Pura PENGANUT AGAMA HINDU ETNIS KARO

62  Ayur Weda adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani. Pada kitab Ayur Weda terdapat kitab Caraka Samhita yang membahas delapan bidang ilmu, yaitu ilmu pengobatan, ilmu mengenai berbagai jenis penyakit yang umum, ilmu pathologi, ilmu anatomi, ilmu embriologi, ilmu diagnosis dan pragnosis, dan pokok - pokok ilmu therapi.  Gandharwaweda adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni.

3.4 Pura

Seperti halnya agama - agama yang ada di dunia mempunyai suatu tempat ibadah untuh menyembah Tuhan nya masing - masing. Begitu juga halnya dengan penganut agama Hindu etnis Karo yang ada di Desa Lau Rakit. Pura merupakan tempat dilakukannya ibadah dan upacara keagamaan dan menjadi tempat suci bagi agama Hindu yang ada di sana. Pura berasal dari bahasa sangsekerta yaitu puri, pur, puram, pore yang memiliki arti kota, kota berbenteng, atau istanah. Pura juga digunakan oleh agama Hindu, khususnya Hindu Bali dan Hindu etnis Karo untuk menyebutkan sebagai tempat ibadah penyembahan terhadap Tuhan yang maha esa. Pura yang digunakan oleh penganut Hindu etnis Karo di Desa Lau Rakit bernama pura persadanta. Persadanta bahasa Karo berasal dari 2 kata yaitu per - sada - an memiliki arti persatuan, kekuatan dan nta memiliki arti bersama, kita. Sehingga pura persadanta selain digunakan sebagai tempat kegiatan agama, juga sebagai simbol persatuan dan kekuatan seluruh agama Hindu etnis Karo yang ada di Desa Lau Rakit. Universitas Sumatera Utara 63 Pura Persadanta yang ada di Desa Lau Rakit bergaya arsitektur seperti pura - pura yang terdapat di Bali dan bangunan etnis Karo. Gaya arsitektur Bali terlihat dari bentuk gapura pintu masuk dan bangunan pagar yang mengelilinginya serta ukiran yang terdapat pada setiap tembok pagar. Bangunan etnis Karo terlihat dari adanya losd biasanya digunakan sebagai tempat pesta adat dan musyawarah runggun yang terdapat tengah - tengah bangunan pura dan atap dari losd tersebut berciri khas rumah - rumah adat Karo pada umumnya. Di dalam pura terdapat bangunan padmasana dan penglurah. Tinggi bangunan padmasana ± 2.5 meter dan penglurah ± 1.5 meter. Padmasana merupakan simbol dari Sang Hyang Widhi dan segala manifesta - Nya yaitu Dewa dan Dewi, sedangkan penglurah merupakan simbol dari roh leluhur yaitu Begu Jabu. Kedua bangunan tersebut merupakan sarana untuk penyembahan dan penghormatan terhadap Tuhan dan roh leluhur oleh penganut agama Hindu yang ada di Desa Lau Rakit. Universitas Sumatera Utara 64 Gambar : Sebelah kiri bangunan Padmasana, dan sebelah kanan bangunan Penglurah Pura persadanta terdiri dari tiga bagian yaitu datas bagian atas , si tengah bagian tengah, si teruh bagian luar . Pada bagian atas yang digambarkan sebagai tempat alam Tuhan, Dewa, dan roh leluhur yaitu pada bagian bangunan padmasana dan penglurah. Pada bagian tengah yang digambarkan sebagai tempat manusia hidup, pada bagian pura sebagai tempat persembahyangan umat. Pada bagian bawah yang digambarkan sebagai tempat terjadinya kejahatan, berada pada bagian luar pura. Penganut agama Hindu etnis Karo yang ada di Desa Lau Rakit menyakini, bahwa pura sebagai bangunan suci yang di jaga oleh begu jabu roh leluhur etnis Karo yang berasal dari tendi jiwa orang tua mereka yang telah meninggal. Jadi apabila seseorang yang ingin berbuat jahat dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan di lokasi pura, maka akan mendapatkan musibah. Universitas Sumatera Utara 65 Pura Persadanta merupakan tempat suci bagi penganut agama Hindu yang ada di Desa Lau Rakit. Sehingga ada ketentuan - ketentuan dan peraturan yang berlaku bagi seseorang yang ingin masuk kedalam pura. Ketentuan tersebut adalah bagi wanita yang sedang datang bulan haid dan wanita sedang hamil dilarang masuk kedalam pura. Untuk setiap orang secara umum, apabila ingin masuk kedalam pura harus berpakaian rapi dan bersih, serta berpikir yang baik, melihat yang baik dan berbuatlah yang baik. Hal tersebut dilakukan agar tetap menjaga kesucian dari pura.

3.5 Hubungan Agama Hindu Dengan Kebudayan Etnis Karo