Penerapan model pembelajaran kooperatif metode Make a match untuk meningkatkan perhatian siswa pada pembelajaran Matematika di SMP YMJ Ciputat (Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah YMJ Ciputat)

(1)

MATEMATIKA DI SMP YMJ CIPUTAT

(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolahan YMJ Ciputat

)

Skripsi

(Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah d an Keguruaan Untuk Memenuhi

Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan S.Pd )

Disusun Oleh:

Dina Murdliah

NIM : 105017000455

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Match

untuk Meningkatkan Perhatian Siswa pada Pembelajaran Matematika

telah

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegur uan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Sabtu, Tanggal 4

September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Matematika.

Jakarta, 4 September 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal dan Tanda Tangan

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Maifalinda Fatra, M.Pd

(………..…

...

……) (…

.

….………….)

NIP. I9700528 199603 2 002

Penguji I

Dra. Afidah Masud, M.Pd

(………

..

.

..) (…

.

………..)

NIP.

Penguji II

Firdausi, M.Pd

(………..…...……) (….….………….)

NIP. 150 368 737

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA

NIP.19571005 198703 1 003


(3)

i

Pembelajaran Matematika”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2010.

Tujuan penelitian ini adalah:1) untuk mengetahui apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika . 2) Mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode make a match. 3) Mengetahui peningkatan perhatian siswa melalui penerapan metodemake a match. 4) Mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan metodemake a match.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi perhatian siswa, wawancara, dokumentasi dan tes hasil belajar setiap akhir siklus.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a match dapat meningkatkan perhatian siswa, dan meningkatkan hasil belajar matematika pada pembelajaran matematika .


(4)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang diutusNya untuk member i petunjuk kepada umat manusia ke jalan yang lurus, penyebar kedamaian dan ketentraman ke seluruh pelosok negeri. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan K eguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis san gat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam -dalamnya, kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika .

6. Bapak M Dhofier, selaku Guru kolaborator, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

7. Ayahanda tercinta (Alm. Bapak Imam Thohawi ) dan ibunda tercinta (Muntamah) yang senantiasa memberikan motivasi dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah, dan yang selalu memberikan petunjuk dan


(5)

iii

materi. Mudah-mudahan Allah membalas semua kebaikan yang sudah diberikan kepada saya.

9. Untuk Kaka’qu Moh Fauzi Ibrahim yang selalu memberi support dan motivasi

selama penulis menyelesaikan skripsi. Terimakasih atas semu a kenangan indah selama kita bersama, mudah -mudahan Allah meridhoi hubungan baik kita.

10.Saudara seperjuanganku Joelia tul Azizah dan Nurul Mudrika, terimakasih atas semua kenangan yang indah selama kita bersama. S erta seluruh teman-teman ku tercinta, Mas’udah, Zahro, Ni’em, Nurhayati, serta keluarga besar NKRI. 11. Siswa dan siswi kelas VII -B YMJ Ciputat Kota Tangerang Selatan, yang telah

bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.

12. Mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan matematika an gkatan 2005, khususnya kelas B, semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan -kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, Agustus 2010 Penulis


(6)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4

C. Perumusan Masalah Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ... 6

A. Pembelajaran Matematika ... 6

1. Pengertian Belajar ... 6

2. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 7

B. Perhatian Siswa dalam Pembelajaran Matematika ... 13

1. Pengertian Perhatian... 14

2. Teori Perhatian... 16

3. Macam-macam Perhatian... 17

4. Tahapan-tahapan Perhatian... 19

5. Hal-hal yang Menarik Perhatian... 20

6. Hal-hal yang Berhubungan dengan Perhatian dalam Praktek Pendidikan dan Pengajaran... 22 C. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif


(7)

v

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 25

4. Model Pembelajaran Koopertif Metode Make A Match... 27

a. Sejarah singkat metodemake a match... 27

b. Aturan main metodemake a match... 27

D. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 29

E. Hipotesis Tindakan... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan ... 31

C. Subjek penelitian... 35

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian... 35

E. Tahapan Perencanaan Tindakan... 35

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan... 39

G. Data dan Sumber Data ... 43

H. Teknik Pengumpulan Data ... 44

I. Instrumen-Instrumen Penelitian ... 45

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthinees) Study ... 45

K. Analisis Data ... 46

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 47

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN ... 48

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ... 48

1. Siklus I ... 50


(8)

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(9)

vii

Pembelajaran Siklus I ... 57 Tabel 3 Nilai Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus I ... 60 Tabel 4 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika

Akhir Siklus I ... 60 Tabel 5 Rekapitulasi Persentase Perhatian Siswa Pada

Pembelajaran Siklus II ... 67 Tabel 6 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II ... 70 Tabel 7 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Matematika

Akhir Siklus II... 70 Tabel 8 Rekapitulasi Persentase Perhatian Siswa

Siklus I dan II ... 74 Tabel 9 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 75 Tabel 14 Rekapitulasi Kriteria Keberhasilan ... 76


(10)

viii

Gambar 2 Beberapa siswa yang jarang mau memperhatikan

penjelasan guru yang duduk di pojok ... 53

Gambar 3 Aktivitas siswa mengerjakan soal tes siklus I ... 57

Gambar 4 Bentuk kartumake a matchpada pertemuan ke-2 siklus II ... 65


(11)

(12)

x

Lampiran 3 Hasil Lembar Observasi Perhatian Siswa pra Penelitian, Siklus I dan II

Lampiran 4 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru (pra penelitian)

Lampiran 5 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa (pra penelitian)

Lampiran 6 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru (siklus I) Lampiran 7 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa (siklus I ) Lampiran 8 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru (siklus II) Lampiran 9 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa (siklus II) Lampiran 10 Lembar Catatan Kegiatan Penelitian

Lampiran 11 Kisi-kisi Istrumen observasi perhatian siswa (pra penelitian)

Lampiran 12 Kisi-kisi Istrumen observasi perhatian siswa Siklus I dan II

Lampiran 13 Lembar Observasi Perhatian Siswa (pra penelitian) Lampiran 14 Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus I dan II Lampiran 15 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I Lampiran 16 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 17 Soal Tes Hasil Belajar Siklus I Lampiran 18 Soal Tes Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar Siklus I Lampiran 20 Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar Siklus II Lampiran 21 Daftar Nilai Siswa Tes Siklus I dan II

Lampiran 22 Hasil Refleksi Siklus I

Lampiran 23 Hasil Wawancara Pra Peneltian dengan Guru Lampiran 24 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa


(13)

xi Lampiran 29 Form Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 30 Permohonan Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 31 Surat Bimbingan Skripsi


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Akal pikiran merupakan kelebihan luar biasa yang dimiliki manusia, dan tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. Dengan akal pikiran, manusia mampu menjadikan dirinya sebagai khalifah yang secara lahir dan batin memilki tanggung jawab, untuk mengembangkan dan melestarikan alam semesta sebagai tempat dan teman hidup manusia di bumi. Dengan akal pula manusia dapat membekali dirinya dengan keilmuan yang secara bertahap mengalami perkembangan yang sangat luas. Pengetahuan yang diperoleh manusia dapat dikonstruks i dengan beberapa pengembangan, baik melalui pengalaman maupun dengan pendidikan. Seperti yang diterangkan dalam (Q.S Al An’am: 165)

َو

ُھ

َﻮ

ﱠﻟ ا

ِﺬ

ْي

َﺟَﻌ

َﻠُﻜ

ْﻢ

َﺧ

َﻼِﺋ

َﻒ

ْاَﻻ

ْر

ِض

َوَر

َﻓَﻊ

َﺑْﻌ

َﻀُﻜ

ْﻢ

َﻓْﻮ

َق

َﺑْﻌ

ٍﺾ

َدَر

َﺟ

ٍت ﺎ

ِﻟ

َﯿ

ْﺒُﻠ

َﻮُﻛ

ْﻢ

ِﻓ

ْﻲ

َﻣ

َا ﺎ

َﺗ

ُﻛ ﺎ

ْﻢِإ

ﱠن

َرﱠﺑ

ُﻜْﻢ

َﺳِﺮ

ْﯾ

ُﻊْا

ِﻌ ﻟ

َﻘ

ِب ﺎ

َوِإّﻧ

ُﮫ

َﻟَﻐ

ُﻔْﻮ

ٌر

َرِﺣ

ْﯿ

ٌﻢ

Dan Dia-lah yang menjadikanmu sebagai Khalifah -khalifah di bumi dan mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang l ain, untuk mengujimu atas(karunia) yang diberikan -Nya kepadamu, sesungguhnya tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia maha pengampun, maha penyayang”.1 Pendidikan yang berlangsung di sekolah, terlihat jelas dalam proses pembelajaran, yang dikenal sebagai kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan . Belajar bukan mengingat tetapi mengalami. Sedangkan mengaja r adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid dan guru hanya membimbing.”2 Dari pernyataan di atas, dapat dimengerti bahwa dalam pembelajaran, terdapat dua proses yaitu proses mengajar oleh guru dan belajar yang dilakukan oleh siswa.

1

Depag RI,Al Hikmah AlQuran dan Terjemah, (Bandung: Diponegoro, 2007)

2


(15)

Dalam interaksi pembelajaran, baik secara formal maupun non formal, sering terdapat problem dan kendala yang secara substansial dapat mempengaruhi konsentrasi guru dalam menyampaikan materi, itu disebabkan karena kurangnya perhatian siswa dalam belajar. Apalagi ketika mata pelajaran yang dihadapi tergolong sulit serta membutuhkan konsentrasi dan stimulasi belajar yang t inggi.

Hambatan atau kesulitan yang dialami oleh guru dan siswa dapat menyebabkan kurang maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal tersebut merupakan persolan pembelajaran (pendidikan) yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya, misalnya matematika, yang selalu menjadi mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa, sehingga nilai yang didapatkan siswa pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Bagi sebagian siswa yang menganggap matematika itu pelajaran yang sul it dipahami, hasil belajar mereka pada pelajaran matematika sangatlah rendah. Hal ini dapat dilihat dari wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP YMJ yang menyebutkan bahwa rata -rata hasil belajar matematika siswa hanya 63. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan perhatian mereka dalam mempelajari matematika sangatlah kurang, dan itu dapat diindikasikan dari kurangnya kemauan siswa dalam mempelajari matematika, seringnya siswa mengobrol di kelas, sering izin ke kamar mandi, dan berbagai alasan lain sehingga mereka bisa terbebas dari pelajaran matematika.

Salah satu bentuk keseriusan dalam belajar adalah adanya perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru didepan kelas. Perhatian merupakan suatu aktivitas yang vital dalam pendidikan, maksudnya yakni perhatian adalah suatu proses pemilihan suatu perangsang -perangsang yang lain yang pada setiap saat merangsang mekanisme reseptif kita, persis halnya dengan perbuatan bergerak yang kita lakuk an karena suatu perangsang yang lain.3 Jika perhatian siswa dalam pembelajaran matematika sangat kurang karena kurang adanya kemauan siswa dan berbagai macam a lasan sehingga mereka bisa terbebas dari pelajaran matematika, sampai kapanpun mereka tidak akan memahami pelajaran matematika, padahal matematika merupakan pelajaran yang

3

H. Carl Witherington,Educational Psychology, (Bandung: CV. Jemmars, 1999) cet V, h. 121


(16)

sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari -hari. Oleh karena itu perhatian siswa dalam belajar sangat penting, karena “dalam kehidupan sehari -hari seseorang perlu memusatkan perhatiannya terhadap apa yang sedang dilakukannya, karena dengan adanya perhatian akan menjadikan pekerjaan itu dapat dilakukan dengan baik dan hasilnyapun dapat diharapkan pula”.4 Hasil tersebut pada proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang dilakukan saat tes formatif, kalau siswa memberikan perhatiann ya pada pelajaran matematika, siswa akan mendapatkan nilai yang bagus. Dari situlah mengapa perhatian sangat penting dalam proses pembelajaran matematika, karena perhatian sangat memberikan kontribusi terhadap hasil belajar.

Permasalahan rendahnya hasil b elajar siswa pada pelajaran matematika, juga menjadi persoalan bagi guru untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Guru harus berupaya bagaimana caranya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan bosan dalam mengikuti pelajaran matematika, sehingga s iswa dapat belajar matematika dengan fun dan memeberikan perhatiannya pada materi pelajaran matematika yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode make a match, agar hasil belajar pada pelajaran matematika lebih meningkat. Peneliti menggunakan

metode tersebut karena, “metode tersebut dapat digunakan untuk semua mata

pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, dan dalam metode ini, anak didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam

suasana yang menyenangkan”.5

Penerapan metode Make a match cocok digunakan untuk meningkatkan perhatian siswa, karena make a match merupakan metode yang beda dengan metode yang lain. Metode ini bermanfaat memperdalam pemahaman materi atau konsep matematika, make a match juga bisa dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan permainan, sehingga ketika met ode ini diterapkan, suasana proses

4

Drs. H. Abu Ahmadi,Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) cet III, h. 152

5

Yudha M. Saputra, dkk, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Bintang warli Artika), h. 67


(17)

pembelajaran akan terkesan menyenangkan . Penerapan metode make a match

diharapkan dapat meningkatkan perhatian siswa pada mata pelajaran matematika. Dari hal-hal yang sudah diuraikan di atas, penulis tertarik mengadakan

Penelitian kulitatif dengan memilih judul, “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Perhatian Siswa pada Pembelajaran Matematika di SMP YMJ”

B. Pembatasan Fokus Penelitian

Untuk menitikberatkan pembahasan atas masalah, maka penulis memberikan batasan sebagai berikut:

1. Perhatian Siswa, maksud dari perhatian siswa adalah usaha siswa dalam mengkonsentrasikan pikirannya pada proses pembelajaran .

2. Model pembelajaran kooperati f metode make a match yang digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar pada pelajaran Ma tematika.

3. Siswa dibatasi pada SMP YMJ kelas VII B. C. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah, penulis mencoba merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a match

dapat meningkatkan perhatian siswa?

2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a matchdapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran matematika?

D. Tujuan Penelitan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah: 1. Tujuan umum: Untuk mengetahui apakah melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif metode make a match dapat meningkatkan perhatian siswa pada pelajaran matematika.

2. Tujuan Khusus:


(18)

b. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode

make a match. E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, dapat diambil beberapa manfaat, diantaranya:

1

.

Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti wisuda pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dapat memperoleh pengalaman mengajar secara langsung, serta dapat mengabdikan diri pada masyarakat atau di sekolah. 2. Bagi guru, dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan untuk bisa

merangsang siswa dalam memperhatikan pelajaran matematika..

3. Bagi siswa, mendapatkan pengalaman belajar dengan menggunakan metode yang baru, belajar dengan menyenangkan sehingga siswa bi sa tertarik untuk belajar matematika dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.

5. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil pen elitian ini dapat menambah informasi mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif metodemake a matchuntuk meningkatkan hasil b elajar matematika siswa


(19)

6 A. Pembelajaran Matematika

Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, selama kemauan untuk menuntut ilmu pengetahuan menjadi motivasi bagi para pembelajar. Belajar dan pemb elajaran dapat berlangsung dengan efektif dan maksimal, jika aktifitas pembelajaran berlangsung tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik psikologis maupun psikis. Aktifvitas belajar dan pembelajaran sebenarnya terdapat perbedaan yang substansial dalam prakte knya, oleh karena itu para pendidik dan peserta belajar perlu memahami makna belajar dan pembelajaran secara mendasar.

1. Pengertian Belajar.

Witherington dalam buku Educational Pshychology, mengemukakan

“belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sika p, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.1 Maksud belajar dalam

penelitian ini yakni terjadinya perubahan tingkah laku yang signifikan yang terjadi pada diri siswa, misalnya siswa dari yang belum bisa membaca berubah menjadi bisa membaca. Dan perubahan tersebut dapat ber asal dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa dari lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Belajar juga bisa diartikan sebagai “proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu dan perubahan -perubahan tersebut terjadi karena adanya pengalaman”.2

1

Drs. M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan,(Bandung:Remadja Karya, 1984) h. 81

2

Zikri Neni Iska ,Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:Kizi


(20)

Dari definisi-definisi di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengert ian belajar, yaitu bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dan terbentuk suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman sehingga memperoleh pengetahuan. Latihan dan pengalaman dapat dilakukan dalam proses belajar, misalnya yang tadinya siswa tidak bisa menulis menjadi bisa menulis karena latihan menulis, yang tadinya siswa tidak bisa mengerjakan soal matematika, karena dilatih secara terus menerus siswa tersebut akan mudah mengerjakannya. Latihan dan pengalaman dapat dilakuk an atau diperoleh di dalam maupun di luar kelas. 2. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah “suatu prose pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbed aan yang dimiliki siswa”,3 Dalam proses

pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam berfikir. Dalam kamus bahas Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses, car a menjadikan orang atau mahluk hidup belajar, (Depdikbud). Pembelajaran adalah kegiatan yang menyangkut dua proses yang saling berkaitan dan berkesinambungan, yaitu proses belajar dan proses mengajar.4 Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka bangun sendiri. Kurikulum Berbasis Kompetensi mengacu kepada empat pilar pembelajaran yang dirumuskan oleh Unesco (1996), yaitu: (1) learning to know atau yang

3

Wina Sanjaya,Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), cet-I, h. 213

4

Soedijanto Padmowihardjo,Psikologi Belajar Mengajar, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), h. 63


(21)

berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; (4)

learning to live together.5

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara belajar dan pembelajaran. Pada proses belajar, yang terlibat aktif di dalamnya hanyalah siswa. Sedangkan pada proses pembelajaran, terkandung dua aktifitas sekaligus, yaitu aktifitas guru dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam belajar. Dan maksud dari pembelajaran matematika dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran pada saat pelajaran matematika yang ada di sekolah, dan pelajaran matematika tersebut adalah pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kurikulum.

B. Perhatian Siswa dalam Pembelajaran Matematika

Perhatian merupakan masalah yang penting dalam kehidupan. Oleh karena itu kurang baik apabila beranggapan, bahwa perhatian hanyalah merupakan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan sekolah s aja. Perhatian juga sangat penting bagi kehidupan di dalam dan di luar sekolah, sehingga sangat perlu untuk mempelajari masalah ini.

1. Pengertian Perhatian

Dalam Suryabrata (2004), para ahli psikologi mengungkapkan bahwa pengertian perhatian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, ”perhatian

adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kapada suatu objek, dan perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas yang

dilakukan”.6

Perhatian (attention) menurut suharman (2005) adalah ”proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental (attention is a concentration of mental activity), dengan kata lain perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa objek yang hadir pada saat itu, kemudian pada saat yang bersamaan

5

Wina Sanjaya,Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group , 2008), cet-3

6


(22)

pula seseorang memilih hanya satu objek, sementara objek -objek yang lain diabaikan”.7

Dalam Sabri (2001), Perhatian ”mempunyai tugas selektif terhadap

rangsangan-rangsangan yang mengenai/ sampai kepada individu”.8 Jika

perhatian tidak bisa menyelektif rangsangan, maka proses perhatian tidak akan sampai ke reseptif atau individu. oleh karena itu menyelektif merupakan proses yang harus dilewati dalam proses perhatian . Dalam Soemanto (2006), pengertian perhatian juga tidak jauh ber beda seperti yang sudah diungkapkan dalam sabri (2001) perhatian juga bisa diartikan sebagai ”pemusatan tenaga/ kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek. Perhatian juga merupakan

pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktifitas”.9

Perhatian (attention) merupakan suatu aktivitas yang penting dalam

pendidikan. Karena perhatian adalah ”suatu proses pemilihan suatu perangsang-perangsang yang lain yang setiap saat merangsang mekanisme reseptif, persis halnya dengan perbuatan bergerak yang dilakukan karena

suatu perangsang yang lain”.10 Oleh karena itu perhatian sangat penting dalam

proses pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran. Jika tidak adanya proses seleksi terhadap rangsangan pada saat suatu rangsangan merangsang reseptif, maka tidak akan te rjadinya proses perhatian, sehingga tidak adanya proses pembelajaran pada diri siswa. Hal ini dapat dilihat saat proses pembelajaran, dengan metode apapun guru menyampaikan pelajaran, seorang siswa tidak akan tertarik untuk memperhatikan jika tidak adanya proses seleksi dalam perhatian. Dalam proses perhatian, posisi metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat itu merupakan suatu bentuk rangsangan yang bertujuan untuk merangsang reseptif atau individu.

Unsur perhatian juga penting dalam pemahaman dan pembelajaran. Dalam Najati (2005) pentingnya perhatian dalam pembelajaran dijelaskan dalam Al

7

Prof. Dr. Suharman, M. S,Psikologi Kognitif, (Srikandi:Surabaya, 2005), h. 40

8

M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum & perkembangan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2001), cet III, h. 42

9

Wasty Soemanto,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) cet V, h. 34

10


(23)

Quran. Adapun firman-Nya yakni: ” Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”(Qs.Al A’raaf[7]:204).11

Dilihat dari beberapa pendapat tentang pengertian perhatian di atas, dalam penelitian ini dapat ditafsirkan bahwa perhatian (attention) adalah proses konsentrasi pikiran yang melibatkan proses seleksi terhadap beberapa objek yang hadir pada saat itu. Dan pada saat bersamaan pula seseorang hanya memilih satu objek, sementara objek -objek yang lain diabaikan. Proses perhatian tersurat dalam Al quran, itu berarti perhatian sangat dianjurkan dalam Al Quran dan perhatian sangatlah penting untuk kehidupan, terlebih lagi untuk memahami pelajaran dalam proses pembelajaran.

Perhatian siswa dalam belajar adalah usaha siswa dalam mengkonsentrasikan piki rannya pada proses pembelajaran, serta adanya proses memilih-milih suatu rangsangan, sehingga rangsangan tersebut diseleksi oleh siswa dan pada akhirnya siswa hanya memilih satu rangsangan saja. Pada proses pembelajaran, siswa dihadapkan dengan berbagai ma cam kejadian, misalnya pada saat guru menerangkan pelajaran, ada beberapa siswa yang berisik, ada bunyi ledakan dan banyak kejadian kejadian yang lain, walaupun banyak kejadian -kejadian yang terjadi, siswa tetap memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran tersebut. Dilihat dari contoh tersebut, siswa sudah mengalami proses perhatian, dia memilih-milih rangsangan sehingga hanya ada satu rangsangan yang dapat diambil oleh siswa yakni memeperhatikan penjelasan guru.

2. Teori Perhatian

Dalam Suharman (2005), teori perhatian dapat di uraikan menjadi beberapa teori, yaitu:12

a. Teori Leher botol

Teori leher botol ini berpendapat bahwa jalan masuk melaui leher botol serupa dengan jalan masuknya informasi untuk dilakukan pemrosesan

11

Muhammad Usman Najati,Ilmu Jiwa dalam Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam,2005), cet I, h.176

12


(24)

lebih lanjut oleh manusia. Leher sebuah botol tersebut membatasi masuknya berbagai informasi dalam waktu yang bersamaan. Jika satu informasi sudah masuk melalui leher botol tersebut, maka informasi yang lain tertinggal di luar.

b. Teori Filter (Filter Theory)

Teori filter atau penyaringan beranggapan bahwa di dalam perhatian terjadi proses seleksi atau memilih aspek aspek tertentu dari stimulus -stimulus atau informasi. Menurut teori ini juga, aktifitas perhatian hanya menerima dari satu sumber informasi yang dimungkinkan untuk mencapai tahap pemrosesan yang memiliki makna.

c. TeoriSwitch Model

Proses perhatian berlangsung seperti tombol untuk menghidupkan dan mematikan (on-off switch), pada saat yang sama hanya satu saluran saja yang dihidupkan. Berdasarkan teori ini dapat diterangkan bahwa orang hanya dapat memusatkan perhatian pada satu informasi, sementara informasi lain akan diabaikan pada waktu yang bersamaan.

d. TeoriAttenuator Model

Teori ini berpendapat bahwa aktivitas perhatian beroperasi lebih menyerupai suatu alat pengendali yang mengatur besar kecilnya volume. Jika perhatian diibaratkan seperti alat tersebut, maka jumlah informasi yang berbeda-beda dapat memasuki melalui masing-masing saluran dalam waktu yang bersamaan,kemudian akan dipilih mana yang menjadi titik berat perhatian seseorang.

e. Teori Kapasitas (Capacity Theory)

Toeri ini berasumsi sebagai berikut: perhatian merupakan proses penyediaan atau alokasi sumb er-sumber kapasitas kognitif terhadap masukan stimulus atau informasi. Dengan demikian, hal yang penting di dalam proses perhatian ialah menentukan yang mana diantara tugas -tugas itu yang harus diselesaikan, dan seberapa baik tugas -tugas itu dapat dilaksanakan.


(25)

Toeri-teori perhatian yang sudah dipaparkan di atas, teori filter lebih cocok jika dihubungkan dengan perhatian pada penelitian ini. Teori filter menyebutkan bahwa perhatian terjadi melalui proses pemilihan atau seleksi terhadap datangnya rangs angan–rangsangan atau objek yang kemudian aktifitas perhatian hanya menerima satu sumber informasi sehingga tercapainya tahap pemrosesan yang memiliki makna. Teori ini jika dikaitkan dengan tahapan-tahapan proses perhatian juga sangat berhubungan. Akan tetapi tahapan-tahapan perhatian akan dibahas dan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.

3. Macam-macam Perhatian

Untuk memudahkan persoalan, maka dalam mengemukakan perhatian ini dapat ditempuh dengan cara menggolong -golongkan perhatian tersebut menurut cara tertentu. Menurut Suryabrata (2004) perhatian dapat dibedakan berdasarkan intensitasnya dan berdasarkan timbulnya.13

Adapun golongan-golongan atau macam-macamnya perhatian itu adalah sebagai berikut:

a. Perhatian berdasarkan intensitasnya.

Perhatian berdasarkan intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas atau pengalaman batin, oleh karena itu perhatian berdasarkan intensitasnya dapat dibedakan menjadi:

1) Perhatian intensif.

Perhatian intensif merupakan perhatian yang sangat dipengaruhi oleh datangnya rangsangan -rangsangan yang mengenai reseptif.

2) Perhatian tidak intensif.

Perhatian tidak intensif adalah perhatian yang timbul tetapi tidak banyak dipengaruhi ole h adanya rangsangan-rangsangan atau dari pengalaman suatu kejadian.

b. Perhatian berdasarkan timbulnya

13


(26)

Perhatian berdasarkan timbulnya merupakan perhatian yang diperoleh dari cara kerjanya. Adapun perhatian berdasarkan timbulnya dapat dibedakan menjadi:

1) Perhatian spontan

Perhatian spontan bisa juga bisebut dengan perhatian tidak sekehendak atau perhatian yang timbul karena tidak adanya

kesengajaan. Perhatian yang timbul begitu saja, “seakan-akan” tanpa

usaha, dan tanpa disengaja.

2) Perhatian sekehendak.:

Perhatian sekehendak merupakan perhatian yang refleksif atau disebut juga dengan perhatian yang disengaja. Perhatian yang timbul karena adanya usaha, dengan kehendak.

c. Perhatian berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian.

Perhatian berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian dapat dibedakan menjadi:

1) Perhatian terpencar (Fluctuerend)

Perhatian terpencar merupakan perhatian seseorang yang mudah mengalihkan perhatiannya dari suatu objek ke objek lainnya, perhatiannya mudah dibelokkan ke arah yang lain.

2) Perhatian terpusat (Fixerend)

Perhatian terpusat yaitu perhatian seseorang yang mudah memusatkan perhatiannya dan sebaliknya sukar mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang baru/ lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam -macam perhatian dapat dibedakan menjadi tiga yakni dibedakan atas dasar intensitasnya yakni perhatian yang intensif dan perhatian yang tidak intensif, perhatian yang berdasarkan timbulnya seperti perhatian yang yang tanp a disengaja/ diluar kehendak, perhatian yang tidak disengaja dan perhatian yang tidak disengaja dan perhatian atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian yang dibedakan menjadi Perhatian terpencar (Fluctuerend) dan Perhatian terpusat (Fixerend). 4. Tahapan-tahapan Perhatian


(27)

Dalam Whiterington (1999), terjadinya suatu perhatian, akan melalui beberapa tahapan, dan setiap tahapan harus dilalaui secara berurutan, jika salah satu tahapan perhatian terlewati, maka proses perhatian tidak akan terjadi.

Adapun tahapan-tahapan itu anatara lain:14

a. Perangsang-perangsang yang berbeda -beda akan merangsang organisme yang sensitif

b. Pemilihan terhadap perangsang yang akan diperhatikan, pemilihan rangsangan akan ditentukan dalam keadaan sadar.

c. Kemudian terdapatlah konsentrasi atau pemusatan perhatian yang meliputi organisasi tingkah laku sehingga tercapai penyesuaian yang sebaik -baiknya terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Dilihat dari uraian di atas, seseorang akan sampai pada tahapan konsentrasi atau pemusatan perhatian, orang tersebut harus melewati beberapa tahapan, berawal dari perangsang -perangsang yang berbeda -beda merangsang organisme kita, lalu perangsang -perangsang tersebut diseleksi dan pada akhirnya ada salah satu perangsang yang dipilih, kemudian terjadilah pemusatan perhatian. Jika peristiwa konsentrasi atau pemusatan perhatian sudah terjadi, tidak mustahil jika peris tiwa itu akan menjadi sebuah kebiasaan. 5. Hal-hal yang Menarik Perhatian

Dipandang dari segi praktis , Suryabrata (2004) mengungkapkan beberapa hal yang dapat menarik perhatian. Adapun hal -hal yang dapat menarik perhatian tersebut dapat klasifikasika n menjadi dua faktor, kedua faktor tersebut yakni Faktor eksternal penarik perhatian dan faktor internal penarik perhatian.15

a. Faktor eksternal penarik perhatian

Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat -sifat yang menonjol yaitu :

1) Gerakan (Movement)

14

H. Carl Witherington,Educational Psychology, ...h. 121

15


(28)

Hal-hal yang dapat bergerak secara tidak langsung pasti akan membuat penasaran, dari penasaran timbullah ingin melihat, dari melihat kemudian timbullah ingin memperhatikan. Misalnya pada saat ujian, dalam suasana yang hening tiba -tiba ada salah satu siswa yang menari-nari, pasti akan menjadi pusat perhatian.

2) Intensitas stimulus (Intensity)

Segala sesuatu yang lebih dari yang lain akan men jadi perhatian seseorang, hal ini dapat dibuktikan setiap ada hal -hal yang lebih atau paling pasti akan masuk ke MURI (Museum Rekor Indonesia) bahkan masuk ke Guines Book World. Misalnya ada orang paling tinggi di Indonesia, ada mie terpanjang, contoh -contoh tersebut akan menarik perhatian seseorang.

3) Kebaruan (novelty)

Hal-hal yang baru atau diluar kebiasaan biasanya akan membuat individu tertarik. Contohnya di suatu kelas tiba -tiba ada guru baru yang mengajar di kelas itu. Barunya guru itu biasany a dapat menarik perhatian siswa untuk belajar.

4) Ulangan dari stimulus (Multiple sensory messages)

Stimulus yang diulang-ulang akan menarik perhatian dari pada yang tidak. Contoh bunyi klakson yang berulang -ulang akan menarik perhatian dibanding den gan bunyi klakson yang cuma dibunyikan sekali saja.

5) Kontras (Contrast)

Stimulus yang berbeda atau bertentangan dengan stimulus lainnya akan lebih menarik perhatian.

6) Shape(bentuk)

Bentuk tertentu juga akan lebih menarik perhatian daripada b entuk yang lain. contohnya, dalam pembelajaran matematika siswa akan lebih tertarik jika guru menerangkan pada siswa tentang bentuk tabung dengan menggunakan media tabung dibanding dengan menjelaskan bentuk tabung hanya dengan menggambarnya.


(29)

b. Faktor internal penarik perhatian

Perhatian adalah bersifat selektif artinya individu dalam memperhatikan sesuatu berdasarkan juga kehendak yang ada dalam jiwanya.

1) faktor biologis

Faktor biologis adalah faktor yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Dalam keadaan lapar seluruh pikiran manusia akan tertuju pada makanan, pada saat ujian siswa akan belajar.

2) Faktor sosiopsikologis

Faktor sosiopsikologis merupakan faktor yang dipengaruhi akan adanya kebiasaan, sikap dan kemauan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang selama ini disebut rangsanganrangsangan yang dapat mempengaruhi perhatian siswa adalah hal -hal yang dapat menarik perhatian siswa. Rangsangan-rangsangan itu diperoleh dari faktor internal dan faktor eksternal yang ada pada diri siswa tersebut. Jika hal-hal yang dapat menarik perhatian tersebut dapat merespon reseptif atau individu, peristiwa perhatian akan terjadi pada diri siswa.

6. Hal-hal yang Berhubungan dengan Perhatian dalam Praktek Pendidikan dan Pengajaran.

Perhatian sangat erat sekali hubungannya dengan pendidikan dan pembelajaran, oleh karena itu ada beberapa hal yang berhubungan antara perhatian dengan pendidikan dan pembelajaran. Beberapa hal yang berhubungan antara perhatian dan pembelajaran tersebut dalam Ahmadi (2003) antara lain:16

a. Usahakanlah setiap proses belajar, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga siswa lebih fokus dalam mempelajari pelajaran tersebut.

16


(30)

b. Hindarkanlah segala sesuatu yang mungkin dapat mengganggu perhatian anak, misalnya: sikap guru sendiri yang tidak tenang serta suasana di kelas dan luar kelas.

c. Bahan pelajaran yang meningkat yang setingkat dengan kemauan anak akan menarik perhatian.

d. Hal-hal yang menarik perhatian orang dewasa belum tentu menarik perhatian anak.

e. Bawalah bahan ajar yang sekiranya dapat menarik perhatian s iswa, dan disesuaikan dengan keb utuhan dan keadaan siswa. Terlalu lama memancangkan perhatian pada salah satu obyek tertentu adalah kurang baik.

f. hubungkanlah pelajaran yang disajikan dengan pengetahuan -pengetahuan yang telah dimiliki atau dengan bahan -bahan pelajaran yang lain.

g. Daya tangkap dan daya penyesuaian anak tidak sama dengan orang dewasa.

h. kelelahan dapat mengendurkan perhatian.

Dilihat dari uraian di atas, ada beberapa hal yang berhubungan antara perhatian dengan proses pembelajaran. Oleh sebab itu selama pembelajaran, pengajar haruslah bisa mengetahui dan peka terhadap kea daan-keadaan yang sedang terjadi pada setiap siswa, sehingga proses perhatian yang terjadi bisa berjalan lancar dan tanpa hambatan.

C. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang sangat menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dalam penelitian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif, antara lain pengertian model pembelajaran kooperatif, ciri -ciri model pembelajaran kooperatif, tujuan pembelajaran kooperatif serta model pembelajaran kooperatif metode make a match. Model pembelajaran kooperatif metode make a match

adalah metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, metode ini diupayakan untuk meningkatkan perhatian siswa dalam pemb elajaran matematika.


(31)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Jika ditelaah, Cooperative Learning berasal dari kata cooperative dan

learning,cooperativememiliki arti secara bersama -sama, sedangkan learning memiliki arti belajar. jadi Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu membangun suatu konsep dan menyelesaikan suatu persoalan .17

Pengertian pembelajaran kooperatif menurut Slavin, Anita Le, Jhonson dan Djahiri dalam Isjoni (2009) tidaklah jauh berbeda, pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai “suatu model pembelajaran dimana

sistem belajarnya dikelompokkan dalam kelompok -kelompok kecil yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain, pembelajaran kooperatif juga bersifat demokratis sehingga dapat mera ngsang

siswa lebih bergairah dalam belajar dalam mencapai tujuan bersama”.18

Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Cooperative Learning adalah salah satu jenis pembelajaran aktif, dimana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tujuan secara bersama -sama, melatih siswa untuk belajar bersama dalam menyelesaikan dan melengkapi tugas -tugas, jadi pembelajaran kooperatif tidak akan terjadi jika hanya salah satu siswa yang aktif.. Pembelajaran kooperatif juga dapat merangsang siswa lebih bergirah dalam belajar, sehingga jika pembelajaran kooperatif diterapkan dalam penelitian ini, pembelajaran kooperatif dapat membantu terc iptanya perhatian siswa dalam belajar matematika.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bisa dibilang beda dengan pembelajaran -pembelajaran yang lain, ciri yang paling mendasar dari -pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dibuat dalam bentuk

17

Suyatno,Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo:Masmedia Buana Pustaka , 2009), cet. I, h. 51

18


(32)

kelompok-kelompok kecil. Adapun ciri -ciri pembelajaran kooperatif antara lain:19

a. Group Processing.

Ciri yang paling mendasar dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya proses kelompok dalam pembelajaran. Kelompok disini dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang bertujuan agar setiap anggota bisa berperan aktif dan tidak saling mengandalkan.

b. Positive Interdependence.

Psitive Interdependence atau saling ketergantungan yang positif. merupakan ciri pembelajaran kooperatif dimana siswa saling tergantung satu sama lain dengan siswa dalam satu kelompoknya, ketergantungan di sini memiliki arti yang po sitif, artinya siwa tidak saling mengandalkan dalam bekerja untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

c. Individual Accountability.

Setelah pembelajaran kooperatif dibentuk dalam bentuk kelompok -kelompok kecil, siwa dibentuk untuk memiliki kemampuan m elapor secara individu, sehingga setiap siswa dalam pembelajaran kooperatif ini dituntut untuk aktif.

d. Face-to-face Promotive interaction.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif yang lain adalah adanya interaksi berhadap-hadapan antara satu siswa dengan siswa lain, dan antara siswa dengan guru.

e. Appropiate Use of Collaborative Skills.

Pembelajaran kooperatif juga menggunakan ketrampilan social dalam proses pembelajaran..

Secara umum, pembelajaran kooperatif memiliki ciri -ciri yaitu setiap anggota mempunyai peran, terjadinya hubungan interaksi langsung diantara para siswa, serta terbentuknya ketrampilan sosial. Pembelajaran kooperatif juga dapat membentuk antara siswa dan siswa la in saling tergantung, tetapi tergantung di sini memiliki arti tergantung yang positif.

19


(33)

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif diterapkan dalam penelitian ini, diharapkan agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman -temannya, dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain. Untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok, dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa tidak boleh saling mengandalkan, sehingga dalam pembelajaran ini semua siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Tujuan modelCooperative Learning menurut Ibrahim dalam Isjoni (2009) dikembangkan untuk mencapai setidak -tidaknya tiga tujuan pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran kooperatif antara lain:20

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif setelah banyak diterapkan oleh para pengembang model ini, pembelajaran kooperatif sudah bisa menunjukkan bahwa pembelajaran koo peratif dapat meningkatkan nilai akademik siswa yang dapat dilihat pada hasil belajar siswa.

b. Penerimaan terhadap individu

Tujuan lain model Cooperative Learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Jadi setiap siswa dapat saling menerima perbedaan satu sama lain dan tetap bisa memberikan perhatianya pada materi pelajaran meskipun terdapat perbedaan -perbedaan yang terjadi dalam suatu kelompok.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga Cooperative Learning adalah setiap siswa mampu mengerjakan suatu keterampilan secara bekerja sama dan kolaborasi sehingga dapat terciptanya tujuan pembelajaran.

Dilihat dari pemaparan tujuan -tujuan pembelajaran kooperatif di atas, tujuan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar

20


(34)

akademik yang berhubungan dengan hasil belajar. setiap siswa dapat menerima hal-hal yang berbeda-beda seperti perbedaan ras, budaya, tingkatan social, serta tingkat kemampuan siswa. Dalam penelitian ini dengan adanya penerimaan orang-orang yang berbeda-beda dapat meningkatkan perhatian belajar siswa, karena perhatian siswa dapat dirangsang dari beberapa hal atau objek yang berbeda-beda, contoh siswa akan memberikan perhatiannya dalam pembelajaran jika temannya kemampuannya lebih, bisa juga karena perbedaan ras siswa akan lebih tertarik memperhatikan pembelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif diharapkan agar setiap siswa dapat berkolaborasi dengan temannya, dan dapat saling bekerjasama satu sama lain sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.

4. Model Pembelajaran Koopertif Metode Make A Match

Metode make a match diupayakan menjadi metode yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran, karena metode ini dikemas dalam bentuk metode yang menyenangkan sehingga para guru diharapkan mencoba untuk menerapkan metode ini dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam pembahasan ini, akan dibahas hal -hal yang berkaitan dengan met ode make a match anatara lain Sejarah singkat tentang metode make a match serta aturan main metodemake a match.

a. Sejarah singkat metode make a match

Teknik mencari pasangan menjadi salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru dal am mengembangkan kemampuan

anak didiknya. “Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match)ini pada tahun 1994 dikembangkan oleh seorang pakar pendidikan , yaitu Lorna

Curran”.21 Salah satu keunggulan teknik ini adalah anak didik mencari

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.

21


(35)

b. Aturan main metodemake a match

Aturan main pada metode make a match yaitu siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban / soal sebelum batas waktunya, dan siswa yang dapat menemukan terlebih dahulu pasangannya atau dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Menurut Suyatno, langkah-langkah metodemake a matchyaitu:22

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang b erisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3. Tiap siswa memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang.

4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.

7. Kesimpulan. 8. Penutup.

Pada aturan main di atas dapat juga dilakukan secara bervariasi, misalkan metode make a match tersebut bisa dilakukan di dalam ruangan atau di luar ruangan, sehingga siswa tidak bosan dan pembelajaran kooperatif metode

make a match ini akan tetap menarik perhatian. E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika, menjadi persoalan untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Dalam hal ini pendidik berupaya agar siswa tidak mengalami kejenuhan dan bosan dalam mengikuti pelajaran matematika, sehingga siswa dapat belajar m atematika

22

Suyatno,Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo:Masmedia Buana Pustaka , 2009), cet. I, h. 51


(36)

dengan fun dan memeberikan perhatiannya pada materi pelajaran matematika yang disampaikan oleh pendidik.

metode make a match sangat cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, karena make a match merupakan metode yang bisa dibilang beda dengan metode yang lain. Metode ini selain bermanfaat memperdalam pemahaman materi atau konsep matematika, make a matchjuga bisa dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan permainan, sehingga ketika metode ini diterapkan, suasana proses pembelajaran akan terkesan menyenangkan, dan metode ini dilakukan secara berulang -ulang, setelah satu sesi berjalan, kartu akan dikocok kembali sehingga siswa akan mendapatkan jenis soal yang berbeda dari sebelumnya, sehingga siswa akan memahami berbagai jenis soal dan siswa juga bisa terlatih mengerjakan berbagai macam soal matematika

Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif metode make a match, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan perhatian siswa dalam pembelajaran matematika.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran kooperatif metode make a match pada pelajaran matematika dapat meningkatkan perhatian siswa pada pembelajaran matematika .


(37)

24

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP YMJ Ciputat Tangerang Selatan Banten

2. Waktu penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VIIB pada semester genap

tahun ajaran 2009/2010, dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Mei

2010.

Tabel 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 Persiapan dan

perencanaan √ √

2 Observasi (Studi

lapangan) √ √

3

Pelaksanaan

Pembelajaran √ √ √

4 Analisis Data √

5 Laporan penelitian √

B.

Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi

kelas, atau lazim dikenal dengan

Classroom Action Research,

yaitu penelitian yang

dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran.

1

Tujuan

utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

professionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran.

1


(38)

Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa :

1.

Analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan

tindak lanjut berdasarkan prinsip “daur ulang”.

2.

Menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partis ipatif

berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pembelajaran.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian)

dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus adalah

satu putaran kegiatan be runtun yang kembali ke langkah semula, dimana setiap siklus

terdiri dari empat tahap, yaitu:

a. Perencanaan

(Planning)

Pada tahap perencanaan peneliti menentukan focus peristiwa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membua t sebuah

instrument pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tin dakan

berlangsung. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian bekerja sama dengan

kolaborator (guru kelas) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang akan disajikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga

peneliti membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, angket

aktivitas, catatan lapangan, lembar wawancara dan soal tes untuk akhir silkus.

b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yai tu melaksanakan tindakan kelas.

c. Pengamatan (Observing)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada

silkus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati,

menggali, dan mendokumentasikan semua gejal a indikator yang terjadi selama

proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dengan

dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. Sebagai


(39)

observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajara n dan

memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan metode

make a match.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kemb ali apa yang sudah

dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis

bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang

telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya

perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki kegiatan

penelitian sebelumnya, yang akan diterapk an pada penelitian berikutnya.

Desain Penelitian

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan

dilanjutkan dengan siklus II . Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan

bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi

apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus

III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain

yang dikemukakan oleh Suhardjon o, digambarkan sebagai berikut:


(40)

Bagan 1

Desain Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Pra penelitian

(observasi awal)

Masalah

Perencanaan

Refleksi I

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan dan pengumpulan data

Perencanaan II

Refleksi II

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan dan pengumpulan data

Permasalahan belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Permasalahan terselesaikan


(41)

C. Subjek penelitian

Adapun kelas yang dijadikan subj ek penelitian adalah kelas VII B dengan jumlah

siswa sebanyak 42.

Pada saat pelaksanaan tindakan, guru matematika kelas mem bantu peneliti

mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran

dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika juga melakukan

observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini

dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualit as pengajaran yang dilakukan oleh

peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam

rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana dan pelaksana kegiatan.

Peneliti merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan,

mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam

melaksanakan penelitian, peneliti dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata

pelajaran matematika kelas VII B yang bertindak sebagai

observer

(pengamat).

E. Tahapan Perencanaan Tindakan

1. Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan (prapenelitian)

a. Observasi ke SMP YMJ Ciput at Tangerang Selatan.

b. Mengurus surat izin penelitian.

c. Membuat instrumen penelitian.

d. Menghubungi kepala sekolah.

e. Wawancara terhadap guru mata pelajaran.

f.

Menentukan kelas subjek penelitian.

g. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian.

h. Mensosialisasikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

kooperatif metode

make a match.


(42)

2. Tahap Penelitian Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Membuat rencana pengajaran.

2) Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator.

3) Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan.

4) Menyiapkan lembar observasi siswa, wawancara, catatan lapangan serta

keperluan observasi lainnya.

5) Menyiapkan soal akhir siklus.

6) Menyiapkan alat dokumentasi.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Siswa mempelajari materi.

2) Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif metode

make a match.

3) Guru memberikan tes formatif.

4) Penilaian hasil tes siklus I.

5) Mewawancarai guru dan siswa.

6) Dokumentasi.

c. Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari

observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua hal yang terjadi selama

proses pembelajaran.

d. Tahap Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I yang akan

dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya. Adapun bagan kegiatan penelitian ini

adalah sebagai berikut:


(43)

Kegiatan Pendahuluan

1. Observasi proses pembelajaran di kelas.

2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa.

3. Wawancara dengan guru kelas. 4. Wawancara dengan siswa.

SIKLUS I

SIKLUS I

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran

Make a match

b. Membuat pedoman observasi

c. Membuat pedoman wawancara

d. Membuat soal tes Siklus I untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan

menerapkan metode

make a match

, kemudian dilanjutkan dengan

pemberian tes Siklus I.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran

make a

match.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas

siswa.


(44)

4.

Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran

silkus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator

keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka

penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evluasi siklus I

digunakan sebagai acuannya.

Siklus II

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran

make a match.

b. Menyiapkan pedoman observasi

c. Menyiapkan angket aktivitas

d. Menyiapkan pedoman wawancara

e. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan

menerapkan metode

make a match

, kemudian dilanjutkan dengan

pemberian tes Siklus II.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran

make a match.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran.


(45)

Bagan 2

Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan adalah dengan indikator keberhasilan sebagai

berikut:

1. Persentase perhatian siswa yang diamati melalui lembar observasi pada setiap

siklus harus mencapai lebih dari atau sama deng an 70%

2. Rata-rata tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus

harus mencapai lebih dari atau sama dengan 70 dan tidak ada siswa yang

mendapat nilai kurang dari KKM yaitu 60.

Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa ind ikator

keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator

keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil

refleksi siklus II sebagai acuannya.

Adapun uraian dari tahap -tahap penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Pra penelitian

a) Pengamatan keadaan kelas

Waktu pelaksanaan : tanggal 10 Maret 2010, 5 April 2010, dan 12 April

2010.

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses

pembelajaran di kelas VII B SMP YMJ. Kegiatan ini dilakukan dengan

4. Tahap Refleksi

Mengevalusi proses pembelajaran Siklus II. Apabila indikator

keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi

apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian

dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai

acuannya.


(46)

tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika dan

aktivitas belajar matematika siswa.

b) Wawancara

Waktu pelaksanaan : 12 April 2010

Wawancara dilaksanakan setelah akhir siklus I dan siklus II terhadap

siswa dan guru kelas untuk mengetahui perhatian siswa terhadap pelajaran

matematika, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran

matematika di kelas tersebut.

c) Analisis

Waktu pelaksanaan : 12 April 2010

Analisis dari kegiatan pra penelitian (pendahuluan) ini dilakukan

menganalisa data yang diperoleh pada pra penelitian dan untuk

memperoleh cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul

sehinggga dapat diberikan tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan

pembelajaran nanti.

2. Siklus I

a) Tahap perencanaan

Waktu Pelaksanaan : Januari 2010

februari 2010

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) dan membuat instrumen -instrumen penelitian, yaitu lembar

observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa,

pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untu k tes pada akhir

siklus I ini.

b) Tahap pelaksanaan

- Pertemuan 1

Waktu pelaksanaan : Jumat, 16 April 2010

Materi yang dibahas pada pertemuan pertama yaitu pengertian dan jenis

-jenis segitiga. Ketika siswa ditanya mengenai materi segitiga .


(47)

- Pertemuan 2

Waktu pelaksanaan : Senin, 19 April 2010

Pada pertemuan ke dua, materi yang dibahas mengenai jumlah besar

sudut segitiga, peneliti memberikan pengantar kepada para siswa bahwa

jika besar ketiga sudut segitiga dijumlahkan, maka besarnya adalah

180°.

- Pertemuan 3

Waktu pelaksanaan : Kamis, 22 April 2010

Pada pertemuan ketiga, materi yang dibahas adalah hubungan sudut

dalam dan sudut luar pada segitiga .

- Pertemuan 4

Waktu pelaksanaan : Jumat, 23 April 2010

Pada pertemuan keempat, materi yang dibahas mengenai keliling dan

luas segitiga, peneliti hanya memberikan pengantar mengenai rumus

keliling dan luas segitiga, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 5

Waktu pelaksanaan : Senin, 26 April 2010

Pada tahap ini peneliti akan memberikan tes akhir siklus I dengan materi

yang diujikan antara lain: pengertian dan jenis -jenis segitiga,

menunjukkan bahwa

jumlah besar sudut segitiga adalah

180°,

Menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga dalam

pemecahan soal, menghitung keliling dan luas s egitiga.

c) Tahap observasi

Waktu pelaksanaan : 16, 19, 22, 23 April 2010

Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan tentang

perhatian siswa saat pelaksanaan pembelajaran kooperatif metode

make a

match.

d) Tahap analisis dan refleksi


(48)

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil

pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada

Siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap

perencanaan Siklus II.

3. Silkus II

a) Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) dan instrumen -instrumen penelitian, yaitu lembar observasi

guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar siswa, pedoma n

wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untuk tes pada akhir siklus II.

b) Tahap pelaksanaan

- Pertemuan 6

Waktu pelaksanaan : Kamis, 29 April 2010

Materi yang dibahas mengenai pengertian jajargenjang, persegi panjang,

belah ketupat, persegi, trapesium dan layang -layang menurut sifatnya.

Serta membahas mengenai sifat -sifat segiempat ditinjau dari diagonal,

sisi dan sudutnya, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 7

Waktu pelaksanaan : Jumat, 30 April 2010

Materi yang disampaikan pada pertemuan ke II siklus II mengenai

keliling bangun datar segi empat, seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 8

Waktu pelaksanaan : Senin, 3 Mei 2010

Materi yang disampaikan pada pertem uan ke-3 mengenai menghitung

luas bangun datar segi empat , seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 9


(49)

Pertemuan keempat siklus II dilakukan tes akhir siklus 2, Materi yang

akan diujikan mengenai pengertian jajargenjang, persegi panjang, belah

ketupat, persegi, trapesium dan layang layang menurut sifatnya, sifat

-sifat segiempat ditinjau dari diagonal, sisi dan sudutnya, menghitung

keliling dan luas segi empat .

c) Tahap observasi

Waktu pelaksanaan : 29, 30 April 2010 dan 3 Mei 2010

Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan tentang

perhatian siswa pada penerapan metode

make a match.

d) Tahap analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 6 Mei 2010

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil

pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus

II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator

keberhasilan tercapai, maka penel itian dihentikan. Tetapi apabila indikator

keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan

hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan

data

kuantitatif.

1. Data kualitatif: hasil obser vasi proses pembelajaran , catatan lapangan, wawancara

terhadap guru dan siswa, hasil dokumentasi.

2. Data kuantitatif: hasil tes tiap siklus.

Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat

dan peneliti.


(50)

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes

Digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal.

b. Pedoman observasi

Digunakan untuk mengumpulkan data tentang perhatian siswa dalam

proses belajar mengajar dan i mplementasi model pembelajaran kooperatif

metode

make a match

dalam pembelajaran matematika. Kriteria nilai yang

digunakan pada lembar observasi mengacu pada Pedoman untuk memberikan

interpretasi koefisien korelasi, kriteria tersebut yaitu:

2

1. 80%

x

100% : Sangat Baik

2. 60%

x < 80% : Baik

3. 40%

x < 60% : Cukup

4. 20%

x < 40% : Kurang

5. 0

x < 20%

: Sangat Kurang

x

menggambarkan banyaknya siswa yang melaksanakan aktivitas

perhatian.

c. Catatan lapangan

Digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran yang diperoleh

peneliti yang tidak teramati dalam observasi, bentuk temuan ini berupa

aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi siswa selama pembelajaran.

d. Pedoman wawancara

Digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan

implementasi metode

make a match

dalam pembelajaran matematika.

e. Dokumentasi

2


(51)

Digunakan sebagi bukti otentik proses pembelajarn yang dilakukan selama

penelitian.

I. Instrumen-instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap

akhir siklus, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar

matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang

telah diberikan pada kedua sikl us sebagai implikasi dari PTK.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:

a. Lembar observasi perhatian siswa

Lembar observasi perhatian siswa digunakan untuk mengetahui

tingkat

perhatian

siswa

dalam pembelajaran matematika . Lembar

observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap

siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.

b. Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui

gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah

-masalah yang dihadapi di kelas.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

(Trusworthiness)

Studi

Sebelum instrumen tes diberikan kepada siswa, sebelumnya instrumen

tersebut diuji terlebih dahulu, apakah tes yang diberikan sudah rasional atau belum,

adapun pengujiannya menggunakan uji validitas isi dan validitas muka. Validitas isi


(52)

adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil

belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta

didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi

atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Pengujian validitas isi

dapat dilakukan dengan membandingkan dari sesgi isi instrumen (

content) dengan

materi pelajaran, secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan

menggunakan kisi-kisi instrumen dan kemudian dikonsultasikan dengan ahli atau

dosen

3

.

Adapun validitas muka merupakan pengecekan instrumen tes dengan cara melihat

tampilan atau susunan pen ulisan dari instrumen tersebut, adapun tujuannya yaitu agar

siswa tidak terjebak dengan tampilan instrumen yang belum benar.

Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik

triangulasi

dan

saturasi,

yaitu:

1. Menggali data dari sumber yang sama dengan me nggunakan cara yang berbeda.

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang perhatian siswa

dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara siswa, dan memeriksa hasil

kerja siswa dalam mengerjakan soal.

2. Menggali data dari sumber yang berbeda u ntuk informasi tentang hal yang sama.

Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan dengan

memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan wawancara dengan guru.

3. Memeriksa kembali data data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan

-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

K. Analisis Data

Proses analisis data terdiri atas data pada saat di lapangan yaitu pada saat

pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang sudah

3


(53)

terkumpul berupa hasil kerja siswa, ha sil wawancara, hasil observasi dan catatan

lapangan. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Tahap menganalisa data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari

berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, menyusunnya dalam satuan

-satuan, dan mengkategorikannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan

aktivitas-aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan alamiah. Kriteria

keberhasilan peningkatan

perhatian

siswa dalam pembelajaran matematika

ditunjukkan dengan rata -rata 70%, tes hasil belajar siswa telah mencapai lebi h dari

atau sama dengan 70 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM

yaitu: 60.

Untuk menganalisis set iap aspek perhatian siswa digunakan teknik analisis

secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut:

P =

s f

x 100 %

Ket: P = persentase perhatian siswa

f = frekuensi siswa yang melakukan indikator perhatian belajar

s = jumlah siswa yang hadi

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan

belum mencapai kriteri a keberhasilan yaitu peningkatan perhatian siswa dalam

pembelajaran matematika maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan

selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Penelitian ini berakhir, apabila

peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan model

pembelajaran kooperatif metode

make a match

dalam pembelajaran matematika dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.


(54)

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilaksanakan dari tanggal 10 Maret sampai 12 April. Dalam penelitian ini, guru bidang studi memilihkan kelas VII B. Alasan guru memberikan akan membantu kelas VII B adalah kelas VII A dan kelas VII B sama kalau dilihat dari segi nilai matematikanya, k elas VII B tidak cenderung brutal seperti kelas VII A. 5 April 2010 peneliti diberikan kesempatan oleh Guru kolaborator untuk melihat pembelaja ran di kelas. Disaat melihat pembelajaran di kelas, siswa memperhatikan penjelasan guru, tapi disaat guru meminta salah satu siswa kedepan untuk mengerjakan soal banyak yang tidak mau mengerjakan . 12 April 2010 peneliti mengajar di kelas, jadwal masuk jam pertama pukul 7.00, tetapi hanya sebagian siswa yang baru datang, semua siswa yang laki -laki sembunyi di kelas samping dan siswa yang lain baru datang pukul 7.30. Setelah pembelajaran dimu lai keadaan kelas sangat gaduh, pukul 8.00 masih ada siswa yang baru datang. Saat pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak memperhatikan, ada yang mengobrol, ada yang mukul -mukul meja, dan ada yang keluar dengan alasan mau ke kamar mandi. Disaat peneliti menawarkan ada yang mau bertanya, tidak ada siswa yang bertanya.

Setelah selesai pembelajaran, peneliti melakukan wawancara dengan guru bidang studi matematika. Wawancara ini dilaksanakan untuk mengetahui pendapat guru tentang model pembelajaran kooperatif metode make a match, perhatian siswa dalam pembelajaran matematika siswa, hasil belajar siswa dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M Dhofier selaku guru kelas VII A , diperoleh informasi bahwa minat siswa


(1)

Bahan ajar : Terlampir

Alat bantu : Spidol, penghapus, dll

VIII. Evaluasi/ penilaian hasil belajar

’ Teknik penilaian : Tes ’ Bentuk instrumen penilaian : Uraian ’ Contoh instrumen : Terlampir

’ Skor : 100 untuk semua jawaban yang

benar

Ciputat, 26 Desember 2009 Mengetahui,

Guru Kolaborator Peneliti


(2)

Soal Quis

1. Jika AC = 10 cm, DB = 24 cm, maka Luas belah ketupat di bawah adalah?

2. Alas sebuah jajargenjang diketahui 17 cm dan memiliki Luas 204 cm2. hitunglah tinggi jajardenjang tersebut!

3. Sebuah lantai berbentuk persegi panjang dengan panjang 10 m dan lebar 8 m akan dipasang ubin berbentuk persegi dengan sisi 10 cm, berapakah banyaknya ubin yang dibutuhkan untuk lantai tersebut?

4.

Segiempat ABCD diatas adalah trapesium sama kaki dengan panjang AB = 15 cm, DC = 27 cm, tinggi trapesium = 8 cm. hitunglah luas yang diarsir jika lebar persegi panjang adalah setengah dari tinggi trapesium !

5. Ayah membeli sebidang tanah yang berbentuk perseg ipanjang dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 15 m. Jika harga tiap m2 tanah adalah Rp150.000,00 maka berapakah uang yang harus dibayarkan ayah untuk membeli tanah tersebut?

A

D B

C O

B

D C

A


(3)

Soal make a match

1. Berapakah luas bangun datar di bawah ini!

6 cm 12 cm

2.

20cm

5 cm 12 cm

Berapakah luas jajargenjang ABCD?

3. Sebuah jajargenjang memiliki luas 36 cm2, berapakah tinggi jajargenjang? 4. Sebuah persegi panjang memiliki luas 68 cm2dan memiliki panjang 17 cm.

berapakah lebarnya?

5. Jika AC = 18 cm, DB = 24 cm, maka luas belah ketupat di bawah adalah?

6. Diketahui belah ketupat memiliki luas 112 cm2 dan diagonal satunya 14 cm, berapakah panjang diagonal duanya?

7. Beraoakah luas trapezium di bawah jika PQ = 8 cm, SR = 14 cm dan tinggi 13 cm

8 cm

A B

C

D o

A

D B

C O

S

P Q


(4)

8. Diketahui luas trapesium siku -siku di atas 88 cm2, panjang AB=10 cm dan DC=12 cm. Berapakah panjang AD?

9.

Diketahui Panjang AO = 3 cm dan BD = 8 cm, berapakah jumlah panjang AB dan AD?

10. Diketahui layang-layang memiliki luas 96 cm2 dan diagonal satunya 24 cm, berapakah panjang diagonal duanya?

11. Ayah membeli sebidang tanah yang berbentuk perseg ipanjang dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 15 m. Jika harga tiap m2 tanah adalah Rp150.000,00 maka berapakah uang yang harus dibayarkan ayah untuk membeli tanah tersebut?

12. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 14 m. Dalam taman tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk layang -layang dengan panjang diagonalnya berturut-turut adalah 5m dan 8 m. dan sisanya ditanami bunga. Berapakah luas taman yang ditanami bunga?

13. Sebuah lantai persegi berukuran 6 m x 6 m, akan dipasang ubin yang berbentuk jajargenjang dengan ukuran alas 60 cm dan tinggi 30 cm. Hitunglah banyak ubin yang dibutuhkan!

A B

C D

A

B

C


(5)

14. Diketahui layang-layang memiliki luas 272 cm2 dan diagonal satunya 32 cm, berapakah panjang diagonal duanya?

15. Ayah membeli sebidang tanah yang berbentuk perseg ipanjang dengan ukuran panjang 150 m dan lebar 110 m. Jika harga tiap m2 tanah adalah Rp150.000,00 maka berapakah uang yang harus dibayarkan ayah untuk membeli tanah

tersebut?

16. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 100 m. Dalam taman tersebut terdapat sebuah kolam renang yang be rbentuk layang-layang dengan panjang diagonalnya berturut-turut adalah 42 m dan 58 m. dan sisanya ditanami bunga. Berapakah luas taman yang ditanami bunga?

17. Sebuah lantai persegi panjang berukuran 10 m x 12 m, akan dipasang ubin yang berbentuk persegi dengan sisinya 10 cm. Hitunglah banyak ubin yang

dibutuhkan!

18. Diketahui luas trapesium siku-siku di atas 165 cm2, panjang AB=10 cm dan

AD=15 cm. Berapakah panjang DC?

19. Diketahui luas trapesium siku-siku di atas 28 cm2, panjang AB=3 cm dan AD=8 cm. Berapakah panjang DC?

20. Diketahui layang-layang memiliki luas 272 cm2 dan diagonal satunya 32 cm, berapakah panjang diagonal duanya?

21. Ayah membeli sebidang tanah yang berbentuk perseg ipanjang dengan ukuran panjang 250 m dan lebar 50 m. Jika harga tiap m2 tanah adalah Rp125.000,00 maka berapakah uang yang harus dibayarkan ayah untuk membeli tanah

tersebut?

A B

C D

A B

C D


(6)

22. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 64 m. Dalam taman tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk belah ketupat dengan panjang diagonalnya berturut-turut adalah 32 m dan 20 m. dan sisanya ditanami bunga. Berapakah luas taman yang ditanami bunga?

23. Sebuah lantai persegi panjang berukuran 24 m x 20 m, akan dipasang ubin yang berbentuk persegi dengan sisinya 1 m. Hitunglah banyak ubin yang dibutuhkan!