Keterkaitan Terhadap Sang Hyang Widhi Brahman

71

3.7 Sikap Hidup

Sikap hidup merupakan pola tingkah laku manusia untuk mengatur hubungannya dengan sesama manusia. Selain sesama manusia, mereka juga bersikap dengan Tuhan dan dewa, serta manusia dengan alam. Dengan sikap yang mereka perbuat, mereka ingin mendapatkan sesuatu dari sikap tersebut. Sikap yang diwujudkan oleh manusia dalam kehidupan sehari - hari, dapat berupa mengadakan upacara religi dan menghaturkan persembahan kepada sesuatu yang menurut mereka mempunyai kekuatan gaib, dan dapat membantu, menolong dan mengabulkan permintaan mereka dalam hal menjalankan kehidupannya. Begitu juga yang dilakukan oleh penganut agama Hindu etnis Karo yang ada di Desa Lau Rakit. Mereka menyakini adanya kekuatan di luar diriya sendiri, sehingga mereka mengadakan berbagai macam ritual yang diperuntukkan kepada Sang Hyang Widhi Brahman sebagai Tuhan yang mereka yakini, Begu jabu sebagai roh leluhur, dan Alam yang menjadi tempat tinggal mereka.

3.7.1 Keterkaitan Terhadap Sang Hyang Widhi Brahman

Penganut agama Hindu etnis Karo menyebutkan kata Dibata bagi Tuhannya, yaitu Sang Hyang Widhi Brahman. Mereka menyakini bahwa Sang Hyang Widhi Brahman adalah Tuhan yang mereka sembah dan menjadi puncak tertinggi dari segalanya. Syang Hyang Widhi Brahman tidak ada yang menjadikannya, akan tetapi beliau dapat membentuk dirinya sendiri menjadi apapun. Sehingga penganut agama Hindu membuat Tuhan dalam berbagi bentuk Universitas Sumatera Utara 72 yang dikatakan dengan Dewa. Dewa - dewa yang mereka bentuk tersebut, kesemuanya merupakan manifestasi Sang Hyang Widhi Brahman. Manifestasi artinya bagian - bagian dari Tuhan yang diwujudkan dalam berbagai macam bentuk menurut sifat dan fungsinya masing - masing. Penganut Hindu etnis Karo yang ada di Desa Lau Rakit, memberi wujud terhadap Tuhan dengan berbagai macam bentuk dewa menurut sifat dan fungsinya. Hal tersebut dibuat untuk mempermudah dan menjadi sarana mereka dalam beribadah menyembah Tuhan yang maha esa. Bagi penganut Hindu etnis Karo, Tuhan itu adalah satu, namun umat Hindu menyebutnya dengan banyak nama sesuai dengan posisi dan tugas Tuhan itu Sendiri. Dewa merupakan percikan dari Tuhan, sehingga antara Tuhan dan dewa tidak ada pemisah. Tuhan merupakan perwujudtan dari dewa - dewa dan dewa - dewa itu adalah Tuhan. Tuhan dan Dewa merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga menurut pandangan penganut agama Hindu etnis Karo, menyembah dewa juga berarti menyembah Tuhan. Agama Hindu mengelompokkan sifat - sifat dari Syang Hyang Widhi Brahman, yang juga diyakini oleh penganut agama Hindu etnis Karo yaitu - Dewa Brahmana sebagai pencipta alam semesta - Dewa Wisnu adalah sebagai pemelihara alam semesta - Dewa Siwa adalah penghancur atau pelebur alam semesta Menurut keyakinan umat Hindu, setiap penjuru arah mata angin dihuni oleh para dewa. Nama - nama Dewa sesuai dengan penjuru mata angin adalah - Arah Timur yang dikuasai oleh Dewa Iswara Universitas Sumatera Utara 73 - Arah Barat yang kuasai oleh Dewa Mahadewa - arah Selatan yang dikuasai oleh Dewa Brahma - Arah Utara yang dikuasai oleh Dewa Wisnu - Arah Tenggara yang dikuasai oleh Dewa Maheswara - Arah Barat Daya yang dikuasai oleh Dewa Rudra - Arah Barat Laut yang dikuasai oleh Dewa Sangkara - Arah Timur Laut yang dikuasai oleh Dewa Sambu - Pada bagian tengah dari setiap penjuru mata angin diyakini terdapat Dewa Siwa. Penganut Hindu yang beretnis Karo menyakini, dengan adanya dewa yang menjaga setiap penjuru mata angin, maka umat manusia di dunia, khususnya umat Hindu akan merasa aman, dan tenang karena Sang Hyang Widhi akan melindungi umatnya. Bentuk dan manifestasi Sang Hyang Widhi lainya yang dipercayai oleh penganut agama Hindu etnis Karo yang ada di Desa Lau Rakit adalah Delapan manifestasi sifat Sang Hyang Widhi sebagai penguasa yaitu : Dewa Indra sebagai penguasa Hujan, Dewa Baruna menguasai Lautan, Dewa Yama menguasai Arwah Manusia, Dewa Kuwera menguasai Kekayaan Alam, Dewa Bayu menguasai Angin, Dewa Agni menguasai Api, Dewa Surya menguasai Matahari, Dewa Candra menguasai Bulan Segala kegiatan yang dilakukan dalam bereligi sudah ada aturannya, dan aturan tersebut tidak boleh dilanggar, akan tetapi aturan tersebut harus dilaksanakan dengan baik. Pada penganut agama Hindu etnis Karo, terdapat Universitas Sumatera Utara 74 aturan penyembahan, permohonan dan permintaan segala sesuatu keperluan seseorang yang hidup di dunia ini kepada Sang Hyang Widhi. Permohonan dan permintaan manusia tidak boleh dilakukan secara langsung kepada Sang Hyang Widhi Brahman, melainkan harus melalui perantara. Perantara permintaan dan permohonan ditujukan kepada Dewa menurut sifat dan fungsinya masing - masing. Misalnya : - Seorang petani memohon dan meminta agar tanaman yang ditanam memiliki buah yang banyak. Maka petani tersebut harus memintanya kepada Dewi Sri. Tugas dan Fungsi Tuhan di sini sebagai pemberi kesuburan, umat Hindu memberi nama-Nya sebagai Dewi Sri. - Seorang pelajar meminta diberikan ilmu pengetahuan oleh Tuhan. Maka pelajar tersebut harus memohon dan memintanya kepada Dewi Saraswati. Tugas dan Fungsi Tuhan di sini sebagai pemberi ilmu pegetahuan, umat Hindu memberi nama-Nya sebagai Dewi Saraswati.

3.7.2 Keterkaitan Terhadap Begu Jabu dan Begu