90
4.3.2 Odalan
Odalan merupakan hari perayaan kelahiran dari pura persadanta. Penyelenggaraan odalan diadakan sesuai dengan kesepakatan setiap umat Hindu
yang ada di Desa Lau Rakit. Sehingga perayaan odalan untuk setiap tahunnya berubah - ubah. Upacara odalan dilakukan oleh seluruh umat Hindu yang etnis
Karo. Diadakanya upacara odalan sebagai perayaan terhadap hari jadi nya kelahiran pura persadanta yang ada di Desa Lau Rakit. Perayaan ritual odalan
ditandai dengan memasangkan daun kelapa yang masih muda julur di gapura pura sebagai tanda adanya perayaan odalan di desa tersebut. Perayaan odalan
dihadiri oleh seluruh umat Hindu etnis Karo di pura persadannta yang menjadi kebanggaan umat Hindu di sana.
Ritul odalan dimulai dengan memercikkan air tirtha yaitu air suci yang berasal dari air kelapa muda dan telah disucikan oleh pendeta. Air tirtha
dipercikkan dengan menggunakan bunga pada setiap bagian atau setiap sudut pura yang dilakukan oleh seorang pendeta. Hal tersebut bertujuan sebagai penetralisir
dari roh - roh jahat begu dan sifat - sifat buruk negatif yang dapat mengganggu ketentraman manusia.
Berbagaimacam bentuk dan jenis sesajen yang digunakan dalam perayaan ritual odolan yang diadakan di Desa Lau Rakit. Sesajen yang ditujukan kepada
bhuta kala kekuatan alam semesta dan sifat - sifat negatif yang dapat mengganggu ketentraman manusia, berupa kurban binatang. Binatang yang
dikurbankan adalah seekor ayam. Ayam yang dikurbankan harus memiliki lima warna yang berbeda pada bulunya. Setiap warna dari ayam tersebut
Universitas Sumatera Utara
91 melambangkan dari dewa yang menjaga lima inti penjuru mata angin yaitu Dewa
Iswara di Timur, Dewa Brahma di Selatan, Maha Dewa di Barat, Dewa Wisnu di Utara, Dewa Siwa di Tengah.
Sebelum ayam disajikan, ayam tersebut disayur terlebih dahulu dengan menggunakan bumbu - bumbu dapur. Setelah selesai disayur, ayam disajikan
kepada Bhuta kala yaitu kekuatan alam semesta. Sesajen tersebut diletakkan pada bangunan padmasana yang merupakan simbol dari Sang Hyang Widhi.
Disajikannya kurban ayam pada bangunan padmasana bertujuan memohon kepada Tuhan agar kekuatan alam berupa bhuta kala tidak dapat mengganggu
ketentraman manusia dan alam semesta tersebut dapat berguna bagi kelestarian hidup manusia. Sesajen berupa kurban ayam yang disajikan kepada bhuta kala,
memiliki makna menjaga keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan hidup manusia dengan alam semesta dan alam tersebut dapat berguna bagi kehidupan
manusia yang menempatinya. Pada upacara odalan, masing - masing masyarakat yang beragama Hindu
membawa sesajen sebagai persembahan yang terbaik ke pura. Sesajen tersebut dapat berupa hasil panen, buah - buahan yang memiliki makna hasil dari jerih
payah manusia dalam berkerja di bumi yang akan dipersembahkan, makanan yaitu sayuran, nasi, roti cimpa, lemang dan lain - lainya yang memiliki makna hasil
dari karya kreatifitas dan pengetahuan manusia dalam membuatnya yang akan dipersembahkan dan sebagai pelengkap isi dari sesajian. Di pura, sesajen yang
dibawa masyarakat tersebut diletakkan pada bangunan padmasana dan pengelurah yang dipersembahankan kepada Tuhan, dewa, dan roh leluhur. Di
Universitas Sumatera Utara
92 depan sesajian yang mereka persembahakan tersebut, masing - masing orang
memanjatkan doa - doa permohonan kepada sang pencipta dan roh leluhur. Sesajen yang mereka persembahkan juga sebagai ucapan syukur kepada sang
pencipta serta segala manifestasi-Nya dan roh leluhur atas segala sesuatu yang telah mereka dapatkan selama hidup di bumi yaitu kesehataan, kesuburan tanah,
pekerjaan, dan lain sebagainya. Setelah acara ritual odalan selesai, sesajen yang telah dipersembahkan
dibagikan dan dimakan secara bersamaan oleh masing - masing oleh umat yang datang. Apabila makanan tersebut tidak habis dimakan di pura, maka makanan
tersebut akan dibawa pulang. Penganut agama Hindu etnis Karo menyakini bahwa makanan tersebut telah diberkati oleh Tuhan, sehingga bagi orang yang
memakanya akan mendapatkan anugrah dari Tuhan dewa, serta roh leluhur.
4.3.3 Saraswati