metode pelaporan secara sukarela voluntary reporting dari tenaga kesehatan. Badan POM telah
membagikan suatu formulir pelaporan ESO berwarna kuning kepada tenaga kesehatan. Formulir kuning MESO diisikan dengan lengkap berkaitan dengan
empat hal, yaitu informasi tentang identitas pasien, efek samping yang dialami, obat yang memberikan atau dicurigai memiliki efek samping, dan tenaga
kesehatan yang menerima pelaporan dari pasien. Harapan dari kegiatan ini adalah pelaporan efek samping obat akan dianalisis dan dikembalikan pada pusat MESO
monitoring efek samping obat nasional, yaitu Badan POM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2007.
Pengisian formulir ESO yang dilakukan responden di salah satu rumah sakit dalam penelitian ini berdasarkan kartu ESO yang disertakan pada saat
pemberian obat kepada pasien. Tujuan responden memberikan kartu ESO adalah agar pasien yang mungkin mengalami gejala ESO dapat langsung menuliskan
pada kartu tersebut terkait obat yang memberikan pengaruh terjadinya ESO. Kemungkinan adanya obat yang mengelami ESO, sebelumnya telah disampaikan
oleh responden pada saat penyerahan obat. Kartu yang telah diisi oleh pasien kemudian diserahkan pada patient safety atau komite medik yang ada pada setiap
rumah sakit untuk dianalisis dan didokumentasikan, seperti pernyataan responden berikut:
“Semua sudah dilakukan di rumah sakit….hasil-hasil laporan ESO diisi di formulir dan dilaporkan kepusat lewat Komed komite medik
” Responden C. Responden yang melaksanakan kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO
pasien asma pada poin 1 mengatakan sebagai berikut: “Analisis laporan ESO paling sering itu obat golongan NSAID,
procaterol, dan theofilin” Responden G. Responden yang melaksanakan kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO
pasien asma pada poin 4 belum terlalu sering dilakukan, seperti pada pernyataan responden berikut:
“….sudah pernah dilakukan, tapi ternyata datanya belum lengkap” Responden G.
Tabel XXI. Alasan tidak melaksanakan pemantauan dan pelaporan ESO No.
Alasan tidak melaksanakan kegiatan Jumlah responden
yang tidak melaksanakan,
1
Analisis laporan efek samping obat n=2
a. Hanya melakukan pencatatan kejadian
1 b.
Tidak memberi alasan 1
2 Pengisian formulir ESO
n=3 a.
Tidak ada pelaporan 1
b. Tidak memberi alasan
1 c.
Pelaksanaan terbatas 1
3 Pelaporan kepanitia ESO Nasional
n=10 a.
Data belum lengkap 3
b. Sebatas mendokumentasikan
4 c.
Tidak memberi alasan 3
Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel XX
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO yang paling banyak tidak dilakukan adalah pelaporan ke panitia ESO nasional dikarenakan data yang
dibutuhkan belum terisi lengkap dan ada juga rumah sakit yang belum pernah menerima pelaporan dari pasien, seperti pernyataan responden berikut:
“kami siap menerima laporan ESO tapi sampai sekarang belum ada kasus jadi tidak ada pencatatan analisis tapi kalau formulir ada kami tetap
menyiapkan” Responden H. Akan tetapi, formulir kuning tetap disediakan untuk sewaktu-waktu ada
pelaporan. Responden yang tidak melaksanakan kegiatan poin 1, 3, dan 4 memberikan alasan berikut:
“Pemantauan dan pelaporan ESO belum dilakukan dengan baik, baru terbatas pencatatan kejadian saja untuk dilaporkan kepada patient safety”
Responden F. Salah satu responden yang tidak melakukan pelaporan ESO ke panitia
ESO nasional memberi alasan berikut: “untuk MESO dilakukan dan kami mendokumentasikan tapi sebatas
hanya mendokumentasikan belum dilaporkan. Kami juga menganalisis, formulirnya kami punya jadi lembar didepannya MESO dan di bagian belakang
ada skala naranjo yang berupa pernyataan apakah pasien mengalami ESO setelah obat tertentu” Responden I.
Analisis dan identifikasi obat-obatan yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO dilakukan berdasarkan pelaporan pasien yang pernah mengalami ESO setelah penggunaan obat. Pengisian formulir dilakukan dengan menerima
pelaporan ESO. F.
Profil Pelaksanaan Promosi dan Edukasi Pasien Asma di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum di Kota Yogyakarta
Tujuan dari promosi dan edukasi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok masyarakat untuk hidup sehat dan
mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemampuan tersebut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, 2014.
Tabel XXII. Bentuk promosi dan edukasi No.
Bentuk promosi dan edukasi Jumlah responden
yang melaksanakan,
n=12 1.
Penyebaran leaflet 11
2. Penyebaran brosur