dipersiapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b. Hal ini untuk meminimalisir pemalsuan resep, kesalahan penyiapan obat, ketidaksesuaian
indikasi pengobatan, dan bila terjadi kekeliruan dapat dikonfirmasi langsung kepada penulis resep dokter serta untuk memastikan bahwa obat dalam resep
tersebut ada dalam persediaan di instalasi farmasi. Penerimaan resep di rumah sakit sendiri terbatas untuk pasien yang memeriksakan diri ke dokter yang berada
di rumah sakit dan atau dokter dari rumah sakit tersebut yang membuka praktek di luar dirumah.
1. Bentuk skrining administratif resep
Pemeriksaan administratif resep ini merupakan pemeriksaan awal terkait kelengkapan resep berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di apotek. Bentuk
skrining administratif resep yang dilaksanakan responden ditunjukan dalam Tabel III, berikut:
Tabel III. Ketentuan skrining administratif resep No.
Jenis pemeriksaan Jumlah Responden yang
melaksanakan, n=12 1.
Nama, SIP, dan alamat dokter 12
2. Tanggal penulisan resep
12
3. Tanda tangan paraf dokter penulis resep
10
4.
Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
12
5. Nama, alamat, jenis kelamin, umur, dan
berat badan pasien 11
Keterangan : SIP Surat Ijin Praktek
Pada Tabel II dilihat bahwa tidak semua responden dalam penelitian ini melakukan pemeriksaan administratif secara lengkap. Poin pemeriksaan tanda
tangan atau paraf dokter ada 2 responden yang tidak melakukan, dan 1 responden tidak memeriksa nama, alamat, jenis kelamin, umur, dan berat badan
Salah satu rumah sakit tempat melaksanakan penelitian menggunakan electronic prescribing dimana informasi data pasien terhubung langsung dari
poliklinik tempat praktek dokter ke instalasi farmasi sehingga dapat dipastikan sesuai dengan standar pengkajian. Electronic prescribing merupakan resep yang
dituliskan secara elektronik untuk menghindari terjadinya kesalahan pengobatan sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien Centers for Medicare
Medicaid Services, 2014. Penulisan resep merupakan instruksi oleh dokter kepada apoteker untuk menyediakan atau menyiapkan obat bagi pasien dan dalam
mata rantai pengobatan rasional, pasien berhak mendapatkan informasi dari apoteker tentang obat, dosis, cara penggunaan, efek samping, dan lainnya
Simatupang, 2010. Skrining nama, SIP, dan alamat dokter untuk skala rumah sakit sudah
tertera langsung pada resep pada bagian kop resep masing-masing dokter praktek di poliklinik, sehingga dapat dipastikan dengan pemeriksaan ruangan atau unit
asal resep. “Hanya melayani resep dari dokter rumah sakit sudah pasti electronic
prescribing semua tertera di resep asalnya dari poli mana kan ada, hanya harus dipastikan karena bisa saja ada error system” Responden G.
Responden di salah satu rumah sakit yang tidak menggunakan electronic
prescribing tetapi juga melakukan pemeriksaan poin 1 Tabel III di atas secara lengkap memberikan alasan berikut:
“….yang dilihat dinas TNI, anak keberapa, askes, BPJN….periksa kelengkapan resep untuk memastikan bahwa resep benar-benar berasal dari
dokter bukan pasien yang mengisi lembar resep kosong utamanya bila nama, SIP dokter tidak diketahui dengan jelas”Responden H.
Tanda tangan penulis resep merupakan tanda verifikasi sebagai bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan penulis resep terkait pengobatan yang
diberikan. Isi resep tercantum nama obat disertai dosis, jumlah, dan potensi, tetapi untuk beberapa dokter tidak semua mencantumkan lengkap karena potensi obat
perlu dikaji berdasarkan referensi kecuali obat-obatan dengan gejala ringan yang sering diresepkan. Identitas pasien yang dicantumkan dalam resep antara lain
nama, umur, jenis kelamin, dan alamat pasien sedangkan berat badan jarang dituliskan namun data pelengkap yang bisa dijadikan acuan bagi responden adalah
rekam medis dan pertanyaan langsung pada pasien. Identitas pasien penting untuk pendokumentasian seperti pernyataan responden berikut.
“….sudah saya lakukan semua tetapi saya lebih tekankan kepada point tertentu seperti nama obat, dosis, potensi, umur dan berat badan pasien terkait
dosis dan sediaan yang diberikan, cara pemakaian terkait umur juga terutama untuk pemilihan alat inhalasi, nama dan alamat pasien terkadang ada pasien
yang nama sama tapi alamat beda ” Responden C.
Responden yang melakukan keseluruhan pemeriksaan administratif resep memastikan apakah pasien sudah pernah mendapatkan obat asma, pemeriksaan ini
dapat dilakukan dengan melihat riwayat pengobatan pasien dan bertanya secara langsung pada pasien pada saat penyerahan obat.
2. Bentuk skrining kesesuaian farmasetik