Latar Belakang Masalah Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah paling penting dan aktual sepanjang zaman, karena kemajuan suatu bangsa dan negara tidak terlepas dari keberhasilan di sektor pendidikan suatu bangsa tersebut. Dapat dilihat dalam sejarah dan masa kini bahwa peradaban yang maju pada suatu bangsa dan Negara tidak terlepas dari peran pendidikan yang maju pula. Melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan dan dengan pendidikan orang menjadi maju dan mampu mengelola alam yang dikaruniakan Allah SWT dengan baik. Hal-hal tersebut sesuai dengan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya masyarakat indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing tinggi, maju dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia-manusia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja tinggi serta disiplin. Redja Mulyahardjo mengatakan bahwa: “Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Dan dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dan segala pengaruh yang diupayakan sekolah 2 terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.” 1 Pendidikan adalah suatu proses yang berfungsi membimbing siswa dalam kehidupan sesuai dengan tugas dan perkembangannya yang harus dijalani oleh peserta didik, pendidikan juga merupakan suatu usaha sadar yang teratur dan sistematik, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk membuat peserta didik agar mempunyai sifat atau tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 2 Ngalim Purwanto menyatakan bahwa “Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya jasmani dan rohani agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.” 3 Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia 1 Redja Mulyahardjo, pengantar Pendidikan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 8 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 Bandung: Citra Umbara, 2006, hal. 71-72 3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. ke- 16, hal. 10 3 serta menumbuhkan suatu sistem pembelajaran yang berkualitas, maka sistem pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini. Semua yang diperoleh siswa tersebut didapat dari peran seorang guru. Semua orang percaya bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik. Agar dapat mengembangkan potensi secara optimal, dalam hal ini guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagi berikut: 1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. 2. Tema, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan dan bagi para peserta didik. 3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. 5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. 6. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. 7. Mengembangkan kreatifitas. 4 Perkembangan ilmu, teknologi dan arus globalisasi telah membawa perubahan dihampir setiap aspek kehidupan manusia. Dalam rangka menghadapi berbagai perubahan dan permasalahan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, yang antara lain melalui pembaharuan sistem pendidikan dan khususnya pembelajaran ilmu-ilmu sosial IPS yang lebih bermakna. Perubahan yang terus menerus terjadi dalam kehidupan sosial 4 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 36 4 mengisyaratkan bahwa pendidikan IPS mesti senantiasa melakukan langkah pengembangan guna menjawab permasalahan yang ada dalam masyarakat. Banyak pandangan yang muncul seputar permasalahan yang ada dalam pendidikan IPS itu sendiri, di antaranya ada pihak yang mengkritisi strategi atau pendekatan yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Ada yang mengkritisi dari sudut materi yang diajarkan yang sering kali missmacth dengan realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan yang demikian setidaknya munculnya asumsi dalam diri siswa bahwa IPS merupakan bidang studi yang menjemukan, kurang menantang minat belajar, bahkan dipandang sebagai ilmu pengetahuan kelas dua. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Syafruddin Nurdin mengutip pendapat Nu’man Sumantri bahwa “Pelajaran IPS yang diberikan di sekolah-sekolah sangat menjemukan dan membosankan. Hal ini disebabkan penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris, sehingga siswa kurang antusias yang dapat mengakibatkan pelajaran kurang menarik”. 5 Permasalahan pembelajaran tersebut berdampak pada minat dan motivasi siswa untuk belajar menjadi berkurang, dan pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa, sehingga mengakibatkan kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran yang diimplementasikan di sekolah-sekolah saat ini pada umumnya masih bersifat konvensional. Disebabkan karena sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Dalam pembelajaran IPS diperlukan juga efektivitas, efektivitas belajar IPS adalah hasil akhir yang diterima setelah mengalami proses belajar mengajar IPS yang tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi saja, tetapi juga menyentuh ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik dalam 5 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Bebasis Kompetensi, Jakarta: Ciputat Press, 2005, Cet.I h.7 5 mewujudkan nilai-nilai positif. Efektivitas proses belajar mengajar menekankan pada suatu usaha yang akan melahirkan aktifitas belajar yang efektif. Belajar yang efektif merupakan suatu aktifitas belajar yang optimal pada diri siswa. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa sangat bergantung kepada cara mengelola kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sebaik mungkin berdasarkan kemampuannya. Permasalahan di atas menimbulkan pertanyaan, yakni bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran IPS, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut. Bagaimana mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Dalam proses belajar mengajar, terdapat sebuah ungkapan populer bahwa metode lebih penting dari materi. Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sehingga sebuah proses belajar mengajar PBM bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode yang tepat. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, yakni: tujuan, metode, materi, media, dan evaluasi. Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan di mana pengajaran berlangsung. Basyirudin Usman menyatakan bahwa “Bila ditinjau lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, 6 kemampuan dan kepribadian guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.” 6 Seorang pendidik dituntut agar cermat dalam memilih dan menetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik, karena dalam proses belajar mengajar PBM dikenal ada beberapa macam metode. Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsung proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa ternyata dengan pendekatan pembelajaran seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Belajar mengajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran. Dan proses tersebut dapat dilandaskan pada suatu sistem yang baik dengan memilih metode yang sesuai agar dapat menentukan keberhasilan siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor, diantaranya pemilihan metode mengajar, minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Pada saat ini antusias siswa untuk belajar mata pelajaran IPS masih rendah, selain itu kurangnya keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode atau model pembelajaran, sehingga fokus pembelajaran hanya terpusat pada guru teacher centered dan kurang ada partisipasi siswa yang berarti. Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan tindakan kelas. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa “Tindakan kelas yaitu merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah 6 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT Intermasa, 2002, Cet.1,h.32 7 tindakan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa”. 7 E. Mulyasa mengatakan bahwa: “Penelitian Tindakan Kelas PTK memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila di implementasikan dengan baik dan benar. Melalui penelitian guru dapat berkreasi dan mengembangkan kemampuan secara mandiri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang bersinambungan, baik kualitas hasil maupun prosesnya secara bersamaan”. 8 Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan model Make a Match melalui penelitian tindakan kelas. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam model, salah satu model pembelajaran kooperatif yang ingin penulis sampaikan adalah Make a Match . Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas, sehingga terjadilah suatu pembelajaran yang hidup di dalam kelas. Pada model ini setiap siswa dituntut untuk memberikan saran, pendapat, ide, bahkan, untuk menjawab soal yang diberikan guru, dengan cara mangangkat atau mengajukan kartu yang diberikan guru pada setiap siswa. Berdasarkan analisis di atas penulis berinisiatif untuk melakukan eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match dan diharapkan dengan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS. Dan dari latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS” Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al Syukro Ciputat 7 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, h.3 8 E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas , Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h.8 8

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif metode Make a match untuk meningkatkan perhatian siswa pada pembelajaran Matematika di SMP YMJ Ciputat (Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah YMJ Ciputat)

0 7 231

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI 101769 TEMBUNG T.A 2011/2012.

0 1 20

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP ISLAM DARUL HIKMAH MAKASSAR

0 0 113