50 dengan ekonomi menengah ke atas. Hal ini kemungkinan menyebabkan
perilaku siswa yang cenderung kurang peduli terhadap guru.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Sebelum siswa belajar siswa diberikan tes kemampuan awal pre test, yaitu tes yang dilakukan sebelum siswa memperoleh materi pelajaran.
Kemudian tes kemampuan akhir post test, yaitu untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan materi dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif model Make a Match. Masing-masing test diperiksa atau dikoreksi untuk mengetahui hasil belajar.
Kemudian dari hasil belajar tersebut dibandingkan apakah telah terjadi peningkatan hasil belajar atau tidak. Apabila hasil belajar yang diperoleh tidak
sesuai dengan kiteria yang diharapkan maka akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya sebagai perbaikan pembelajaran.
Data hasil penelitian juga diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh peneliti agar dapat mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga dapat
memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas agar berjalan lebih baik. Selanjutnya diberikan lembar wawancara kepada siswa dan guru mengenai
penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dalam pelajaran IPS.
C. Interpretasi Hasil Analisis Kegiatan Pembelajaran 1. Tindakan Pembelajaran Silklus 1
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka ada beberapa rencana tindakan yang diberikan pada siklus 1, yaitu:
1 Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.
Materi yang akan dilaksanakan pertemuan pertama ini tentang Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
ekonomi yang bermoral.
51 2
Membuat lembar observasi untuk setiap pertemuan yang memuat tujuan pembelajaran, keterlaksanaan oleh guru,
kemampuan dan keterampilan guru, keterlaksanaan oleh siswa, keaktifan siswa dalam kegiatan belajar dan interaksi guru
dengan siswa. 3
Membuat media kartu berpasang-pasang yang berisi
pertanyaan dan jawaban. 4
Menyiapkan sumber belajar. 5
Membuat alat evaluasi berupa soal tes bentuk pilihan ganda yang akan diberikan di awal dan di akhir siklus.
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 21 Oktober 2010. Sebelum pelajaran dimulai, peneliti yang bertindak sebagai
guru, terlebih dahulu menarik perhatian siswa dengan cara menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru mencoba
berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari kegiatan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi. Sebelum dilanjutkan pada penjelasan materi,
guru memberikan pre test berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
mendapatkan materi. Siswa diberikan waktu
10 menit untuk menyelesaikan soal tersebut.
Setelah pre test selesai guru menjelaskan tentang hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral, empat aspek dalam
tindakan ekonomi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Kegiatan berikutnya setelah siswa memahami materi yang telah disampaikan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Kemudian salah satu murid bertanya, Dhinar: apa makna bahwa manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi? Guru menjawab: Sebagai manusia
sejak kita dilahirkan ke muka bumi ini hingga dewasa, kehidupan manusia
52 yang satu tidak dapat dilepaskan dari peran bantuan manusia yang lain,
kita hidup di dunia tidak akan bisa hidup sendiri. Seperti kita hidup dalam lingkungan masyarakat mempunyai tetangga saling berinteraksi satu sama
lainnya dan saling membutuhkan. Terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menunjukan bahwa manusia selain sebagai makhluk
sosial, juga sebagai makhluk ekonomi dengan hasratnya memenuhi kebutuhannya yang beragam dan tidak terbatas. Itulah bahwa manusia
sebagai makhluk sosial dan ekonomi. Kemudian guru bertanya kembali kepada siswa apakah masih ada
pertanyaan jika tidak ada kita akan memulai permainan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sebelum
dimulai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghafal catatan yang telah dipelajari hari ini setelah itu guru menjelaskan
bagaimana cara permainan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match.
Pada model ini Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu
bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, Setiap siswa mendapat satu buah kartu, tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari
kartu yang dipegang, setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya soal jawaban, Setiap siswa yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, Demikian seterusnya.
c. Data Hasil Belajar Siklus 1
Data hasil belajar diperoleh dari nilai pre test dan post test yang diberikan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran berlangsung.
Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
53
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
Siklus 1 No
Nama Siswa Pre test
Post test N Gain
1 Arifatiq umara
65 80
0,5 2
Askinah Sandiah 45
70 0,5
3 Anisa Nurfadillah
85 90
0,3 4
Angga Reksa 60
75 0,4
5 Azka Nisail Kamilah
60 85
0,6 6
Bintang 10
55 0,5
7 Dhinar Trias Dewantary
75 90
0,6 8
Esa Bayu Rianto 70
90 0,7
9 Fadila Bunga
65 80
0,5 10
Fikri Daris A 40
70 0,4
11 Kusuma Panji
35 60
0,3 12
Lintang Mutiara Dini 80
85 0,3
13 Muhammad Ilham
80 95
0,8 14
M. Ikbal Naufal 55
70 0,3
15 Rashida An’am Shaliha
60 85
0,6 16
Rahman Hadiyanto 20
55 0,5
17 Razak
30 60
0,5 18
Salsabila Sadya 70
85 0,5
19 Syafri
60 70
0,3 20
Viru 50
70 0,4
Jumlah 795
1520 9,5
Rata-rata
39,75 76
0,47 Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai paling rendah yang diperoleh
siswa pada saat pree test adalah 10. Sedangkan nilai terendah pada saat postest sebesar 55. Nilai tertinggi pada pre test adalah 80, sedangkan pada
skor postest sebesar 95. Dari tabel tersebut bisa kita lihat sebagian besar siswa hasil belajarnya meningkat.
Untuk hasil belajar siklus 1 diperoleh rata-rata N gain sebesar 47 ini berarti pembelajaran kooperatif model Make a Match yang digunakan
belum efektif
dalam meningkatkan
hasil belajar
siswa yang
memperhitungkan ketuntasan hasil belajar sesuai dengan tabel tafsiran N-gain. Dengan demikian indikator keberhasilan peneliti ini belum
tercapai. Untuk itu perlu adanya perbaikan-perbaikan dari kekurangan
54 yang terdapat pada siklus 1 untuk kegiatan disiklus 2 dan seterusnya.
Dengan adanya
perbaikan, diharapkan
efektifitas penggunaan
pembelajaran kooperatif model Make a Match dapat tercapai.
d. Observasi dan Analisis
Pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Dimana, peneliti dibantu oleh guru IPS untuk melakukan pengamatan terhadap
aktifitas siswa dan peneliti sebagai guru selama proses pembelajaran. Data dari hasil
observasi menunjukan bahwa guru membuat rencana pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran. Walaupun masih ada
sedikit penyimpangan yang dilakukan oleh guru dari skenario yang ada. Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang berada diluar perkiraan.
Mengenai kemampuan peneliti dalam mengondisikan kelas, guru cukup tegas dalam menghadapi siswa walaupun masih ada yang
mengobrol. Guru belum bisa mengondisikan kelas secara maksimal. Hal ini disebabkan siswa belum pernah mendapat model pembelajaran bermain
sambil belajar, sehingga ada beberapa siswa yang masih bingung. Dari lembar observasi, untuk proses pembelajaran masih kurang khususnya
waktu untuk mengerjakan soal post test hal ini dikarenakan banyak waktu yang terbuang untuk pembelajaran kooperatif model Make a Match yang
akan digunakan pada penelitian ini. Siswa masih belum memahami cara penggunaannya. Sehingga guru harus memberi penjelasan ulang mengenai
cara penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Dari hasil belajar siswa pada siklus 1 sebagaimana terlihat pada
tabel menunjukan bahwa, sebagian besar siswa hasil belajarnya meningkat. Hal ini bisa dilihat dari skor pre test dan post test yang terdapat pada tabel
hasil belajar siswa di silkus 1. Meskipun demikian, belum ada siswa yang mencapaian ketuntasan hasil belajarnya. Selain itu, rata-rata N-gain pada
sikulus 1 hanya mencapai 47. Hal ini menunjukkan penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match pada siklus 1 baru mencapai
tingkat belum efektif.
55
e. Tahap Refleksi
Tahap ini dilakukan setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis pada observasi ditemukan beberapa kekurangan
yang ada pada siklus I, yaitu : 1
Kurang meratanya peneliti membimbing saat pembelajaran berlangsung.
2 Kurang profesionalnya peneliti mengendalikan keadaan kelas
yang sulit diatasi karena banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat pembelajaran berlangsung.
3 Kurangnya peneliti untuk mengatur waktu menjelaskan materi
yang disampaikan sehingga banyak siswa belum memahami materi pembelajaran.
4 Kurang kondusifnya siswa pada saat mencari pasangan antara
jawaban dan pertanyaan dikarenakan kurang pahamnya beberapa siswa bagaimana cara penggunaan pembelajaran
kooperatif model Make a Match. Pada tahap ini berdasarkan hasil analisis pada observasi ditemukan
beberapa kelebihan yang ada pada siklus 1, yaitu: 1 Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
model Make a Match membuat suasana menyenangkan dalam belajar IPS.
2 Aktifnya siswa pada saat siswa mencari pasangan pertanyaan dan jawaban yang sudah ditangan mereka masing-masing yang
telah dibagikan kepada seluruh siswa oleh peneliti. 3 Mudahnya peneliti dibagian mana siswa kurang memahami
materi yang sudah disampaikan sehingga diakhir pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a
Match. peneliti dapat menyimpulkan kembali materi-materi mana yang harus dijelaskan kembali dalam menyimpulkan
materi sehingga tidak harus terlalu banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan kembali.
56 Untuk memperbaiki kekurangan yang ada di siklus 1, dalam
tahap refleksi peneliti beserta guru kelas memperoleh kesepakatan tentang hal-hal sebagai berikut:
a Agar suasana kelas menjadi lebih kondusif, peneliti yang bertindak sebagai guru, memberikan pengurangan poin
kepada siswa yang berbuat gaduh. b Guru lebih memperjelas penyampaian materi, yaitu
penyampaian materi yang tidak terlalu cepat dan suara yang lebih lantang.
c Lebih memperhatikan siswa secara keseluruh dengan cara berkeliling di kelas.
d Mengajak siswa agar lebih konsentrasi dalam belajar.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus 2
Untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus 1, maka dilakukan penelitian kedua. Peneliti pada siklus ini tetap menggunakan
model pembelajaran kooperatif model Make a Match.
a. Tahap Perencanaan
Pada pembelajaran di siklus 2, ada beberapa perencanaan yang dipersiapkan oleh peneliti diantaranya:
1 Menyusun kembali scenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan kedua. Membuat kembali
rencana pelaksanaan pembelajaran RPP materi tentang kebutuhan manusia.
2 Menyiapkan alat bantu dan sumber belajar. 3 Menyiapkan media kartu berpasang-pasangan yang berisi
pertanyaan dan jawaban. 4 Membuat soal pilihan ganda yang akan diberikan di awal
pembelajaran dan di akhir pembelajaran pada akhir siklus 2.
57 5 Menyiapkan lembar observasi proses pembelajaran, yang akan
menjadi acuan tentang proses pembelajaran selama siklus 2.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada siklus ini guru melaksanakan rambu-rambu pembelajaran yang telah direncanakan pada scenario pembelajaran, memberikan peringatan
kepada siswa yang membuat suasana kelas menjadi gaduh yaitu dengan memberikan pengurangan poin. Selain itu guru lebih memantau kegiatan
pembelajaran yang dilakukan siswa pada saat guru menjelaskan materi yang sedang berlangsung. Serta lebih mengarahkan siswa agar lebih
konsentrasi dalam proses pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran, guru menjelaskan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai. Selanjutnya guru memberikan 20 butir soal pre test kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa waktu yang
diberikan untuk mengerjakan soal-soal tersebut adalah 10 menit. Pada kegiatan inti, guru mengulas sedikit materi kembali pertemuan
sebelumnya dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Guru menanyakan kembali apa hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan
ekonomi yang bermoral. Dan ada siswa yang menjawabnya dengan benar. Kemudian guru menjelaskan materi selanjutnya pada pertemuan kedua.
Guru menjelaskan tentang kebutuhan manusia adalah setiap keinginan manusia baik berupa barang maupun jasa yang dapat memberi rasa puas
baik jasmani maupun rohani demi kelangsungan hidupnya. Penggolongan kebutuhan manusia antara lain Kebutuhan manusia menurut intensitas ada
tiga yaitu Kebutuhan primer, Kebutuhan skunder, dan Kebutuhan tersier. Kebutuhan manusia menurut waktunya ada dua yaitu: Kebutuhan sekarang
dan Kebutuhan yang akan datang. Kebutuhan manusia menurut sifatnya, ada dua yaitu: Kebutuhan material atau kebutuhan jasmani dan Kebutuhan
immaterial atau kebutuhan rohani. Kebutuhan manusia menurut subyeknya, ada dua yaitu: Kebutuhan individu dan Kebutuhan kolektif.
58 Selanjutnmya setelah pembahasan selesai guru bertanya kembali
kepada siswa apakah ada yang kurang jelas dari materi yang kita pelajari hai ini? jika tidak ada, kita akan memulai permainan dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sebelum dimulai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghafal catatan yang telah
dipelajari hari ini setelah itu guru menjelaskan bagaimana cara permainan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Pada
model ini guru menyiapkan media kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban, setiap siswa mendapat satu buah kartu, tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, setiap
siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya soal jawaban, setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu diberi poin, setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya , Demikian
seterusnya. Diakhir pembelajaran, guru mengulas kembali materi tersebut dan
meminta siswa untuk memberikan kesimpulan. Setelah itu peneliti dan siswa menyimpulkan bersama setelah pembelajaran selesai. Kegiatan
selanjutnya pemberian soal kepada siswa. Masing-masing siswa mendapatkan 20 butir soal pilihan ganda yang sama seperti soal yang
diberikan sebelum pembelajaran pada awal pembelajaran. Pemberian soal ini dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah
mendapatkan materi.
c. Data Hasil Belajar Siklus 2
Data hasil belajar diperoleh dari nilai pre test dan postest yang diberikan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran pada pertemuan
kedua. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
59
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2
Siklus II No
Nama Siswa Pre test
Post test N-Gain
1 Arifatiq umara
35 60
0,4 2
Askinah Sandiah 50
80 0,6
3 Anisa Nurfadillah
40 85
0,8 4
Angga Reksa 35
70 0,7
5 Azka Nisail Kamilah
40 90
0,9 6
Bintang 20
60 0,5
7 Dhinar Trias Dewantary
45 95
0,9 8
Esa Bayu Rianto 65
85 0,6
9 Fadila Bunga
35 85
0,8 10
Fikri Daris A 50
65 0,3
11 Kusuma Panji
30 65
0,5 12
Lintang Mutia Dini 50
85 0,7
13 Muhammad Ilham
45 75
0,6 14
M. Ikbal Naufal 50
75 0,6
15 Rashida An’am Shaliha
40 95
1 16
Rahman Hadiayanto 25
65 0,6
17 Razak
25 65
0,4 18
Salsabila Sadya 40
90 0,9
19 Syakri
45 70
0,7 20
Viru 30
60 0,5
Jumlah 1115
1525 13
Rata-rata 55,75
76,25 0,65
Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai paling rendah yang diperoleh siswa pada saat pre test adalah 20. Sedangkan nilai terendah pada saat post
test sebesar 60. Nilai tertinggi pada pre test adalah 65, sedangkan pada skor post test sebesar 95. Dari tabel tersebut bisa kita lihat sebagian besar
siswa hasil belajarnya meningkat. Untuk hasil belajar siklus 2 diperoleh rata-rata N gain sebesar 65.
ini berarti pembelajaran kooperatif model Make a Match yang digunakan cukup
efektif dalam
meningkatkan hasil
belajar siswa
yang memperhitungkan ketuntasan hasil belajar sesuai dengan tabel tafsiran N-
gain. Dengan demikian indikator keberhasilan peneliti ini sedikit akan tecapai.
Untuk itu peneliti melanjutkan ke siklus 3 mencoba
menyempurnakan dan memperbaiki dari kekurangan yang terdapat pada
60 disiklus 2. Dengan adanya perbaikan sekali lagi, diharapkan efektifitas
penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match dapat tercapai dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Observasi dan Analisis
Pengamatan pembelajaran pada siklus 2 masih berorientasi pada aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Selain aktifitas
siswa, juga ada beberapa hal yang dilakukan pengamatan seperti, persiapan guru sebelum mengajar, media dan sumber yang digunakan.
Data dari hasil siklus 2 menunjukan bahwa, guru membuat rencana pembelajaran sebelum rencana pembelajaran sebelum melaksanakan
pembelajaran. Pada siklus 2, guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dibuat.
Kemampuan peneliti dalam mengondisikan kelaspun mengalami sedikit peningkatan. Suasana kelas sudah lebih tenang dibandingkan pada
proses pembelajaran disiklus 1. Hal ini disebabkan, guru memberi point kepada siswa yang membuat gaduh dan yang tidak memperhatikan,
sehingga mereka menjadi lebih tenang. Dan waktu untuk proses pembelajaran sudah cukup. Karena dibandingkan pada siklus 1 banyak
waktu yang terbuang akibat siswa tidak memperhatikan dan keadaan kelas gaduh. Sehingga guru harus menjelaskan berulang-ulang. Pada siklus 2 ini
menyampaian guru lebih jelas dan dimengerti. Karena penjelasannya tidak secepat pertemuan sebelumnya. Suara guru sudah menjadi pusat perhatian
semua siswa, sehingga menarik perhatian siswa untuk memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga sudah mulai faham dengan penggunaan
pembelajaran kooperarif model Make a Match. Sesuai data yang diperoleh, siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Guru melakukan interaksi dengan siswa memberikan pertanyaan. Interaksi lainnya bisa dilihat dari bantuan dan bimbingan guru
pada siswa. Guru berkeliling di kelas untuk melihat pekerjaan siswa dan memberikan bantuan jika siswa mengalami kesulitan.
61 Hasil belajar siswa pada siklus 2 sebagaimana terlihat pada tabel
menunjukan bahwa, sebagian siswa hasil belajarnya mulai meningkat. Hal ini bisa dilihat dari skor pre test dan post test yang terdapat pada tabel
hasil belajar di siklus 2. Untuk perolehan rata-rata N-gain pada siklus 2 mencapai 65. Hal ini menunjukan penggunaan pembelajara kooperatif
model Make a Match pada siklus 2 baru mencapai tingkat cukup efektif.
e. Tahap Refleksi
Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan guru pengajar setelah melakukan analisis setelah siklus 2. Beberapa hal yang harus diperbaiki
dalam siklus 2, antara lain : 1
Perlu ditingkatkan bimbingan dan arahan pada saat siswa mengerjakan tugas agar tidak menimbulkan kegaduhan di dalam
kelas. 2
Peningkatan pengawasan dari peneliti, dengan memantau lebih dekat kepada siswa yang sering membuat kegaduhan. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi siswa yang mengobrol dan bercanda pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
3 Perlu diatur lebih tertib ketika siswa bertanya kepada guru.
4 Perlu diberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam
kegiatan proses
pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sehingga tidak
hanya siswa berkemampuan lebih saja yang dominan dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.
5 Perlu diatur secara profesional pembagian waktu selama proses
pembelajaran berlangsung. Agar dapat mencapai semua indikator yang akan disampaikan pada siklus 2.
Berdasarkan observasi dan analisis dari siklus 2 terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar IPS, ternyata proses pembelajaran pada
siklus 2 cukup baik. Untuk aktifitas dan respon positif pada siswa disiklus 2 cukup baik dibandingkan dengan siklus 1. Selain itu hasil belajar siswa
62 di siklus 2 cukup meningkat, dimana rata-rata N-gain yang diperoleh
mencapai 65 dari 47 di siklus 1.
3. Tindakan Pembelajaran Silklus 3
Siklus 3 ditekankan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus 2. Tindakan pada siklus 3 diarahkan
pada efektifitas siswa dalam mengoptimalisasikan proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan ulang dibuat setelah melakukan refleksi terhadap siklus kedua. Dalam pembuat perencanaan pada siklus 3 tidak jauh berbeda
dengan tahap pada siklus sebelumnya yaitu Ada beberapa perencanaan yang disiapkan oleh peneliti diantaranya :
1 Menyusun kembali
scenario pembelajaran
yang akan
dilaksanakan pada pertemuan kedua. Membuat kembali rencana pelaksanaan pembelajaran RPP materi tentang ilmu ekonomi.
2 Menyiapkan alat bantu dan sumber belajar. 3 Menyiapkan media kartu berpasang-pasangan yang berisi
pertanyaan dan jawaban. 4 Membuat soal pilihan ganda yang akan diberikan di awal
pembelajaran dan di akhir pembelajaran pada akhir siklus 3. 5 Menyiapkan lembar observasi proses pembelajaran, yang akan
menjadi acuan tentang proses pembelajaran selama siklus 3.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Pertemuan 1 Pada
awal pembelajaran,
guru menjelaskan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Selanjutnya guru memberikan
20 butir soal pre test kepada siswa untuk mengetahui kemampuan
63 awal siswa waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal-soal
tersebut adalah 10 menit. Setelah itu guru memberikan apersepsi dan motivasi.
Apersepsi yang diberikan berupa penjelasan singkat tentang materi pada siklus 2 pada materi sekiranya kurang dimengerti oleh siswa.
Penjelasan materi dilanjutkan pada pembahasan selanjutnya tentang ilmu ekonomi, Perilaku manusia dalam bekerjasama, dan
Perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada pertemuan pertama ini guru hanya sampai menjelaskan materi. Untuk masuk pada pembelajaran kooperatif model Make a
Match dan post test dilanjutkan pada pertemuan berikutnya dikarenakan keterbatasan waktu selama proses pembelajaran
berlangsung. 2. Pertemuan 2
Pada pertemuan kedua, guru mengulas kembali materi yang disampaikan pada pertemuan pertama. Kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada pembahasan yang belum dimengerti oleh siswa. Setelah pembahasan selesai dan tidak
ada yang bertanya lagi guru melanjutkan pada permainan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Guru tidak harus
menjelaskan kembali bagaimana cara pembelajaran kooperaitf model Make a Match karena karena dilihat dari siklus 2 siswa
sudah memahaminya. Pada akhir pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan dari
hasil diskusi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Setelah itu pada akhir siklus 3 guru memberikan
post test pada siswa. Post test dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari tindakan yang dilakukan pada siklus 3.
64
c. Data Hasil Belajar Siklus 3
Data hasil belajar diperoleh dari nilai pretest dan postest yang diberikan sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran. Hasil belajar
siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 3
Siklus III No
Nama Siswa Pre test
Post test N- Gain
1 Arifatiq umara
35 80
0,7 2
Askinah Sandiah 45
75 0,6
3 Anisa Hurfadillah
40 90
0,83 4
Angga Reksa 35
80 0,7
5 Azka Nisail Kamilah
65 90
0,8 6
Bintang 35
80 0,7
7 Dhinar Trias Dewantary
60 100
1 8
Esa Bayu Rianto 70
100 1
9 Fadila Bunga
30 75
0,83 10
Fikri Daris A 35
80 0,7
11 Kusuma Panji
30 75
0,64 12
Lintang Mutiara Dini 65
90 0,73
13 Muhammad Ilham
50 95
0,9 14
M. Ikbal Naufal 65
90 0,71
15 Rashida An’am Shaliha
60 100
1 16
Rahman Hadiyanto 40
85 0,75
17 Razak
30 70
0,6 18
Salsabila Sadya 45
85 0,8
19 Syafri
40 85
0,75 20
Viru 30
70 0,6
Jumlah 905
1695 15,34
Rata-rata
45,25 84,75
0,77 Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai paling rendah yang diperoleh
siswa pada saat pre test adalah 30. Sedangkan nilai terendah pada saat post test sebesar 70. Nilai tertinggi pada skor pretest adalah 70,
sedangkan pada skor post test sebesar 100. Dari tabel tersebut bisa kita lihat semua siswa hasil belajarnya meningkat.
Untuk hasil belajar siklus 3 diperoleh rata-rata N-gain sebesar 77. Nilai tersebut menunjukan penggunaan pembelajaran kooperatif model
Make a Match efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang
65 memperhitungkan ketuntasan hasil belajar. Dengan demikian indikator
keberhasilan penelitian ini sudah tercapai dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
d. Observasi dan Analisis
Proses pembelajaran pada siklus 3 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus 2. Beberapa peningkatan tersebut antara lain: a Suasana kelas lebih tertib, keadaan siswa menjadi lebih
terkendali, dan siswa lebih konsentrasi dalam pembelajaran. b Siswa sudah mulai memahami tahapan dalam belajar yang
digunakan. c Alokasi waktu mengerjakan soal, diskusi dan menyimpulkan
pembelajaran lebih optimal karena didukung siswa yang cukup kondusif dalam belajar.
d Hasil belajar siswa pada siklus 3 sebagaimana terlihat pada tabel menunjukkan bahwa, sebagian besar siswa hasil belajarnya
meningkat. Hal ini bisa dilihat dari skor pre test dan post test untuk perolehan rata-rata N-gain pada siklus 3 mencapai 77.
dengan demikian penggunaan model pembelajaran Make a Match efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa yang
memperhitungkan ketuntasan hasil belajar.
e. Tahap Refleksi
Berdasarkan observasi dan analisis dari siklus 3 terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar IPS, ternyata proses pembelajaran pada
siklus 3 lebih baik. Untuk aktifitas dan respon positif siswa disiklus 3 lebih baik dibandingkan dengan siklus 1 dan siklus 2. Selain itu hasil belajar
siswa juga meningkat, di mana rata-rata N-gain yang diperoleh dari siklus 1 47 dan siklus 2 65, sedangkan siklus 3 77. Rata-rata N-gain di
siklus 3 menunjukan bahwa, penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match efektif dalam meningkatkan ketuntasan hasil belajarnya.
66 Dengan demikian, indikator pada penelitian ini sudah tercapai sehingga
penelitian tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
D. Analisis Data 1.
Efektifitas Pembelajaran kooperetif Model Make a Match dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS.
Pada setiap pelaksanaan tindakan, peneliti mendapatkan hasil penelitian dari lembar observasi dan wawancara. Lembar observasi
digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas belajar siswa. Pada setiap siklus peneliti didampingi oleh guru IPS. Data tersebut dianalisis pada
setiap siklus dan lembar observasi untuk menilai kualitas guru untuk mendapatkan data mengenai kesiapan dan pelaksanaan mengajar guru.
Dari tabel hasil belajar siswa, dapat dilihat bahwa untuk rata-rata N-gain di siklus 1 hanya 47 ini dan rata-rata N-gain di siklus 2 mencapai
65, sedangkan rata-rata N-gain untuk siklus 3 mencapai sebesar 77. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif model Make a Match sudah
efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Selain data yang diperoleh dari lembar observasi, penelitian ini
juga diperkuat dengan hasil wawancara. Wawancara dilakukan sebelum tindakan dan setelah tindakan.
Adapun hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran. Hasil
wawancara yang dilakukan peneliti sebelum tindakan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Guru menentukan srategi pembelajaran pada saat proses
pembelajaran berlangsung. b.
Metode yang sering digunakan pada saat mengajar adalah metode ceramah, tanya jawab dan praktek.
c. Guru jarang menggunakan model pembelajaran kooperatif
d. Guru memotivasi belajar siswa dengan memberikan apersiasi
yaitu dalam bentuk tepuk tangan dan pujian.
67 e.
Menurut pendapat
guru, menggunakan
pembelajaran kooperatif model Make a Match membuat proses pembelajaran
menjadi lebih menarik dan membuat siswa lebih aktif.
55
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3, hasil wawancara yang diperoleh memiliki perubahan pada pendapat guru
terhadap pelajaran IPS. Pada wawancara yang dilakukan setelah tindakan dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make
a Match memacu semangat siswa dalam belajar IPS. b.
Keaktifan subyek sangat jauh berbeda dengan pembelajaran sebelum tindakan yang hanya menggunakan model ceramah.
c. Beberapa siswa mengaku tidak takut lagi untuk bertanya
kepada guru karena mereka menyadari bahwa tanpa bertanya mereka akan semakin ketinggalan dari siswa yang lain.
d. Siswa terlihat senang saat belajar dan meningkatnya hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
56
2. Persepsi Siswa Tentang Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model
Make a Match dalam Pembelajaran Ips.
Dari hasil observasi pada siklus 1, siswa cukup senang dan semangat belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model
Make a Match. Walaupun masih banyak kekurangan pada siklus 1 dikarenakan banyak siswa yang belum begitu paham bagaimana
menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Mulai terlihat pada siklus 2 terjadi peningkatan efektifitas siswa dalam proses
pembelajaran , hal ini terjadi karena sudah pahamnya siswa menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sehingga, keadaan kelas
cukup tertib dan terkendali. Dilihat dari Proses pembelajaran pada siklus 3 lebih mengalami peningkatan. Suasana kelas lebih tertib, keadaan siswa
menjadi lebih terkendali, dan siswa lebih konsentrasi dalam pembelajaran. Siswa sudah mulai memahami tahapan dalam belajar yang digunakan.
55
Kosaman Guru IPS, Wawancara Sebelum Tindakan, SMP Islam Al Syukro Ciputat, Oktober 2010
56
Kosaman Guru IPS dan Siswa, Wawancara Setelah Tindakan, SMP Islam Al Syukro Ciputat, November 2010
68 Dari hasil wawancara kepada siswa mengenai persepsi siswa
tentang penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a Match selama siklus 1, 2, dan 3 dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Seluruh siswa menyukai pelajaran IPS dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif model Make a Match. b.
Hampir seluruh siswa mengakui lebih mudah memahami pelajaran dengan pembelajaran kooperatif model Make a
Match ini. Hal ini terbukti dari nilai post test siswa yang semakin mengalami peningkatan dari hasil belajar.
c. Seluruh siswa menyukai pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif model Make a Match. d.
Siswa lebih mudah berkonsentrasi dan bersemangat dalam belajar menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a
Match dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya.
57
E. Pembahasan Hasil Temuan
Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menyenangi proses pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif model Make a Match. Rasa senang terhadap suatu pembelajaran akan meningkatkan efektivitas belajar Siswa. Pada siklus 1 dari hasil
pengamatan siswa cukup senang dan semangat belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Walaupun masih banyak
kekurangan pada siklus 1 dikarenakan banyak siswa yang belum begitu paham bagaimana menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a
Match. Mulai terlihat pada siklus 2 terjadi peningkatan efektifitas siswa dalam proses pembelajaran, hal ini terjadi karena sudah pahamnya siswa
menggunakan pembelajaran kooperatif model Make a Match. Sehingga, keadaan kelas cukup tertib dan terkendali dibandingkan dengan siklus 1
dengan keadaan kelas yang gaduh dan susah di kendalikan. Dilihat dari Proses pembelajaran pada siklus 3 sudah lebih mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus 2. Suasana kelas lebih tertib, keadaan siswa menjadi lebih terkendali, dan siswa lebih konsentrasi dalam pembelajaran.
57
Siswa kelas VII, Wawancara Setelah Tindakan, SMP Islam Al Syukro Ciputat,
November 2010
69 Siswa sudah mulai memahami tahapan dalam belajar yang digunakan,
Alokasi waktu mengerjakan soal, diskusi dan menyimpulkan pembelajaran lebih optimal karena didukung siswa yang cukup kondusif dalam belajar.
Selain proses pembelajaran, hasil belajar juga termasuk aspek yang diteliti. hasil belajar siswa pada siklus 1, diperoleh nilai paling rendah pada
saat pre test dan post test adalah 10 dan 55. Nilai tertinggi pada pre test dan post test adalah 80 dan 95. Dan hasil belajar pada siklus 2, diperoleh nilai
paling rendah pada saat pre test dan post test adalah 20 dan 60. Nilai tertinggi pada pre test dan postest adalah 65 dan 95. Sedangkan hasil belajar pada
siklus 3, diperoleh nilai paling rendah pada saat pre test dan post test adalah 30 dan 70. Nilai tertinggi pada pre test dan postest adalah 70 dan 100. Dari
tabel hasil belajar siklus 1, siklus2, dan siklus 3, dapat dilihat bahwa untuk rata-rata N-gain di siklus 1 hanya 47 ini dan rata-rata N-gain di siklus 2
mencapai 65, sedangkan rata-rata N-gain untuk siklus 3 mencapai sebesar 77. Dengan demikian, penggunaan pembelajaran kooperatif model Make a
Match disiklus 1 belum efektif, di siklus 2 cukup efektif, sedangkan di siklus 3 sudah efektif.
Adanya peningkatan hasil belajar di siklus 3 dikarenakan adanya perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh guru terhadap
kekurangan yang terdapat disiklus 1 dan siklus 2. Dengan adanya refleksi menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik. Selain itu, siswa juga
lebih memperhatikan penjelasan dari guru, sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan. Pemahaman yang baik membawa pengaruh
terhadap hasil belajar mereka, dimana hasil belajar lebih optimal dan meningkat.
Hasil temuan lapangan telah diperkuat dari hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Widyaningsih, dkk
2008 yang melakukan penelitian dengan judul “Cooperative Learning sebagai
Model Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika”. Penelitian Widyaningsih
mengambil pembelajaran kooperatif model Make a Match. Penerapan Cooperative Learning menurut hasil penelitian Widyaningsih dapat
70 disimpulkan bahwa pelaksanaan
cooperative learning dalam
pembelajaran dapat menggunakan berbagai model serta efektif jika digunakan dalam suatu periode waktu tertentu. Susana positif yang
timbul dari cooperative learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan guru. Dalam kegiatan-kegiatan
yang menyenangkan siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar dan berpikir.
58
F. Keterbatasan Peneliti