Prosedur tetap konseling Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkait Menanyakan Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan Memperagakan dan menjelaskan cara pemakaian obat Melakukan verifikasi akhir : mengecek pemahaman La

seperti inhaler, rotahaler, dan turbuhaler Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004a. Responden yang melaksanakan pemberian konseling berdasarkan materi konseling terhadap pasien asma atau keluarganya memberikan keterangan berikut: “….lebih ditekankan pada cara pakai obat tersebut serta menyesuaikan dengan kondisi pasien tersebut” Responden C. “….untuk pemberian informasi yang sejauh ini dilakukan hanya lebih ke teknologi sediaannya sedangkan tentang obatnya sendiri belum secara rinci dilakukan baik itu asma maupun yang lain. Kalau hanya obat langsung diberikan obatnya, cara penggunaan, dan aturan pakai” Responden I. “Hanya dijelaskan obatnya apa namanya, aturan pakai seperti apa, lama penggunaan, dosisnya kadang-kadang kalau sediaan dengan teknologi khusus akan dijelaskan dengan peraga bila belum pernah menggunakan sebelumnya bila sudah menggunakan tidak dijelaskan” Responden J Materi konseling harus diberikan kepada pasien asma untuk memperbaiki dan menjaga kualitas hidup pasien menyangkut penyalahgunaan obat atau penggunaan obat yang salah dan tenaga kefarmasian harus melakukannya secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai materi konseling ditemukan bahwa dari 12 responden tidak semua responden memberikan materi konseling sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek.

3. Prosedur tetap konseling

Pelaksanaan prosedur tetap konseling berdasarkan hasil penelitian ini tercantum dalam tabel berikut. Tabel XII. Prosedur tetap konseling No. Jenis kegiatan Jumlah responden yang melaksanakan, n=12 1. Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien 12 2. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien keluarga pasien 12

3. Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkait

kegunaan pengobatan yang diberi 8

4. Menanyakan

bagaimana dokter menerangkan penggunaan obat cara pakai, jumlah, lama pengobatan, cara penyimpanan, aturan pakai 7

5. Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan

yang diberikan 7

6. Memperagakan dan menjelaskan cara pemakaian obat

rotahaler, inhaler, dll 12

7. Melakukan verifikasi akhir : mengecek pemahaman

pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat inhaler, nebulizer, dll untuk mengoptimalkan tujuan terapi, melakukan pencatatan konseling pada kartu pengobatan 12

8. Lainnya :

a. Memberikan nomor kontaktelepon apoteker yang bisa dihubungi bila mengalami kesulitan dalam penggunaan obat b. Memberikan leaflet kepada pasien c. Memberikan alat bantu spacer pada pengguna inhaler 1 1 1 Pada Tabel XII menunjukan bahwa tidak semua responden mengikuti prosedur tetap konseling sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek. Prosedur yang paling banyak tidak dilakukan yaitu prosedur nomor 3, 4, dan 5 dimana ketiga prosedur tersebut adalah bagian dari three prime question yang merupakan pertanyaan utama yang wajib ditanyakan kepada pasien pada saat pemberian konseling. Ketiga prosedur ini digunakan untuk mempersingkat waktu pada saat pelayanan, menghindari informasi yang tumpang tindih, dan melengkapi informasi yang telah disampaikan dokter Kegiatan konseling dilakukan sesuai kondisi penyakit pasien dengan tujuan agar informasi yang diberikan tepat sasaran dan tepat guna bagi pasien, artinya pasien yang diberikan konseling tersebut untuk dapat merasakan hasil dari pengobatan harus menerima informasi sejelas-jelasnya sesuai dengan kondisi dari pasien itu sendiri. Tujuan terapi pasien asma adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas sehingga harapan dari terapi pengobatan adalah pasien dapat patuh dalam pengobatan yang dijalani untuk mengurangi serangan asma Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa kepatuhan pengobatan menjadi dasar yang perlu disampaikan pada pasien terutama yang baru pertama kali melakukan kontrol atau pemeriksaan di rumah sakit. Berikut keterangan dari responden: “Dasarnya bila pasien sudah memulai untuk berobat maka harus rutin memeriksa. Kepatuhan itu penting untuk ditanamkan pada pasien jangan sampai hanya setengah-setengah karena nanti tidak bisa kelihatan hasil perkembangannya” Responden A. Dalam penerapan pharmaceutical care membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien sangat dibutuhkan untuk membangun karakter yang digunakan sebagai bentuk perkenalan diri sehingga pasien tertarik untuk berinteraksi langsung dalam pembicaraan. Pelaksanaan pemberian pelayanan oleh tenaga kefarmasian harus diawali dengan menanyakan kondisi ataupun keluhan yang dialami agar dalam pemberian informasi tidak terjadi kesalahan karena ada obat-obat yang memiliki lebih dari satu indikasi. Kegiatan tambahan yang juga dilakukan pada saat konseling adalah memberikan nomor kontak tenaga farmasi yang bisa dihubungi apabila pasien mengalami masalah dalam pengobatan. Pemberian leaflet bertujuan bila sewaktu-waktu pasien lupa cara penggunaan obat dalam teknologi sediaan. Penambahan spacer bagi pengguna MDI sangat membantu dalam proses inhalasi dan ekshalasi, alat ini biasa dibutuhkan bagi pasien pediatri maupun geriatri yang sulit mengatur pernapasan sehingga terkadang alat ini ditawarkan kepada pasien agar mempermudah penggunaan dan jumlah obat yang terdeposisi dalam paru-paru juga sesuai dengan harapan dan dapat meningkatkan hasil terapi bagi pasien tersebut Graha, 2008. Pasien yang telah berulang kali menggunakan hanya ditanyakan apakah ada masalah dalam penggunaan alat tersebut dan jika berhubungan dengan cara pakai alat maka diminta untuk mengulang bagaimana cara penggunaan sebelumnya. Bentuk verifikasi yang juga dilakukan oleh responden adalah dengan memberikan selembar kertas pernyataan yang tertera dalam resep untuk ditandatangani. Rumah sakit yang telah melaksanakan kegiatan konseling secara lengkap maupun dalam bentuk KIE singkat telah memiliki prosedur tetap konseling. Prosedur ini diperlukan sebagai bahan acuan untuk menyampaikan informasi penting atau dasar kepada pasien, sehingga penyampaian oleh tenaga kefarmasian dapat dipahami dan informasi tersebut dapat membantu pasien dalam terapi pengobatan yang dijalani. Tabel XIII. Alasan responden tidak melaksanakan prosedur tetap konseling secara lengkap No. Alasan tidak melaksanakan prosedur tetap konseling secara lengkap Jumlah responden 1. Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkait kegunaan pengobatan yang diberikan n=4 a. Tidak ditanyakan ulang karena pasien jika tidak paham akan bertanya langsung 2 b. Dilihat berdasarkan medication record dan disesuaikan dengan resep yang diterima 1 c. Tidak memberi alasan 1 2. Menanyakan bagaimana dokter menerangkan penggunaan obat n=5 a. Dijelaskan oleh responden, dokter hanya meresepkan 3 b. Tidak memberi alasan 2 3. Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan yang diberikan n=5 a. Tidak memberi alasan 1 b. SOP ada tetapi three prime questions tidak ditanyakan lengkap. 4 Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel XII, SOP Standar Operasional Prosedur, three prime questions tiga pertanyaan utama dalam konseling. Responden yang tidak menanyakan pertanyaan apa yang dikatakan dokter tentang kegunaan pengobatan dan bagaimana dokter menerangkan penggunaan obat mengemukakan alasan bahwa dokter memang tidak menjelaskan kepada pasien terkait penggunaan obat karena biasanyainformasi tersebut akan diberikanoleh tenaga kefarmasian. Responden jarang menanyakan penjelasan dokter mengenai harapan dari pengobatan yang dijalani karena tidak semua informasi dapat digali pada pasien karena keterbatasan waktu sehingga informasi yang dianggap utama yang perlu disampaikan adalah mengenai sediaan, cara pakai, dan indikasi. Penyampaian informasi lain oleh responden hanya diberikan jika pasien bertanya pada responden. Penggunaan alat peraga untuk membantu dan mempermudah menyampaikan cara penggunaan teknologi sediaan dilakukan pada pasien yang yang baru pertama kali mengenalmenggunakan teknologi tersebut. Tahapan terakhir dalam konseling adalah memastikan bahwa pasien mengerti dengan informasi yang telah disampaikan, yaitu dengan meminta pasien mengulang kembali informasi yang disampaikan. Pada penggunaan alat peraga pasien diminta melakukan simulasi cara penggunaan, baik dari posisi yang benar sampai tahapan penggunaan alat.

4. Pertanyaan yang biasa digunakan untuk menanyakan harapan

Dokumen yang terkait

Analisis Higiene dan Sanitasi Staf Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2013

13 128 110

Manajemen Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2004

5 49 113

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA KOTA MALANG

4 21 23

Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan di Apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sragen

0 3 11

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 2011.

0 0 12

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT “X” Tinjauan Peresepan Antibiotik Pada Pasien Jamkesmas Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Bulan Januari – Maret 20

0 2 15

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN INSTALASI FARMASI DENGAN PENGAMBILAN OBAT PASIEN RAWAT Hubungan Mutu Pelayanan Instalasi Farmasi Dengan Pengambilan Obat Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta Tahun 2013.

0 2 18

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN.

0 1 16

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN SRAGEN.

0 0 19

SISTEM INFORMASI PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA SOLOK.

0 0 6