52 untuk memperingati dan melaksanakan yadnya
7
oleh Mulawarman, sebagai kepercayaan Hinduisme.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan perubahan yang besar, yaitu berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia. Perubahan dari religi kuno ke
dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab suci Weda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah.
Selain di Kutai Kalimantan Timur , agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat, pada abad ke - 5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti
ciaruteun, kebonkopi, jambu, pasir awi, muara cianten, tugu dan lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa sansekerta dan memakai huruf palawa. Dari prasasti -
prasasti didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, beliau adalah raja yang gagah berani
dan lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu Poesponegoro, 2008.
3.1.3 Masuknya Agama Hindu pada Etnis Karo
Etnis Karo sudah mengenal Hindu dari sejak 685 M, hal tersebut di buktikan dengan adanya kerajaan Karo yang di rajai oleh raja Haru. Kerajaan tersebut
terletak di daerah Deli Tua dan merupakan kerajaan Hindu yang ada di Sumatera Utara Darwan Prinst, 2005 .
7
Yadnya adalah persembahan suci yang dilakukan dengan hati yang tulus iklas dan merupakan salah satu kewajiban bagi umat Hindu.
Universitas Sumatera Utara
53 Pada zaman penjajahan Belanda, etnis Tamil yang berasal dari India
didatangkan ke daerah Sumatera Utara untuk dijadikan sebagai buruh kasar, yang diperkerjakan di perkebunan - perkebunan milik Belanda yang ada di Sumatera
Utara. Etnis Tamil tersebut juga membawa kepercayaan - keparcayaannya, sehingga mempengaruhi kepercayaan penduduk asli.
Penyebaran ajaran Hindu, dilakukan oleh para kaum brahmana pendeta dari india yang sengaja langsung datang untuk menyebarkan agama Hindu kepada
penduduk asli, khususnya etnis Karo yang ada di Sumatera Utara. Hal tersebut ditandai dengan adanya marga brahmana yang merupakan bagian dari marga
sembiring pada etnis Karo. Selain marga brahmana, terdapat juga marga yang lainnya yang berasal dari India, marga tersebut adalah colia, pandia, keling,
meliala yang kesemuanya tersebut tergabung dalam sub marga sembiring. Selain marga brahmana, semua sub marga sembiring tersebut berasal dari kotanya
masing - masing yang ada di India. Menurut Juara Ginting 2009 , masuknya etnis Karo ke agama Hindu
disebabkan, pada tahun 1972 dibentuklah organisasi bernama Parisada Hindu Karo PHK, dengan dukungan kelompok Hindu Tamil dari Medan. Kelompok
Hindu Tamil menganggap dan mengklem bahwa kepercayan dan upacara tradisional pada etnis Karo salah satu bentuk kepercayaan Hinduisme. Pada tahun
1985, Parisada Hindu Dharma Indonesia PHDI meresmikan Parisada Hindu Karo PHK , menjadi cabang PHDI dengan nama Parisada Hindu Dharma Karo
PHDK. Pada tahun 1980, kerjasama antara Hindu etnis Karo dengan Hindu Tamil mulai melemah. Karena pada saat itu Hindu Bali mendominasi Parisada
Universitas Sumatera Utara
54 Hindu Dharma Indonesia cabang provinsi Sumatera Utara. Hindu Karo perlahan -
lahan beralih dari Hindu Tamil ke Hindu Bali. Di Desa Lau Rakit, pada awalnya penduduk setempat menganut agama
tradisional yaitu agama perbegu pemena . Agama perbegu pemena adalah suatu kepercayan terhadap roh - roh nenek moyang dan benda - benda yang
mempunyai kekutan gaib. Roh nenek moyang dan benda - benda tersebut disembah, karena mereka anggap dapat membantu mereka dalam menuntaskan
masalah yang berasal dari luar logika mereka. Penyembahan terhadap roh nenek moyang dan benda - benda tersebut
dilakukan dengan berbagai macam kegiatan upacara religi tradisional Karo. Adapun upacara tersebut adalah ercibal pemberian sesjen , erpangir ku lau
yang dipimpim oleh seorang dukun yaitu guru sibaso yang dianggap mempunyai kekuatan mistik dan dapat menghubungkan mereka dengan roh yang telah
meninggal. Upacara agama perbegu pemena yang dilakukan dengan berbagai
kagiatan upacara - upacara tradisonal Karo tersebut, dianggap mirip dengan upacara Hinduisme. Maka Sampalan Purba Karo yang berasal dari daerah Deli
Tua bekerja sama dengan penganut agama pemena perbegu , mengundang pendeta Hindu yang berasal dari Bali untuk datang ke Desa Lau Rakit. Pendeta
Hindu yang berasal dari Bali mengajarkan mengenai konsep ke-Tuhan-an kepada mereka dan menghubungankan kepercayaan agama Hindu dengan kepercayaan
agama tradisional Karo tersebut.
Universitas Sumatera Utara
55 Pada tahun 1976 dibentuklah Parisada Hindu Dharma bagi etnis Karo yang
ada di Desa Lau Rakit. Struktur pengurusan Parisada Hindu Dharma pada waktu itu adalah ketuanya Leket Tarigan, wakil ketua adalah Penjahitan ginting,
sekretaris adalah umbun Barus dan dibantu oleh 2 orang lainnya yaitu Mucul Barus dan Prep Barus.
3.2 Sistem Kepercayaan pada Agama Hindu