65 Pura Persadanta merupakan tempat suci bagi penganut agama Hindu yang ada
di Desa Lau Rakit. Sehingga ada ketentuan - ketentuan dan peraturan yang berlaku bagi seseorang yang ingin masuk kedalam pura. Ketentuan tersebut adalah
bagi wanita yang sedang datang bulan haid dan wanita sedang hamil dilarang masuk kedalam pura. Untuk setiap orang secara umum, apabila ingin masuk
kedalam pura harus berpakaian rapi dan bersih, serta berpikir yang baik, melihat yang baik dan berbuatlah yang baik. Hal tersebut dilakukan agar tetap menjaga
kesucian dari pura.
3.5 Hubungan Agama Hindu Dengan Kebudayan Etnis Karo
Agama Hindu merupakan agama yang diyakini oleh umat Hindu, yang bersumber dari Sang Hyang Widi Brahman. Weda merupakan kitab suci agama
Hindu yang diwahyukan melalui pendengaran rohani para Maha Rsi. Dalam agama Hindu, antara agama dan adat atau budaya terjalin hubungan
yang erat antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Karena tidak jarang dalam pelaksanaan agama disesuaikan dengan keadaan setempat.
Penyesuaian ini dapat dibenarkan dan dapat memperkuat budaya setempat, sehingga menjadikan kesesuaian adat dan agama ataupun budaya dan agama.
Pencampuran dua kebudayaan yang berbeda menjadi satu, menyebabkan perbedaan setiap upacara yang dilakukan oleh penganut Hindu pada setiap daerah
maupun etnisnya masing - masing. Upacara erpangir ku lau merupakan warisan kebudayaan yang berasal dari agama Perbegu Pemena kepercayaan tradisional
etnis Karo yang masih dijalankan oleh penganut agama Hindu etnis Karo di
Universitas Sumatera Utara
66 Desa Lau Rakit. Upacara erpangir ku lau tidak dijalankan oleh penganut agama
Hindu dari daerah mana pun. Perbedaan penganut agama Hindu beretnis Karo yang ada di Desa Lau Rakit
dengan penganut Hindu lainnya terletak pada upacara kematian. Pada Hindu etnis Karo, seseorang yang meninggal akan dikebumikan ataupun akan dikubur
kedalam tanah. Sedangan pada Hindu yang beretnis Tamil dan Hindu dari daerah Bali, seseorang yang meninggal akan dibakar terlebih dahulu, dan abu dari
jenasahnya akan dihanyutkan ke sungai. Demikianlah terdapat di dalam agama Hindu, perbedaan pelaksanaan agama,
pada suatu daerah tertentu terlihat berbeda dengan daerah yang lainnya. Perbedaan itu bukanlah berarti agamanya yang berbeda. Budaya dan agama dianggap
pemberian dari Sang Hyang widhi kepada para leluhur dan diwariskan secara temurun kepada anak cucunya. Sehingga budaya merupakan suatu penghayatan
terhadap keberadaan Sang Hyang Widhi dalam bentuk kegiatan budaya. Para rohaniawan Hindu, para pendeta, orang - orang suci mengapresiasikan ajaran yang
terdapat dalam kitab suci Weda kedalam berbagai bentuk kegiatan budaya masyarakat setempat.
Agama Hindu menganggap kebudayaan dalam sistem kepercayaan yang ada pada etnis Karo tradisional memiliki hubungan dengan kepercayaan yang terdapat
pada agama Hindu. Terdapat beberapa persamaan keyakinan dari keduanya. Persamaan kepercayaan tersebut terletak pada konsep trimurti agama Hindu yaitu
Brahmana sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Siwa sebagai penghancur ataupun pelubur. Peda etnis Karo terdapat trimurti ke-Tuhan-an yaitu
Universitas Sumatera Utara
67 Dibata kaci - kaci yang menguasai dunia atas, Dibata banua koling yang
menguasai dunia manusia, Dibata padukah ni aji yang menguasai dunia bawah atau nekara yang digambarkan sebagai dunia kejahatan.
Kepercayaan tradisional Karo yang juga dianggap memiliki persamaan dengan kepercayaan Hindu yaitu keyakinan dengan adanya roh leluhur yang
berasal dari roh pendahulu atau nenek moyang yang telah meninggal. Pada etnis Karo, roh leluhur tersebut adalah begu jabu. Begu jabu tersebut dipuja dengan
menggunakan upacara religi. Penggunaan sesajen di dalam setiap aktifitas kegiatan religi tradisonal etnis Karo, juga merupakan salah satu kepercayaan yang
terdapat pada agama Hindu. Sehingga kegiatan religi tradisional Karo, memiliki persamaan dengan sistem kepercayaan yang terdapat pada agama Hindu.
Kegiatan kebudayaan etnis Karo yang diterapkan dalam kegiatan agama Hindu terdapat benang merah, yang satu sisi dapat saling mengisi satu dengan
yang lainnya. Bagi agama Hindu, budaya atau adat bukanlah musuh atau saingan yang harus dibasmi dan dicurigai, dengan artian adat dan budaya yang positif
dapat mendukung pelaksanaan acara agama. Dalam ajaran Hindu, setiap kegiatan kebudayaan yang berlaku pada suatu
daerah yang diwujudkan pada upacara keagamaan terjalin hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Sepanjang prinsip ajaran Hindu tidak berubah dan
bertentangan, maka budaya dan agama yang berkembang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk menyampaikan ajaran suci Weda kepada umat manusia.
Universitas Sumatera Utara
68
3.6 Pengaruh Hindu dari Daerah Bali Terhadap Hindu Etnis Karo