Ada beberapa alasan responden tidak atau jarang melakukan kegiatan pelayanan informasi obat. Responden yang tidak melaksanakan kegiatan PIO
berdasarkan resep atau kartu pengobatan memberikan alasan berikut: “....ya, PIO yang kami jalankan ini ada di unit PIO tersendiri dan
pencatatan juga berdasarkan pertanyaan pasien dan tenaga kesehatan yang membutuhkan yang ditulis dalam dokumen PIO
” Responden A. Seorang responden yang tidak melakukan pendidikan berkelanjutan
mengatakan: “Secara khusus untuk pendidikan belum terlaksana secara rutin”
Responden C. “Belum pernah ada ya permintaan pendampingan....selama ini hanya
pendampingan mahasiswa magang untuk tugas akhir itupun pendampingan secara umum saja” Responden H.
Asisten apoteker memberikan informasi tambahan mengenai pelaksanaan
pendidikan berkelanjutan, yaitu: “Setiap bulan kami ada rapat rutin untuk evaluasi dan membicarakan
rencana kedepan” Asisten apoteker
A. “....pertemuan rutin di rumah sakit ini biasanya soal penggunaan alat,
kalau asma itu ada promotornya yang memperagakan cara penggunaannya atau biasanya kepala instalasi atau apoteker yang memberi pengarahan ke semua staf
di sini, gantian gitu ”
Asisten apoteker B.
2. Informasi yang sekurang-kurangnya disampaikan kepada pasien
Berdasarkan hasil penelitian mengenai informasi dasar yang disampaikan kepada pasien asma tercantum dalam tabel berikut.
Tabel VIII. Jenis informasi obat No.
Informasi yang disampaikan Jumlah responden yang
melaksanakan, n=12 1.
Cara pemakaian obat 12
2. Cara penyimpanan obat
12
3. Jangka waktu pengobatan
12
4. Aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari 8
5. Pemberian informasi tambahan
9
6. Lainnya:
a. Nama obat
b. Jumlah obat
c. Frekuensi terjadinya eksaserbasi
d. Indikasi
e. Efek samping obat
5 2
1 2
1
Berdasarkan Tabel VIII ditemukan bahwa ada informasi yang banyak
tidak disampaikan yaitu mengenai informasi tambahan. Semua responden memberikan informasi cara pemakaian, cara penyimpanan, dan jangka waktu
pengobatan. Informasi aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari dilaksanakan oleh 8 responden. Informasi tambahan yang juga diberikan adalah
pemberian informasi terkait setelah penggunaan inhalasi steroid harus berkumur untuk menghindari pertumbuhan jamur di mulut dilakukan oleh 9 responden.
Informasi lain yang diberikan adalah nama obat dengan 5 responden, jumlah obat dengan 2 responden, menanyakan frekuensi terjadinya eksaserbasi oleh 1
responden, indikasi obat 2 responden, dan adanya efek samping obat ada 1 responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis informasi yang diberikan
oleh 12 responden belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian di apotek dan pedoman penatalaksanaan asma.
Informasi melalui edukasi pada pasien mengenai penggunaan obat terutama obat-obat inhalasi, wajib diberikan bagi pasien asma untuk memastikan
bahwa pasien dapat menggunakan obat dengan benar. Salah satu indikator bahwa obat digunakan dengan benar adalah dengan menggali informasi mengenai
frekuensi terjadinya eksaserbasi selama penggunaan obat seperti pernyataan responden berikut:
“....pasien dengan frekuensi eksaserbasi yang tinggi diminta mengulangi cara penggunaan” Responden F.
Pasien juga diberikan kesempatan untuk berkonsultasi melalui telepon
handphone bila mengalami kesulitan dalam penggunaan obat. Dasar dalam pengobatan asma berdasarkan hasil penelitian ini adalah komitmen pasien untuk
patuh dalam menjalankan pengobatan. Sehingga sedari awal pengobatan, responden telah menginformasikan kepada pasien bahwa kepatuhan dalam
pengobatan sangat diperlukan agar terapi yang diterima dapat berjalan dengan baik, dengan cara ini pasien diajak untuk bertanggung jawab atas kesehatan dan
pengobatan yang dijalani. Responden yang tidak memberikan informasi mengenai aktivitas,
makanan dan minuman yang harus dihindari memberikan alasan bahwa informasi diberikan jika pasien bertanya karena ada pasien yang sudah mengetahui
informasi obat tersebut dan merasa tidak perlu diberikan ulang seperti pernyataan responden berikut:
“informasi yang penting untuk diberikan adalah cara pakai, penyimpanan, jangka waktu obat habis...paling tidak, standar minimal pemberian
informasi sudah disampaikan....kalo yang lain jarang disampaikan karena pasien sudah tau tapi kalau pasien tanya pasti dijawab
” Responden J. Penelitian Sidharta dkk. 2013 juga diketahui bahwa ada hambatan atau
kendala yang banyak dijumpai dalam pelayanan informasi obat yaitu pasien
terburu-buru karena dengan kondisi pasien yang terburu-buru responden tidak dapat memberikan informasi dengan jelas dan lengkap.
3. Persiapan pemberian informasi dan edukasi