Begu Jabu Keterkaitan Terhadap Begu Jabu dan Begu

74 aturan penyembahan, permohonan dan permintaan segala sesuatu keperluan seseorang yang hidup di dunia ini kepada Sang Hyang Widhi. Permohonan dan permintaan manusia tidak boleh dilakukan secara langsung kepada Sang Hyang Widhi Brahman, melainkan harus melalui perantara. Perantara permintaan dan permohonan ditujukan kepada Dewa menurut sifat dan fungsinya masing - masing. Misalnya : - Seorang petani memohon dan meminta agar tanaman yang ditanam memiliki buah yang banyak. Maka petani tersebut harus memintanya kepada Dewi Sri. Tugas dan Fungsi Tuhan di sini sebagai pemberi kesuburan, umat Hindu memberi nama-Nya sebagai Dewi Sri. - Seorang pelajar meminta diberikan ilmu pengetahuan oleh Tuhan. Maka pelajar tersebut harus memohon dan memintanya kepada Dewi Saraswati. Tugas dan Fungsi Tuhan di sini sebagai pemberi ilmu pegetahuan, umat Hindu memberi nama-Nya sebagai Dewi Saraswati.

3.7.2 Keterkaitan Terhadap Begu Jabu dan Begu

3.7.2.1 Begu Jabu

Penganut Hindu etnis Karo menyakini adanya Tendi. Tendi merupakan jiwa ataupun roh yang ada pada tubuh manusia yang membuat mereka hidup. Setelah meninggal, tendi tersebut akan terpisah dari badan, dan badan akan melebur dan kembali menjadi tanah. Tendi yang terpisah dari badan akan berubah menjadi begu jabu. Begu jabu adalah roh leluhur Hindu etnis Karo yang telah meninggal dunia. Walaupun telah meninggal, begu jabu diyakini masih memiliki hubungan darah Universitas Sumatera Utara 75 dengan saudara - saudaranya yang masih hidup, baik saudara dari pihak laki - laki maupun dari pihak perempuan. Begu jabu memiliki panggilannya masing - masing. Apa bila semasa ia masih hidup berjenis kelamin pria, maka begu jabu terebut dipanggil dengan sebutan Bulang kakek . Kalau berjenis kelamin wanita dipanggil dengan sebutan nini nenek . Tidak semua orang tua yang telah meninggal tendi Roh nya dapat dikatakan sebagai begu jabu pada penganut agama Hindu etnis Karo. Yang dikatakan sebagai begu jabu pada Hindu etnis Karo adalah orang tua mereka semasa hidupnya sudah diadati dan membayar utang adat kepada saudara - saudaranya, secara adat istiadat dan kebudayaan Karo semasa masih hidup. Bagi orang tua mereka yang belum membayar utang adat atau belum diadati tidak dianggap sebagai begu jabu mereka. Penganut agama Hindu etnis Karo, mengadakan pemujaan terhadap begu jabu. Pemujaan tersebut dapat dilakukan di pura dan makam leluhur pusaran. Pemujaan yang dilakukan terhadap begu jabu bukan sama seperti pemujaan terhadap Tuhan, akan tetapi dengan pemujaan mereka hanya mengungkapkan rasa terima kasihnya dan rasa cinta kepada roh leluhur yang telah melahirkan mereka ke dunia dan memberikan warisan kebudayaan melimpah dengan pemberian sesajen. Dalam keyakinan penganut agama Hindu etnis Karo, terdapat keyakinan bahwa manusia yang masih Hidup tidak akan pernah dapat bertemu dengan Tuhan. Orang yang telah meninggal dunia lah yang dapat bertemu dengan Tuhan. Universitas Sumatera Utara 76 Sehingga penganut agama Hindu etnis Karo menyakini bahwa begu jabu sangat dekat dan dapat bertemu dengan Tuhan. Penganut Hindu etnis Karo menyakini, dengan meminta bantuan berupa permohonan dan permintaan yaitu penyembuhan suatu penyakit, rejeki, kesehatan, dan lain - lain kepada begu jabu, maka permintaan dan permohonan mereka tersebut dapat disampaikan kepada Tuhan. Harapan mereka, agar Tuhan dapat mengabulkan segala permohonan dan permintaan yang telah disampaikan kepada begu jabu.

3.7.2.2 Begu