Keterkitan Terhadap Alam semesta

77 b. Begu mentas adalah setan yang bergentayangan. c. Begu menggep adalah Begu ini sangat ganas dan mengganggu anak-anak dan wanita hamil. Untuk menangkalnya maka ibu hamil dan anak - anak harus memakai kalung potongan umbi jerangau. d. Begu ganjang adalah begu yang sangat ganas dan selalu mencekik leher mangsanya. e. Begu naga lumayang yang sering berada di tepi jalan, di pintu gerbang desa, di tengah halaman, dan di tempat lainnya.

3.7.3 Keterkitan Terhadap Alam semesta

Agama Hindu menyatakan bahwa setiap individu manusia adalah mikro kosmos, sedangkan alam semesta adalah makro kosmos. Penganut agama Hindu beretnis Karo, menyakini bahwa apapun yang ada dalam alam semesta juga ada dalam tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri dari tanah, air, udara, api dan gas either. Manusia adalah bagian utuh dari alam semesta dan tubuh manusia dibuat dengan bahan yang sama dengan alam. Pandangan Hindu yang beretnis Karo, alam dan segala isinya merupakan ciptaan dari Sang Hyang Widhi. Menurut mereka, tidak ada pemisahan antara Tuhan dan alam semesta. Tuhan dan alam merupakan dua aspek dari kenyataan yang sama. Tuhan dapat berwujud dalam berbagai macam bentuk dari alam semesta yang diciptakanya. Hal tersebut bukan berarti bahwa penganut agama Hindu memuja kekuatan alam. Akan tetapi penganut agama Hindu etnis Karo, merasakan Universitas Sumatera Utara 78 kehadiran roh suci dari kekuatan Tuhan melalui ciptaannya yaitu alam. Tuhan berkerja dalam berbagai bentuk kekuatan alam. Dalam pemikiran Hindu etnis Karo, Kehadiran Tuhan sebagai penguasa kosmos, dapat Hadir dalam bentuk jiwa roh pada berbagai macam ciptaannya yaitu alam semesta Dunia . Tuhan, jiwa dan dunia merupakan ketiga aspek yang tidak dapat dipisahkan. Penganut agama Hindu etnis Karo, kadang kala mengadakan upacara pemberian sesajen terhadap kekuatan alam semesta yang disebut dengan nama bhuta yadnya. Hal tersebut dikarenakan, mereka tidak hanya menghormati yang maha kuasa dalam bentuk Tuhan, akan tetapi dalam semua bentuk alam. Sikap yang dilakukan Hindu etnis Karo tersebut bukan penyembahan terhadap alam, melainkan pengakuan kenyataan bahwa Tuhan dapat berwujud dalam segala bentuk. Alam semesta yang menjadi tepat tinggal manusia di bumi dapat berubah menjadi kekuatan - kekuatan alam yang dapat mengganggu ketentraman dan keharmonisan manusia. Kekuatan alam tersebut dapat berupa bencana alam yaitu bancir, longsor, dan lain - lainnya. Agar alam semesta dapat berguna bagi kepentingan manusia, maka diadakanlah upacara bhuta yadnya. Upacara bhuta yadnya ditujukan kepada Bhuta Kala kekuatan alam yang mengganggu ketentraman hidup manusia. Tujuan upacara Bhuta Yadnya yang dilakukan oleh penganut Hindu etnis Karo adalah untuk memohon kehadapan Tuhan yang maha esa, agar beliau memberi kekuatan lahir bathin, juga untuk menyucikan dan menetralisir kekuatan Universitas Sumatera Utara 79 - kekuatan yang bersifat negatif yang disebut bhuta kala tersebut sehingga alam dapat berfungsi dan berguna bagi kehidupan manusia. Pada penganut Hindu etnis Karo, biasanya upacara bhuta yadnya dilakukan pada perayaan piodolan yaitu perayaan kelahiran Pura Persadanta di Desa Lau Rakit. Universitas Sumatera Utara 80

BAB IV MAKNA SESAJEN

4.1 Konsep Sesajen

Pada sistem kepercayan tradisional etnis Karo yaitu agama Perbegu Pemena, sudah menggunakan persembahan sesajian berupa bunga, air, buah - buahan, makan, dan lain - lain yang dipersembahan kepada mahluk gaib supranatural. Penganut agama perbegu pemena menyebutnya ercibal. Akan tetapi kegiatan ercibal tersebut hanya diperuntukkan kepada Tuhan yang tidak diketahui siapa, roh leluhur mereka yaitu begu jabu dan mahluk halus lainnya yang dilakukan pada tempat - tempat yang menurut mereka keramat. Pada mulanya, penduduk yang menjadi penganut agama Perbegu Pemena yang ada di Desa Lau Rakit menjadi pemeluk agama Hindu. Walaupun yang menjadi penganut agama Perbegu Pemena yang terdahulu adalah penganut agama Hindu sekarang, penganut agama Hindu tidak menyebutkan ercibal sebagai persembahan sajian yang mereka gunakan. Akan tetapi penganut agama Hindu etnis Karo menyebutkannya adalah sesajen, sebagai persembahan sajian yang mereka gunakan. Hal tersebut terjadi, karena penganut agama Hindu etnis Karo menganggap bahwa ercibal yang mereka gunakan pada saat menjadi penganut agama Perbegu Pemena itu indentik dengan begu jabu dan roh - roh halus. Sedangkan penganut agama Hindu beretnis Karo, tidak hanya begu jabu saja yang diberikan sajian, akan tetapi Tuhan yaitu Sang Hyang Widhi Brahman, dewa dan dewi sebagai manifestasi Sang Hyang Widhi. Sehingga penganut agama Universitas Sumatera Utara