85
4.2.6 Sesajen Berupa Peralatan
Bentuk dan jenis sajian yang digunakan sebagai peralatan dalam sarana persembahan sesajen, serta sebagai pelengkap dan penyempurna sesajen adalah
berupa tampan yang digunakan sebagai tempat sajian yang akan disajikan. Mangkuk digunakan sebagai tempat sesajen berupa air, bunga, serta beras yang
telah disucikan, yang digunakan sebagai sarana penyucian kepada umat. Minyak wangi yang digunakan sebagai menambah keharuman pada bunga yang akan
disajikan. Sebelum disajikan, bunga terlebih dahulu diberikan minyak wangi dengan cara dipercikan pada bunga. Minyak wangi tersebut dipersikkan pada
bunga yang menjadi sesajen yang bertujuan untuk menambah keharuman dari bunga. Dengan menambah keharuman dari bunga, Tuhan dianggap akan lebih
senang dan tertarik dalam menerima persembahan yang akan mereka berikan. Peralatan lainnya adalah berupa botol minuman yang digunakan untuk tempat
peletakan dupa pada bangunan padmasana.
4.3 Aktivitas - Aktivitas Pelaksanaan Serta Makna Sesajen
4.3.1 Sembahyang
Salah satu hakekat inti dari ajaran agama Hindu etnis Karo adalah sembahyang. Penganut agama Hindu etnis Karo yang ada di Desa Lau Rakit,
melakukan upacara sembahyang di Pura Persadanta setiap hari Jumat pada sore hari yang dihadiri oleh etnis Karo yang beragama Hindu.
Upacara sembahyang yang dilakukan penganut agama Hindu etnis Karo memiliki makna yaitu Sembah yang berarti sujud yang dilakukan dengan cara -
Universitas Sumatera Utara
86 cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati
atau pikiran, baik dengan ucapan kata - kata maupun tanpa ucapan. Sedangkan Hyang berarti yang dihormati atau dimuliakan sebagai obyek dalam pemujaan,
yaitu Sang Hyang Widhi Brahman dan segala manifestasi-Nya yaitu dewa dan begu jabu sebagai roh leluhur.
Bentuk dan jenis sesajen serta perlengkapan yang digunakan oleh penganut agama Hindu etnis Karo di Desa Lau Rakit pada saat persembahyangan adalah
- Bunga memiliki makna rasa cinta, hormat, kedamaian, dan ketulusan terhadap
yang dipuja. -
Minyak wangi memiliki makna ketenangan jiwa dan pengendalian diri, dan penambah keharuman pada bunga yang digunakan sebagai sesajen.
- Api yang disimbolkan dalam bentuk dupa yang memiliki makna perantara
yang menghubungkan antara pemuja dengan yang dipuja, pengusir roh - roh jahat dan sebagai saksi dalam pengantar persembahan sesajen terhadap yang
dipuja. -
Air Tirtha air suci merupakan lambang dan sarana dari penyucian jiwa dan badaniah manusia.
- Uang perak sebagai lambang dari kemakmuran.
- Beras Bija sebagai lambang kesuburan.
Tata cara persembahan dari sesajen yang dilakukan oleh penganut Hindu yang beretnis Karo dipimpin oleh seorang Pemangku
10
. Sesajen yang dipersiapkan pada sebuah tampan adalah daun pisang yang dipotong empat segi,
10
Pemangku adalah orang yang membimbing dan mengarahkan umat dalam beribadah dan mengajarkan isi dari kitab suci Weda
Universitas Sumatera Utara
87 bunga yang telah digulung dengan daun pisang, bunga yang diletakkan di tengah -
tengah tampan, uang perak. Disamping tampan terdapat mangkuk yang berisikan air dan mangkuk yang berisikan beras.
Tampan yang berisikan sesajen diserahkan kepada pemimpin Sembahyang yaitu pemangku. Pemangku tersebut mengangkat tampan yang berisi sesajen, hal
tersebut dilakukan untuk meminta berkat dan agnugrah kepada Tuhan dan segala manifestanya sebagai penguasa alam semesta dan segala isinya, agar persembahan
sesajen yang mereka lakukan dapat diterima. Pada bangunan padmasana diletakkan daun pisang sebagai alas sesajen,
diatas daun pisang tersebut diletakkan bunga dan uang perak. Pada botol diletakkan dupa. Pada bangunan penglurah, sesajen sama juga yang terdapat pada
bangunan padmasana, namun pada penglurah sesajen diletakkan di dalam lubang yang terdapat pada bagian atas bangunan tersebut berserta dengan dupa.
Setelah pemberian sesajen pada padmasana dan penglurah, tampan yang berisikan sesajen diserahkan kepada umat untuk dibagikan untuk setiap orangnya.
Setiap umat yang hadir megambil sesajen yang ada pada tampan tersebut, dan meletaknya dihadapan mereka. Isi dari sesajen tersebut adalah berupa bunga, uang
perak yang dialasi daun pisang beserta denan dupa. Untuk selanjutnya, Sesajen tersebut digunakan sebagai sarana persembahyangan. Dalam melakukan
persembahyangan masing - masing umat duduk memanjang kearah belakang menghadap bangunan padmasana dan penglurah.
Upacara ritual selanjutnya dilakukan dengan cara upacara Panca lima sembah yang ditujukan kepada Tuhan, dewa dan dewi sebagai manifesta Sang
Universitas Sumatera Utara
88 Hyang widhi Brahma, dan Begu jabu sebagai roh leluhur Hindu etnis Karo.
Sembah pertama, dengan tangan kosong ditujukan kepada roh leluhur begu jabu. Sembah kedua dengan memakai bunga ditujukan kepada siwa adytia Tuhan
sebagai penguasa alam semesta , ketiga dengan memakai bunga ditujukan kepada maha dewa, dan keempat dengan tangan dikatup yang berisi bunga yang telah
digulung dengan daun pisang yang dipakaikan pada ujung jari ditujukan kepada Sang Hyang Widhi, hal tersebut bertujuan untuk penyampaian rasa hormat kepada
Tuhan, serta penyampaian permohonan maaf dan permohonan anugrah. Sembah kelima, dengan tangan kosong merupakan sembah penutup sebagai ucapan rasa
terima kasih atas rahmat-Nya. Setelah melaksanakan persembahyangan, umat dipercikkan air suci Tirtha
yang terdapat pada mangkuk yang berisi bunga dan air yang telah disucikan oleh Tuhan dengan cara meminta anugrah-Nya yang dilakukan oleh pemangku. Air
suci tersebut dipercikan kepada umat secara satu persatu dengan memakai bunga yang telah digunakan sebagai sesajen. Air dipercikkan 3 - 6 kali, di kepala 3 kali,
ketangan 3 kali lalu diminum dan mencuci muka. Hal tersebut dimaksudkan agar pikiran dan hati umat menjadi bersih dan suci, sekaligus sebagai penyucian tendi
yang ada dalam diri manusia. Kebersihan, kesucian hati, dan jiwa merupakan pangkal ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan lahir dan batin.
Kemudian upacara membija yang merupakan tahap akhir dari persembahyangan. Bija memiliki arti beras, yang merupakan lambang kesuburan.
Membija bearti menempelkan beras pada bagian kening, kanan dan kiri bagian
Universitas Sumatera Utara
89 sebelah mata, pada bagian leher, serta menelanya. Hal tersebut dilakukan sebagai
menumbuh kembangkan sifat kesuburan pada setiap diri manusia. Setelah upacara membija selesai, air suci tirtha dan beras yang terdapat
pada sebuah mangkuk, disajikan kembali pada bangunan padmasana. Selain upacara pemujaan terhadap Tuhan yang dilakukan setiap hari Jumat
di pura. Pemujaan terhadap Tuhan juga dapat dilakukan kapan dan di mana saja sesuai dengan niat, keinginan, serta tujuan setiap orang. Pemberian sesajen pada
saat upacara dapat dilakukan secara pribadi - pribadi untuk setiap orangnya yang dilakukan di pura, di rumah, maupun tempat - tempat yang dianggap dapat
memberikan ketenangan terhadap seseorang. Biasanya umat yang memberikan sesajen pada hari - hari biasa, karena mempunyai tujuan tertentu yaitu
pengungkapan rasa syukur, mendapatkan suatu rejeki, untuk menghindari mala petaka, memohon penyembuhan suatu penyakit, hasil panen, guna kemajuan,
keinginan, dan maksud tertentu orang yang menyajikan sesajen, dan lain - lain. Sesajen yang dipakai tidak begitu jauh berbeda dengan sesajen yang
digunakan pada saat persembahyangan di pura yaitu berupa bunga, air. Hal tersebut sebagai penghormatan, permohonan, serta pengungkapan rasa terima
kasih atas segala sesuatunya yang telah diberikan maupun yang belum diberikan oleh Tuhan.
Universitas Sumatera Utara
90
4.3.2 Odalan