Strategi pemasaran rumah makan Wong Solo : studi kasus rumah makan Wong Solo Cabang Pondok Gede Jakarta Timur

(1)

STRATEGI PEMASARAN

RUMAH MAKAN WONG SOLO

(Studi Kasus Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede Jakarta Timur)

Anwar Manan Latif

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M / 1430 H


(2)

STRATEGI PEMASARAN RUMAH MAKAN WONG SOLO

(Studi Kasus: Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede)

Anwar Manan Latif 100092020254

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009 M / 1430 H


(3)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Rumah Makan Wong Solo (Studi Kasus Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede)”, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Rabu tanggal 15 Oktober 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

Tim Penguji,

Penguji I Penguji II

DR. Ir. Nunuk Adiarni, MM Ir. Siti Rochaeni, M.Si

Tim Pembimbing,

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Rahmi Purnomowati, M.Si Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP

Mengetahui,

Dekan, Ketua Program Studi

Fakultas Sains Dan Teknologi Agribisnis

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir.Lilis Imamah I.,M.Si NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314


(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAM BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 24 September 2008

Anwar Manan Latif 100092020254


(5)

(6)

RINGKASAN

ANWAR MANAN LATIF, Strategi Pemasaran Rumah Makan Wong Solo Studi Kasus: Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede. (Dibawah bimbingan

RAHMI PURNOMOWATI dan AHMAD TJACHJA NUGRAHA).

Banyaknya jumlah rumah makan dan restoran yang berkembang saat ini, merupakan fenomena yang terlihat jelas, mulai dari rumah makan yang berskala kecil hingga yang berskala internasional. Menurut data yang terdapat di Departemen Pariwisata pada tahun 2006 tercatat terdapat sebanyak 31.903 industri rumah makan, yang terdiri dari empat segmen pasar yang berbeda, yaitu rumah makan tradisional, restoran, catering dan bar. Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia merupakan daerah yang paling berkembang dalam industri rumah makan, hal ini didukung dari banyaknya penduduk daerah yang datang ke ibu kota dan sudah barang tentu menjadi sasaran bagi pengembangan usaha rumah makan, semakin banyak segmentasi yang terbentuk dari rasa kedaerahan, maka semakin banyak pula rumah makan yang berdiri berdasarkan masing – masing daerah. Segmentasi pasar merupakan bagian dari target pasar bagi setiap perusahaan, sedangkan pasar merupakan bagian dari perorangan maupun organisasi yang membutuhkan suatu produk dan mempunyai kemampuan serta keinginan untuk membelinya. Dalam hal ini rumah makan mempunyai segmen pasar yang pertama, karena konsumen langsung membeli dan merasakan kepuasan terhadap produk yang mereka dapatkan. Akan tetapi pada lain pihak rumah makan menjadi konsumen institusional, dikarenakan rumah makan membeli bahan baku dari para petani dan kemudian mengolah kembali untuk kemudian dipasarkan. Jelasnya segmentasi pasar yang ada, membuat semua pengusaha rumah makan dan restoran berlomba-lomba mengatur strategi yang bisa mereka gunakan untuk meraih perhatian para konsumen, yang kemudian berdampak pada sistem manajerial yang berlaku dirumah makan tersebut, hal ini tentu saja dilakukan untuk memperoleh profit yang maksimal dan peningkatan profit secara keseluruhan pada setiap tahunnya.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede tepatnya terletak di jalan raya Pondok Gede No. 5. Lokasi ini persis Bersisian dengan terminal bus kota dan luar kota Pinang Ranti juga berdekatan dengan Asrama Haji Pondok Gede. Wong Solo cabang Pondok Gede didirikan dengan memakai konsep franchise yaitu mempersiapkan para investor untuk menanamkan modalnya. Masing-masing cabang Wong Solo mempunyai tipe yang berbeda. Perbedaan antara masing-masing cabang disesuaikan bentuk dan ornamen bangunan serta aksesorisnya. Rumah makan Wong Solo cabang Pondok Gede merupakan rumah makan tipe B.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede merupakan usaha yang cukup menjanjikan, walaupun berdiri kurang lebih lima tahun, rumah makan ini sudah memiliki nama (brand) yang cukup terkenal, namun hal tersebut belum benar-benar maksimal dalam pengembangannya. Berbedanya masing – masing cabang


(7)

dalam penerapan manajemen terjadi disebabkan pihak Top level manajemen Rumah Makan Wong Solo membebaskan para managernya di masing-masing cabang, untuk memberikan peluang agar mampu bersaing sesuai dengan kondisi dari masing-masing cabang.

Tujuan Penelitian ada tiga, yaitu: (1)Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan, faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang dihadapi Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede. (2) Menganalisa bauran pemasaran yang dijalankan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede. (3) Merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai kondisi internal dan eksternal yang dilakukan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

Metode pengelolaaan dan analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan analisis lingkungan pemasaran, matrik IFE dan EFE, matrik IE, analisis SWOT untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

Total nilai matrik pada kekuatan memiliki skor 1,650, sedangkan pada kelemahan menunjukkan skor 0,701 artinya rumah makan Wong Solo cabang Pondok Gede mampu menutupi kelemahan yang ada. Matrik IFE menunjukkan bahw faktor internal yang memiliki kekuatan terbesar adalah menu yang disajikan yang memiliki cita rasa yang khas, sedangkan empat kekuatan lainnya ialah : pengawasan mutu ayam bakar Rumah Makan Wong Solo dilakukan secara ketat, sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Rumah Makan Wong Solo berkualitas, produk yang dimiliki Rumah Makan Wong Solo dalam hal ini produknya menu makanan, telah memiliki 47 menu, sistem penjualan yang dilakukan oleh Rumah Makan Wong Solo adalah dengan mendirikan cabang atau perwakilan sebanyak-banyaknya sehingga seluruh kekuatan berjumlah 1,650.

Dari tabel matrik EFE, dapat disimpulkan bahwa Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede sudah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk menutupi faktor-faktor yang menjadi ancaman. Hal ini dapat terlihat dengan lebih besarnya skor peluang yaitu 1,627 dibandingkan faktor ancaman yang hanya 0,729. akan tetapi beberapa peluang besar yang bisa dimanfaatkan, belum menjadi prioritas bagi rumah makan ini, dikarenakan Rumah Makan Wong Solo belum bisa memanfaatkan pertumbuhan perumahan disekitar lokasi rumah makan tersebut, hal ini dapat terlihat bahwa faktor pertumbuhan perumahan hanya bernilai 0,266.

Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal (sel 5), merupakan kegiatan untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun citra positif dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Selain itu perusahaan dapat mempertahankan serta memelihara kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang dan meminimalisasi ancaman yang ada. Walaupun berada pada titik aman, pertemuan antara EFE dan IFE sangat dekat dengan kotak ancaman. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi yang sesuai dengan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede adalah penetrasi pasar, yaitu lebih memanfaatkan peluang yang ada denga cara penyebaran brosur di perumahan-perumahan dan meningkatkan penjualan melalui Delevery Order atau pesan antar,


(8)

serta harus terus waspada terhadap ancaman dari rumah makan sejenis yang menggunakan konsep waralaba.


(9)

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmannirrohim,

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan Rasulullah SAW yang membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman ilmu pengetahuan.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “STRATEGI PEMASARAN RUMAH MAKAN WONG SOLO (Studi Kasus Rumah Makan Wong Solo Pondok Gede Jakarta Timur)”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. (Alm) KH. Khaidir Anwar ayahanda tercinta, walaupun beliau telah tiada bimbingan serta didikan nya akan selalu mewarnai jalan hidupku, Mama dan istri tercinta, atas motivasi pengertian serta do’a dan kasih sayangnya, serta kakak-kakak ku Aini Aswita, Umi Hati, Lukman Hakim dan Aulia Astuti, Umak dan Ayah Mertuaku serta adik-adikku tersayang Rani, Oin, Yasir dan Dede atas do’a, dan dukungannya, baik moril maupun materiil.

2. KH Asef Bahruzzein dan Ust H. Wawan Arwani Lc, selaku penasihat spiritual yang sudah mengarahkan hidupku kepada jalan yang lebih baik.

3. Ibu Rahmi Purnomowati, M.Si, selaku pembimbing I yang dengan perhatian, ketulusan dan kesabaran memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(10)

pengertian, ketulusan dan kesabaran hati memberikan bimbingannya.

5. Ibu DR. Ir. Nunuk Adriani, MM, selaku penguji I yang dengan kesabaran dan ketulusan hati yang telah banyak memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si, selaku penguji II yang dengan kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini. 7. Bapak Dr. Ir. Sopyansyah Jaya Putra, M.Si., selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu sabar menanti perjuanganku yang panjang. 9. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

10.Salim dan Hafis yang sudah banyak memberikan motivasi dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Teman-teman jurusan Agribisnis, terimakasih atas motivasi dan masukan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

12.Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, tanpa mengurangi rasa hormat yang telah memberikan dorongan dan masukan atas penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak lepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan. Akhirnya penulis berharap karya tulis berupa skripsi ini dapat bermanfaat. Amin ya robbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2009


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...i

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ...iv

DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Perumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian ...5

1.4. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Lingkungan Internal ...7

2.2. Analisis Lingkungan Eksternal...8

2.2.1. Lingkungan Mikro...9

2.2.2. Lingkungan Makro ...11

2.3. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) Matrik External Factor Evaluation (IFE) ...13

2.4. Analisis Lingkungan Internal ...14

2.5. Analisis Lingkungan Eksternal...14

2.5.1. Analisis Strategi dengan IFE dan EFE ...15

2.6. Analisis dan Matrik SWOT ...19

2.7. Analisis Bauran Pemasaran ...22

2.7.1. Produk ...23

2.7.2. Harga ...25

2.7.3. Distribusi...27


(12)

2.8. Penelitian Terdahulu ...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...31

3.2. Jenis dan Sumber Data ...31

3.3. Pengambilan Data ...32

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ...33

3.4.1. Analisis Lingkungan Internal...…………..…..…...33

3.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal.. ...34

3.4.3. Analisis Strategi dengan EFE dan IFE...34

3.4.4. Analisis SWOT yang dihadapi perusahaan...39

3.5.Kerangka Pemikiran Konseptual...39

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1. Kondisi Lingkungan Area Penelitian...41

4.2. Sejarah Ayam Bakar Wong Solo ...42

4.3. Sejarah Pendirian Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede...43

4.4. Struktur Organisasi Wong Solo Cabang Pondok Gede...45

4.5. SDM Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede Wong Solo Cabang Pondok Gede ...46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Lingkungan Rumah Makan ...47

5.1.1. Analisis Lingkungan Internal...47

5.1.1.1. Faktor Produksi dan Operasi ...47

5.1.1.2. Sumber Daya Manusia ...47

5.2. Matrik IFE ...49

5.2.1. Kekuatan ...49

5.2.2. Kelemahan ...51

5.3. Analisis Lingkungan Eksternal... ...53

5.3.1 Lingkungan Mikro...53

5.3.2 Lingkungan Makro ...55

5.4. Matrik EFE ...57


(13)

5.4.2 Ancaman ...59 5.5. Analisis Matrik SWOT...61 5.6. Strategi Bauran Pemasaran...64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan...67 6.2. Saran...68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

1 Jumlah Restoran, Rumah Makan Tradisional, Cataring dan Bar... 2

2 Faktor-faktor Strategi Eksternal...15

3 Faktor-faktor Strategi Internal ...15

4 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ...17

5 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan...17

6 Faktor-faktor Strategi Eksternal...34

7 Faktor-faktor Strategi Internal ...35

8 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ...36

9 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan...37

10 Matrik IFE Rumah Makan Wong Solo ...52

11 Matrik EFE Rumah Makan Wong Solo ...59


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

1 Model Lima Kekuatan Potler...11

2 Strategi Empat Kuadran...20

3 Matrik SWOT ...22

4 Variabel-Variabel 4 P dari Bauran Pemasaran ...23

5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penetapan Harga...26

6 Kerangka Pemikiran Konseptual...40


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1 Struktur Organisasi Rumah Makan Wong Solo

2 Daftar Karyawan dan Tingkat Pendidikan di Masing – masing Jabatan 3 Menu Rumah Makan Wong Solo

4 Daftar Harga Makanan di Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede 5 Daftar Harga Minuman di Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede 6 Outlet Ayam Bakar wong Solo di Beberapa Kota Besar di Indonesia

7 Hasil Wawancara Dengan Pihak Manajemen RM Wong Solo 8 Hasil Kalkulasi Bobot Pada Faktor Internal

9 Hasil Kalkulasi Pemberian Bobot Pada faktor Eksternal

10 Kalkulasi Perhitungan Rata – rata Bobot dari Faktor Internal dan Eksternal 11 Perhitungan Rata – rata Rating dari Faktor Internal dan Eksternal

12 Skor Internal dan Skor Eksternal Rumah Makan Wong Solo 13 Kuesioner Analisis Internal Perusahaan


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Industri pengolahan bahan pangan siap saji (rumah makan dan restoran) merupakan salah satu industri yang menjanjikan pada saat ini di Indonesia. Di tengah badai krisis moneter yang berkepanjangan, rumah makan mempunyai kekuatan tersendiri dalam mengatasinya, selain itu rumah makan menyediakan kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat luas.

Indonesia mempunyai iklim yang sangat cocok untuk mengembangkan usaha pertanian, hal ini tentu dapat mendukung perkembangan usaha rumah makan yang bahan bakunya berasal pertanian, akan tetapi iklim yang baik dan lahan yang cukup untuk pertanian belum benar-benar dimanfaatkan dengan maksimal, hal ini terbukti dengan beberapa kali adanya kenaikan harga beras yang diakibatkan dari kurangnya pasokan dalam negeri sehingga harus mengimpor beras dari Thailand (Wahyuddin, 2007; hal 3).

Banyaknya jumlah rumah makan dan restoran yang berkembang saat ini, merupakan fenomena yang terlihat jelas, mulai dari rumah makan yang berskala kecil hingga yang berskala internasional. Menurut data yang terdapat di Departemen Pariwisata pada tahun 2006 tercatat terdapat sebanyak 31.903 industri rumah makan, yang terdiri dari empat segmen pasar yang berbeda, yaitu rumah makan tradisional, restoran, catering dan bar.


(18)

Segmentasi pasar yang ada menunjukkan jenis konsumen mana yang menjadi target dari pemasaran rumah makan dan restoran. Secara terinci terlihat dalam tabel 1.1 mengenai segmentasi rumah makan yang beredar di pulau-pulau besar diIndonesia yang terdaftar di Departemen Pariwisata

Tabel 1. Jumlah Restoran, Rumah Makan Tradisonal, Catering dan Bar Di Indonesia Tahun 2006

Nama Pulau Restoran Rumah Makan Tradisional

Catering BAR

Sumatera 944 1028 520 265

DKI Jakarta & Jawa

1080 8020 2180 1042

Bali & NusaTenggara 624 5029 445 850

Sulawesi 280 2140 220 520

Kalimantan 152 1018 215 125

Maluku 108 542 110 95

Papua 115 325 84 53

TOTAL 3303 18102 3774 6724

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah industri rumah makan yang ada di Indonesia cukup tinggi yaitu 31.903. Angka ini menunjukkan bahwa industri rumah makan tetap berkembang. Data tersebut merupakan data usaha yang terkena wajib pajak yang ada di Departemen Pariwisata, sehingga dapat disimpulkan juga bahwa masih banyak lagi usaha rumah makan yang belum termasuk dalam data tersebut dan tetap berkembang serta bertahan di Indonesia.

Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia merupakan daerah yang paling berkembang dalam industri rumah makan. Hal ini didukung dari banyaknya penduduk daerah yang datang ke ibu kota dan sudah barang tentu menjadi sasaran


(19)

pengembangan usaha rumah makan, dengan segmentasi yang terbentuk berdasarkan ciri kedaerahan.

Segmentasi pasar merupakan pembagian pasar berdasarkan beberapa katagori perusahaan agar memudahkan perusahaan mencapai pasar sasarannya. Pasar merupakan bagian dari perorangan maupun organisasi yang membutuhkan suatu produk dan mempunyai kemampuan serta keinginan untuk membeli produk dimaksud. Bagi setiap jenis usaha, pasar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Konsumen akhir yaitu konsumen perorangan atau kelompok yang memakai

produk secara langsung sesuai dengan kebutuhan maupun kepuasan mereka. 2. Pembeli institusional atau Institusional Buyers dan Industrial Market yaitu:

Pembeli dari pihak institusi, organisasi dan industri yang memakai produk tidak secara langsung atau dengan kata lain pembelian produk untuk diolah kembali (bahan baku), dipergunakan sebagai alat produksi untuk memungkinkan kemudahan proses produksi dan diolah lebih lanjut, yang kemudian dijual kembali untuk mendapat keuntungan (Sutojo, 2002; hal 32).

Rumah Makan Wong Solo mengarah pada konsumen langsung yang dapat merasakan kepuasan atas produk yang mereka dapatkan. Akan tetapi pada lain pihak rumah makan menjadi konsumen institusional, dikarenakan rumah makan membeli bahan baku dari para petani dan kemudian mengolah kembali untuk kemudian dipasarkan.

Penetapan segmentasi pasar membantu pengusaha rumah makan dan restoran menetapkan strategi yang tepat agar mampu menarik perhatian para konsumen.


(20)

Dengan strategi pemasaran yang disesuikan dengan segmen pasar yang dituju, diharapkan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.

Manajemen rumah makan sangat berbeda satu sama lain, dimana hal ini terkait dengan cara penyajian dan pelayanan yang memiliki ciri khas untuk menarik minat konsumen. Walaupun disertai strategi dan program pendukung tetapi tidak akan bermanfaat jika perusahaan gagal untuk melaksanakannya dengan cermat. Strategi hanya salah satu dari tujuh unsur yang perlu dilakukan oleh perusahaan secara tepat. Tujuh unsur itu ialah strategi, struktur dan sistem, gaya (style), staff, ketrampilan (skill) dan nilai bersama (Shared Valu). Tiga unsur pertama ini yang dianggap sebagai perangkat keras (Hardware) dan keberhasilan empat unsur selanjutnya sebagai perangkat lunaknya (Software). Rumah makan dan restoran dapat menjadi sebuah perusahaan yang mampu bertahan jika didukung dengan ketepatan strategi dan cara pengelolaan yang efektif dan efesien (Kinsey, 1999, hal 17).

Rumah Makan Wong Solo sudah berdiri selama 12 tahun ini memiliki lebih dari 30 anak cabang di seluruh Indonesia (Solo, 2008; hal 3) 23 Januari 2008. Didalam pelayanannya, Rumah Makan Wong Solo menerapkan total service yaitu melayani konsumen bagai seorang “Raja”. Semua pelayanan mulai dari pemesanan hingga kepada pembayaran dilakukan oleh karyawan. Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede menetapkan segmen pasar golongan menengah.

Dengan semakin berkembangnya usaha rumah makan, maka perusahan bisa menganalisa kekuatan dan kelemahan, serta ancaman dan peluang agar bisa merumuskan suatu strategi yang dapat membuat perusahaan bertahan dan


(21)

memanfaatkan peluang dalam penetrasi pasar serta mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat.

1.2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang di bahas dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Rumah Makan Wong Solo?

b. Bagaimana bauran pemasaran yang dijalankan oleh pihak manajemen Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede ?

c. Strategi pemasaran seperti apakah yang harus diterapkan oleh Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan, faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang dihadapi Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede

b. Menganalisa bauran pemasaran yang dijalankan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.


(22)

c. Merumuskan strategi pemasaran yang tepat sesuai kondisi internal dan eksternal yang dilakukan Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan strategi pemasaran yang tepat bagi pihak manajerial Rumah Makan Wong Solo terutama dalam menghadapi persaingan.

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan seperti; pihak manajemen Rumah Makan Wong Solo maupun institusional pemerintah dan sebagai pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam upaya menerapkan strategi bersaing yang tepat, suatu usaha dihadapkan pada kondisi pasar yang kompleks dan heterogen. Keadaan ini


(23)

mengharuskan suatu usaha mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya perusahaan sehingga mampu melakukan penyesuaian dengan pasar yang dilayani.

Lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan eksternal. Oleh karena itu perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam lingkungan pemasaran perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkannya, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan dalam hal memasarkan produknya ( Jauch dan Gluek, 1999; hal 24 ).

2.1. Lingkungan Internal

Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat membuat hal yang unik dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat melakukan analisis lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan terdiri dari aspek organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi, aspek sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Lingkungan internal meliputi faktor intern perusahaan yang menentukan kekuatan dan kelemahan, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menghadapi ancaman yang terdapat dalam lingkungan perusahaan ( Jauch dan Gluek, 1999; hal 26 ).


(24)

Perusahaan tidak dapat memilih sekian banyak peluang yang ada pada suatu waktu yang mungkin membuahkan sukses besar, kecuali perusahaan itu menyadari sepenuhnya keunggulan strategi mereka. Perusahaan tidak akan mampu menghadapi ancaman lingkungan dengan efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisis kelemahan perusahaan. Secara singkat analisis ini harus dapat dikombinasikan dengan analisis eksternal sehingga keputusan tentang cara menggunakan atau menambah kekuatan dan memperkecil kelemahan dapat diambil.

2.2. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal meliputi faktor-faktor di luar perusahaan yang dapat menimbulkan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Analisis lingkungan eksternal memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengantisipasi peluang dan membuat rencana untuk melakukan tanggapan terhadap peluang ini. Hal ini dapat juga membantu perusahaan untuk mengembangkan sistem peringatan dini agar dapat menghindari ancaman yang mempengaruhi keuntungan perusahaan. Lingkungan eksternal pemasaran perusahaan dapat dibedakan menjadi lingkungan mikro dan makro ( Jauch dan Gluek, 1999; hal 27 ).

2.2.1. Lingkungan Mikro

Pelaku dimaksud adalah lingkungan mikro yang terdiri dari pelaku-pelaku dalam lingkungan perusahaan yang langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan


(25)

untuk melayani pasar, pemasok, perantara pemasaran (saluran distribusi), pelanggan, pesaing dan produk subtitusi (Kotler, 1999; hal 33).

Pemasok adalah perusahaan bisnis dan individu - individu yang menyediakan sumberdaya yang diperlukan oleh perusahaan pengolah untuk memproduksi barang dan jasa. Sumberdaya yang disediakan pemasok ini dapat berupa bahan baku, energi, modal, tenaga kerja, jasa dan sebagainya. Perusahaan harus mengikuti perkembangan harga dan ketersediaan faktor produksi agar mampu bertahan dan memanfaatkan peluang.

Perantara pemasaran adalah perusahaan yang membantu perusahaan lain dalam promosi, penjualan dan pendistribusian barang-barangnya ke pembeli akhir. Perantara pemasaran ini meliputi perantara (middlemen), perusahaan pendistribusian fisik, agen jasa, organisasi pemasaran dan keuangan. Perantara yang terdiri dari agen dan pedagang membantu perusahaan menemukan pelanggan atau mendekatkan penjualan pada perusahaan. Perusahaan distribusi fisik meliputi perusahaan pergudangan dan transportasi membantu perusahaan dalam menyimpan dan memindahkan barang-barang dari tempat asal ke tempat tujuan. Agen jasa pemasaran, termasuk didalamnya perusahaan penelitian pasar, agen periklanan, perusahaan media dan perusahan konsultasi pemasaran membantu perusahaan untuk mengarahkan dan mempromosikan produk-produknya ke dalam pasar yang tepat. Perantara keuangan meliputi bank, perusahaan kredit, perusahaan asuransi dan perusahaan lain yang membantu membiayai dan atau menjamin resiko yang timbul akibat pembelian dan penjualan barang-barang.


(26)

Pendatang Baru

Pembeli Pemasok

Persaingan Industri

Persaingan diantara Perusahaan yang ada

Pelanggan adalah individu dan keluarga yang membeli barang dan jasa untuk dikonsumsi. Pelanggan ini sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, pendidikan, pola mobilitas dan selera. Perusahaan harus menyadari bahwa sangat penting untuk membedakan kelompok pelanggan atau segmen pasar dan mengembangkan produk dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Setiap pelanggan mempunyai karakteristik tertentu yang memerlukan perhatian yang cermat oleh perusahaan.

Pesaing adalah perusahaan lain yang menawarkan produk yang sama dengan produk perusahaan atau produk subtitusinya (produk yang dapat menjalankan fungsi yang sama dengan produk perusahaan), pesaing ini harus diidentifikasikan, dimonitor perkembangannya dan disiasati untuk memperoleh loyalitas pelanggan.

Dari beberapa variabel penentu lingkungan mikro perusahaan yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan mikro menjadi dasar penentu bertahannya sebuah perusahaan dalam menghadapi persaingan dalam pemasaran dan berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menerapkan strateginya.

Pada gambar di bawah ini disajikan model lima kekuatan Porter yang menggambarkan kekuatan perusahaan dalam menerapkan strategi perusahaan dalam menghadapi pesaing-pesaing. Hal-hal yang menjadi persaingan juga meliputi pendatang baru, pemasok bahan baku, produk subtitusi serta pembeli.


(27)

Gambar 1. Model Lima Kekuatan Porter

Sumber : Rangkuti (2000, hal 15)

2.2.2.Lingkungan Makro

Lingkungan makro terdiri dari kekuatan-kekuatan sosial yang lebih besar yang mempengaruhi seluruh pelaku dilingkungan mikro perusahaan secara rinci lingkungan makro terdiri dari faktor demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik, budaya, seperti sebagai berikut :

a. Faktor demografi, yang berkaitan dengan masalah-masalah kependudukan seperti jumlah penduduk, distribusi penduduk secara geografis, distribusi umur, kecenderungan pergerakan penduduk dan sebagainya, merupakan lingkungan pertama yang menjadi perhatian perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran. b. Faktor ekonomi, terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli

konsumen dan pola pengeluarannya. Daya beli konsumen tergantung pada tingkat pendapatan, harga-harga, tabungan dan hutang. Pemasar harus tanggap terhadap


(28)

kecenderungan dalam pendapatan dan pola pengeluaran konsumen yang berubah-ubah.

c. Faktor alam, berkaitan erat dengan produksi perusahaan, perusahaan perlu mengantisipasi ancaman maupun peluang yang mungkin timbul dari kecendrungan lingkungan alam yang saat ini terjadi, seperti ketersediaan bahan baku dan energi yang menipis, polusi yang semakin meningkat dan lain sebagainya.

d. Faktor teknologi, memiliki kecenderungan untuk senantiasa berubah seiring dengan penemuan-penemuan baru memberikan dampak revolusi terhadap produk-produk dan proses produk-produksinya. Perkembangan teknologi juga memberi dampak terhadap pola konsumsi pasar yang berimplikasi, terhadap sistem pemasaran perusahaan. Para pemasar harus memahami lingkungan teknologi dan bagaimana teknologi tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia sehingga perusahaan dapat menambahkan penyusaian - penyesuaian yang perlu bagi produk maupun teknologi produksinya.

e. Faktor politik, mempengaruhi keputusan dalam pemasaran perusahaan. Lingkungan ini terdiri dari undang-undang, kebijakan pemerintah dan golongan yang berpengaruh atau kelompok pembela kepentingan publik. Terciptanya berbagai hukum yang mengatur bisnis perlindungan konsumen dan sebagainya, ruang gerak perusahaan menjadi terbatas.

f. Faktor budaya, dimana seseorang tumbuh dan berkembang menjadi dewasa membentuk kepercayaan nilai dan norma-norma pokok mereka. Dalam


(29)

pertumbuhannya mereka menyerap suatu pandangan umum yang menentukan hubungan diantara meraka sendiri dan dengan orang lain serta dengan alam. Pemasar perlu memperhatikan sistem sosial budaya dimana perusahaan akan memasarkan produknya dan senantiasa memonitor perkembangan atau kecenderungan yang terjadi yang akan berimplikasi dengan perubahan dengan pola konsumsi pasar sasaran. (Kotler, 1999; hal 42).

Hasil dari perumusan faktor internal dan eksternal perusahan yang ada maka keduanya dirangkum kedalam matrik yaitu Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) untuk mendapatkan hasil perhitungan secara kuantitatif agar dapat merumuskan strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan.

2.3. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matrik External Factor Evaluation (EFE)

Matrik IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha, dan matrik ini juga memberikan dasar untuk mengenali dan mengevaluasi hubungan diantara bidang – bidang ini (Rangkuti, 2000; hal 35).

Informasi yang didapat dari penelitian terhadap faktor-faktor eksternal dirangkum kedalam matriks External Factor Evaluation (EFE). Kedua matrik tersebut IFE dan EFE menggunakan metode paired comparison (Rangkuti, 2000; hal 35).


(30)

Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Perusahaan harus menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat membuat hal yang unik dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat melakukan analisis lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan terdiri dari aspek organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi, aspek sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Perusahaan tidak akan mampu menghadapi ancaman lingkungan dengan efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisa kelemahan perusahaan, dengan demikian analisis ini harus dikombinasikan dengan analisis eksternal sehingga keputusan tentang cara menggunakan atau menambah kekuatan dan memperkecil kelemahan dapat diambil. Dalam pengambilan data internal maka dilakukan observasi dan pembuatan koesioner tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan.

2.5. Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam pengambilan keputusan strategi, maka dilakukan observasi dengan membuat koesioner tentang peluang dan ancaman perusahaan yang ditujukan kepada pihak manajemen. Data dan info yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis.


(31)

Tabel 2. Faktor-faktor Strategi Internal

Faktor – faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot × Rating Kekuatan

Kelemahan

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 34.

Tabel 3. Faktor-faktor Strategi Eksternal

Faktor – faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot × Rating Peluang

Ancaman

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 35.

Tahap-tahap dalam menentukan faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) serta peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) dalam kolom 1. Penentuan faktor –faktor tersebut dilakukan dengan diskusi antara pihak perusahaan dengan penulis.

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dengan skala mulai dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting).


(32)

Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Jumlah dari pembobotan ini tidak boleh melebihi skor total 1,00. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen perusahaan dengan menggunakan metode “Paired Comparison” (Kinear, 1991; hal 27).

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.

Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisisan kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 dibawah ini :

Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B C D ……. Total

A Xi

B C D


(33)

……

Total n

Xi i = 1 Sumber : Rangkuti, 2000, hal 45

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B C D ……. Total

A Xi

B C D ……

Total n

Xi i = 1 Sumber Rangkuti, 2000, hal 46.

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut yang bersumber dari Kinear, 1991, hal 29 :

I = ___

Xi

___

n

Xi I = 1

Keterangan :

I =

bobot variabel ke-1 Xi = nilai variabel ke-1 I = 1,2,3….n


(34)

3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan bobot (Poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan pada saat dilakukan penelitian.

a. Matriks IFE

untuk faktor yang menjadi kekuatan, skala nilai yang digunakan yaitu: 1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = baik, 4 = sangat baik. Sedangkan untuk faktor yang menjadi kelemahan pemberian nilai rating dilakukan kebalikannya.

b. Matriks EFE

Untuk faktor yang menjadi peluang, skala nilai yang digunakan yaitu : 1 = rendah (kurang respon), 2 = sedang (respon sama dengan rata-rata), 3 = tinggi (respon diatas rata-rata), dan 4 = sangat tinggi (respon superior). Sedangkan untuk faktor yang menjadi ancaman pemberian nilai rating dilakukan sebaliknya.

3. Kalikan bobot dalam kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang dinilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

4. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan nilai total ini menunjukkan bagaimana peusahaan tertentu reaksi terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternalnya. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4.


(35)

a. Matriks IFE

Nilai 2.5 menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada tingkat rata-rata nilai 1 menunjukkan situasi internal perusahaan sangat buruk. Sedangkan nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat baik.

b. Matriks EFE

Nilai 2.5 menunjukkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata. Nilai 1 menunjukkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengihindarin ancaman yang ada. Sedangka nilai 4 menunjukkan perusahaan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan baik.

2.6. Analasis dan Matrik SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi sistematis atas kekuatan (Strengths)

dan kelemahan (Weaknesses) internal perusahaan serta peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan.

Wheelen dan Hunger (2001, hal 42) menyebutkan empat kemungkinan alternatif strategi yang dapat digunakan perusahaan setelah mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut. Pertama, strategi dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghambil keuntungan dari peluang yang ada. Kedua, strategi dengan mengambil keuntungan dari peluang yang ada dengan mengatasi kelemahan dalam perusahaan. Ketiga, strategi dengan menggunakan


(36)

kekuatan perusahaan untuk menghindari dan menghadapi ancaman. Keempat,

strategi dengan meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Strategi empat kuadran berguna untuk membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), seperti terlihat dalam Gambar 2.

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi turn-around progresif

4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi Defensif agresif

Gambar 2. Strategi Empat Kuadran

Sumber : Rangkuti (2000,hal 28)

Gambar diatas menunjukkan tentang pembagian empat kuadran alternatif strategi pemasaran, yaitu :

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi ini disebut juga strategi progresif (Growth oriented strategy)

BERBAGI PELUANG

KELEMAHAN EKSTERNAL KELEMAHAN

INTENAL


(37)

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai mancam ancaman, perusahaan dapat bertahan dengan kekuatan internal, strategi yang harus digunakan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfatkan peluang jagka panjang dengan strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Perusahaan mendapatkan peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak perusahaan menghadapi beberapa kelemahan internal,maka strategi yang dilakukan adalah meminimalisasi kelemahan internaluntuk mendapatkan peluang, strategi ini disebut strategi perubahan atau turn-around.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, yang bisa dilakukan hanyalah menggunakan strategi bertahan, menghadapi berbagai macam ancaman dan kelemahan internal.

Matrik SWOT berguna untuk melakukan matching antara kekuatan dan peluang (strategi Strenghts-Opportunities) atau di sebut strategi Progresif, kekuatan dengan ancaman (strategi Strengths-Threats) atau disebut Diversifikasi Strategi, kelemahan dengan kesempatan (strategi Weakneses-opportunities) atau Ubah Strategi

serta kelemahan dengan ancaman (strategi Weaknesses-Threats) atau disebut dengan


(38)

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) Daftar Kekuatan Internal

Kelemahan (W) Daftar Kelemahan Internal

Peluang (O) Daftar Peluang Eksternal

Strategi S – O

Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang

Strategi W – O Strategi untuk mengambil kuntungan dari peluang dangan mengatasi kelemahan Ancaman (T)

Daftar Ancaman Eksternal

Strategi S – T Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi W – T Strategi dengan

meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman

Gambar 3. Matriks SWOT

Sumber : Rangkuti (2000, hal 46)

2.7. Analisis Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran terdiri dari empat P (product, price, place, and promotion)

adalah perangkat dari alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon ynag diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler & Armstrong, 1997; hal 35). Untuk masing-masing P dalam marketing mix ini masih terdapat variabel-variabel di dalamnya. Berbagai variabel pemasaran dalam masing-masing P ditunjukan dalam Gambar 4.


(39)

Gambar 4. Variabel-Variabel 4 P dari Bauran Pemasaran

Sumber : Kotler dan Armstrong (1997, hal 35)

2.7.1. Produk

Menurut kotler (1999, hal 36), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan pada pasar dalam upaya memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Strategi produk menuntut koordinasi berbagai keputusan mengenai bauran produk, lini produk, merek, kemasan dan label. Produk yang diharapkan adalah himpunan karakter yang secara normal diinginkan oleh pemakai. Produk tambahan adalah tambahan pelayanan atau manfaat yang ditambahkan penjual untuk membedakannya dari pesaing. Potensi produk adalah kumpulan dari ciri-ciri dan pelayanan baru yang dapat ditambahkan dari produk. Setiap produk dapat diklasifikasikan berdasarkan daya tahan mereka, yakni barang tahan lama, barang tidak tahan lama dan jasa.

Produk Rancangan Sifat-sifat Keragaman produk Mutu Nama merk Kemasan Ukuran Pelayanan Jaminan Keuntungan Harga Daftar harga Diskon Potongan Periode Pembayaran Syarat kredit

Pasar Sasaran Promosi Periklanan Penjualan perorangan Promosi penjualan Hubungan masyarakat Dsitribusi Saluran Cakupan Jenis Lokasi Sediaan Transprtasi Logistik


(40)

Barang konsumsi biasanya diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan pembelian konsumen, yakni barang-barang kebutuhan sehari-hari, barang belanjaan, barang khusus dan barang yang tidak dicari, sedangkan barang industri umumnya dikelompokkan berdasarkan bagaimana mereka memasuki proses produksi, yakni bahan dan suku cadang, barang modal, perbekalan dan pelayanan.

Pada dasarnya, produk yang dibeli konsumen dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1. Produk inti, merupakan inti/dasar yang sesungguhnya dari produk yang diperoleh atau didapat oleh konsumen dari produk tersebut.

2. Produk aktual, yang merupakan mutu, desain, sifat, merek dan kemasan yang menyertai produk tersebut.

3. Produk tambahan, yaitu tambahan produk aktual dengan berbagai jasa yang menyertainya seperti : garansi, pemasangan (instalasi), pelayanan purna jual, pemeliharaan dan pengiriman.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah : (1) mutu, (2) penampilan, (3) pilihan, (4) gaya, (5) merk, (6) pengemasan, (7) jenis produk dan (8) macam produk.

Kegiatan memperkenalkan dan mempopulerkan merek merupakan bagian yang penting dari suatu produk dan menetapkannya dapat menambah nilai suatu produk. Menurut Kotler & Armstrong (1997) merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari semua ini hal yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau jasa dari seseorang atau kelompok dan untuk membedakan


(41)

dari produk pesaing, sedangkan pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi kemasan atau membungkus suatu pruduk sebagai bagian dari strategi produk, kemasan yang di desain secara tepat dan baik akan menciptakan nilai khusus bagi konsumen juga merupakan sarana promosi.

Bauran produk merupakan kumpulan seluruh lini produk yang ditawarkan oleh perusahaan pada konsumen (Kotler & Armstrong, 1997; hal 37 ), sedangkan lini produk merupakan kelompok produk yang berhubungan erat karena fungsinya serupa, dijual pada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan lewat jenis toko yang sama atau masuk dalam kisaran harga yang sudah ada.

2.7.2. Harga

Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Kotler, 1999; hal 41). Strategi bauran harga yang dilakukan oleh suatu perusahaan meliputi strategi penetapan harga, tingkat harga, keseragaman harga, potongan harga, serta syarat-syarat pembayaran.

Dalam menetapkan harga perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 :


(42)

Gambar 5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Penetapan Harga Sumber :Kotler & Armstrong (1997, hal 41)

Penetapan harga seharusnya dilakukan setelah perusahaan memonitor harga yang ditetapkan pesaing agar harga yang ditentukan kompetitif, tidak terlalu tinggi atau sebaliknya. Menurut Ismail (2002; hal 56), ada beberapa strategi untuk menetapkan harga yang tepat, yaitu :

1. Strategi harga cost-plus, yaitu harga dihitung dari biaya ditambah margin keuntungan yang diinginkan (presentase dari biaya).

2. Strategi harga mark-up, dimana harga dihitung sebagai suatu presentase dari harga jual.

3. Strategi harga break-even (impas), harga dihitung dengan menentukan tingkat penjualan untuk menutup seluruh biaya tetap dan variabel.

4. Strategi harga going-rate berarti harga ditetapkan sama dengan harga produk pesaing.

Faktor-faktor Internal

• Sasaran

Pemasaran

• Strategi Bauran

pemasaran • Biaya • Pertimbangan Organisasi Keputusan Penetapan Harga Faktor-faktor Eksternal

• Sifat pasar dan

permintaan

• Persaingan • Faktor-faktor

lingkungan yang lain (ekonomi, pedagang,


(43)

2.7.3. Distribusi

Kotler (1999; hal 43) mengatakan bahwa saluran distribusi merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantungan dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Perusahan banyak menghadapi saluran distribusi alternatif untuk menjangkau pasar sasaran. Perusahan sebagai produsen dapat menjual langsung atau menggunakan satu atau lebih tingkat saluran perantara. Dalam distrubusi langsung produk yang dihasilkan diterima secara langsung oleh konsumen dari produsen. Sedangkan pada saluran distribusi tidak langsung penyaluran barang melalui agen penjualan.

Setiap saluran distribusi yang dipilih menciptakan berbagai tingkat penjualan dan memiliki fungsinya sendiri juga membawa konsekuensi biaya tertentu, pastinya hal ini dapat membantu menyelesaikan berbagai transaksi. Beberapa fungsi saluran distribusi yang dapat membantu menyelesaikan transaksi antara lain :

1. Informasi : mengumpulkan dan mendistribusikan riset pemasaran serta informasi faktor dan kekuatan dalam lingkungan pemasaran yan dibutuhkan untuk merencanakan dan membantu pertukaran.

2. Promosi : mengembangkan dan menyebarluaskan komunikasi secara persuasive

mengenai suatu penawaran.

3. Kontak : menemukan dan berkomunikasi dengan calon pembeli

4. Penyesuaian : membentuk dan menyesuaikan tawran dengan kebutuhan pembeli, termasuk aktivitas seperti pembuatan, pemilihan, perakitan dan pengemasan.


(44)

5. Negosiasi : mencapai persetujuan mengenai harga dan persyaratan lain dari tawaran sehingga kepemilikan dapat dipindahkan

2.7.4. Promosi

Pemasaran modern menghendaki lebih daripada mengembangkan produk yang baik, menetapkan harga yang bersaing, dan memungkinkannya dijangkau pelanggan sasaran. Perusahaan juga harus mampu mengkomunikasikan diri dengan pelanggan yang ada maupun potensial. Oleh karena itu maka dilakukanlah kegiatan promosi.

Menurut Kotler (1999; hal 46), bauran promosi terdiri dari lima cara komunikasi utama, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, penjualan secara pribadi, pemasaran langsung. Iklan meliputi setiap bentuk dari penyajian non personal, promosi ide-ide, dan promosi barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang mendapat imbalan dari perusahaan. Promosi penjualan berupa insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian maupun penjualan suatu produk atau jasa. Hubungan masyarakat merupakan variasi program yang dirancang untuk memperbaiki, mempertahankan, maupun melindungi suatu citra perusahaan maupun produk sample, contohnya ; diskon, bonus, rabat dan pengembalian pembayaran, sweeptake, premium dan kupon.

Penjualan personal adalah berupa penyajian lisan dalam pembicaraan dengan salah satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk melakukan penjualan, sedangkan pemasaran langsung adalah penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail


(45)

dan alat penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

Selain bauran pemasaran, pihak manajemen perlu mengetahui betul tentang segmentasi pasar mereka, hal ini berguna agar penetrasi pasar lebih tepat pada sasaran.

2.8. Penelitian Terdahulu

Saputra (2005; hal 93) dalam penelitiannya yang berjudul: Analisa Strategi Pemasaran Rumah Makan Mang Kabayan (studi kasus Rumah Makan Mang Kabayan Cabang Bintaro), menggunakan analisis IFE, EFE, IE dan analisis SWOT. Untuk menghasilkan alternatif strategi dan bauran pemasaran.

Berdasarkan pelaksanaan analisis IFE diperoleh skor 2,110 yang berarti perusahaan memiliki kekuatan internal yang cukup dan mampu mengatasi kelemahan yang dimilikinya, sedangkan analisis EFE diperoleh nilai skor 2,9 berarti perusahaan mampu memiliki peluang untuk terus berkembang dan mampu menghadapi ancaman dari luar. Strategi selanjutnya adalah perusahaan dapat melakukan pengembangan produk yaitu dengan cara menjalin kerjasama untuk menangkap peluang pasar baru untuk perluasan atau pengembangan pasar dengan mengembangkan dan melakukan diferensiasi produk.

Berdasarkan analisis SWOT alternatif strategi yang bisa digunakan adalah :

A. Strategi S – O: Melakukan penetrasi pasar pada pasar lama serta perluasan pasar baru, melakukan perbaikan kinerja pelayanan, dan menjaga cita rasa


(46)

B. Strategi S – T : Memberikan jaminan kontiunitas suplai bahan baku untuk menjaga keberlangsungan .

C. Strategi W – O : Strategi aliansi dengan pihak lain, memanfaatkan perkembangan teknologi produksi untuk meningkatkan ketahanan produk dan teknologi informasi untuk mempercepat proses penjualan.

D. Strategi W – T : Meningkatkan pelayanan pada pembeli, menjalin kerjasama dengan pihak perusahaan untuk menangkap peluang baru.

Setelah melakukan analisis bauran pemasaran, maka hasil analisis yang diperoleh adalah:

1. Bauran Produk: Menjaga kualitas produk dan melakukan uji rasa setiap satu bulan. 2. Bauran Harga: Penetapan harga berdasarkan profit 50 % dari cost produksi.

3. Bauran Promosi: Promosi dengan selebaran brosur dan week event

4. Bauran Distribusi: Melakukan sentralisasi stok bahan produksi di pusat untuk menjaga keawetan dan cita rasa produk.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede, Jl Raya Podok Gede No. 5 Kelurahan Pinang Ranti, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan karena rumah makan ini merupakan salah satu rumah makan yang memiliki ciri khas, dengan bangunan dan masakan yang berasal dari daerah Jawa Tengah.

Lokasi tersebut memiliki beberapa pesaing rumah makan sejenis yang berdekatan, antara lain Rumah Makan Sederhana, Rumah Makan Bakmi Japos, Rumah Makan Siang Malam, yang dapat menjadi tolak ukur bagi manajemen dalam mendapatkan perhatian konsumen yang dituju. Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Agustus hingga september 2007.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer ini diperoleh dari pihak manajemen di Rumah Makan Wong Solo. Sedangkan data skunder diperoleh dari tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.


(48)

3.3. Pengambilan Data

Pada penelitian ini pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive)

dan responden yang dipilih adalah manajer rumah makan, kepala bagian produksi, kepala bagian personalia dan bendahara dilakukan pengamatan langsung (observasi) di lapangan guna menambah informasi tambahan yang dapat mendukung data yang diperoleh.

Data sekunder didapat dari pustaka atau tulisan-tulisan dari media informasi, serta pustaka-pustaka, Biro Pusat Statistik dan Departemen yang berkaitan dengan pembahasan dan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, riset pustaka dan observasi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas dan lengkap dari suatu subjek yang diteliti sehingga dapat menentukan alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan untuk masa yang akan datang.

Menurut Sugiyono (2002; hal 33) metode atau teknik pengumpulan data adalah metode wawancara, riset pustaka dan observasi

Untuk analisis lingkungan internal, informasi yang dikumpulkan adalah : a. Sejarah, perkembangan dan keadaan umum perusahaan yaitu gambaran umum

perusahaan mulai berdiri sampai dengan sekarang

b. Struktur perusahaan yaitu struktur organisasi perusahaan mulai dari manajer sampai dengan karyawan.


(49)

c. Fasilitas dan kapasitas produksi perusahaan. yaitu beberapa fasilitas yang diberikan perusahaan kepada konsumen serta alat-alat pendukung produksi. Untuk analisis eksternal perusahaan, jenis data yang dibutuhkan ialah :

b. Kondisi pertumbuhan rumah makan didaerah sekitar RM Wong Solo Cabang Pondok Gede Radius 3 km

c. Volume perkembangan fasilitas infrastruktur perumahan di daerah sekitar RM Wong Solo

Untuk analisis bauran pemasaran data yang dibutuhkan adalah :

a. Hal-hal mengenai komponen produk adalah keaneka ragaman produk yang ditawarkan, baik dari bentuk rasa hingga pada cara penyajian (daftar menu). b. Hal-hal mengenai komponen harga adalah daftar harga.

c. Hal-hal mengenai komponen promosi adalah promosi penjualan, iklan, usaha penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan langsung.

d. Hal-hal mengenai komponen tempat dan distribusi adalah saluran distribusi, ruang lingkup, persedian dan tingkat strategis dari tempat penelitian.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data. 3.4.1. Analisis Lingkungan Internal.

Setiap perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Perusahaan harus menentukan kemampuan utama mereka sehingga dapat membuat hal yang unik dalam arena persaingan dan mengidentifikasi kelemahan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk itu perusahaan dapat melakukan analisis


(50)

lingkungan internal. Analisis lingkungan internal perusahaan terdiri dari aspek organisasi, aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi dan operasi, aspek sumber daya manusia dan aspek sistem informasi.

Perusahaan tidak akan mampu menghadapi ancaman lingkungan dengan efektif, kecuali mereka secara teratur menganalisa kelemahan perusahaan, dengan demikian analisis ini harus dikombinasikan dengan analisis eksternal sehingga keputusan tentang cara menggunakan atau menambah kekuatan dan memperkecil kelemahan dapat diambil. Dalam pengambilan data internal maka dilakukan observasi dan pembuatan koesioner tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan.

3.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Dalam pengambilan keputusan strategi, maka dilakukan observasi dengan membuat koesioner tentang peluang dan ancaman perusahaan yang ditujukan kepada pihak manajemen. Data dan info yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis

3.4.3. Analisis strategi dengan EFE dan IFE Tabel 6. Faktor-faktor Strategi Internal

Faktor – faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot × Rating Kekuatan

Kelemahan

Total 1.00


(51)

Tabel 7. Faktor-faktor Strategi Eksternal

Faktor – faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot × Rating Peluang

Ancaman

Total 1.00

Sumber : Rangkuti, 2000, hal 35

Tahap-tahap dalam menentukan faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) adalah sebagai berikut :

3. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) serta peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) dalam kolom 1. Penentuan faktor –faktor tersebut dilakukan dengan diskusi antara pihak perusahaan dengan penulis.

4. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, dengan skala mulai dari 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting).

Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Jumlah dari pembobotan ini tidak boleh melebihi skor total 1,00. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada pihak manajemen perusahaan dengan menggunakan metode “Paired Comparison” (Kinear, 1991; hal 44).


(52)

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.

Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1,2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisisan kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 dibawah ini :

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategis Internal A B C D ……. Total

A Xi

B C D ……

Total n

Xi i = 1 Sumber : Rangkuti, 2000, hal 45


(53)

Tabel 9. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategis Eksternal A B C D ……. Total

A Xi

B C D ……

Total n

Xi i = 1 Sumber Rangkuti, 2000, hal 46

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus sebagai berikut yang bersumber dari Kinear (1991,hal 29) :

I = ___

Xi

___

n

Xi I = 1

Keterangan :

I =

bobot variabel ke-1 Xi = nilai variabel ke-1 I = 1,2,3….n

N = jumlah variabel

3. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan bobot (Poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan pada saat dilakukan penelitian.


(54)

a. Matriks IFE

untuk faktor yang menjadi kekuatan, skala nilai yang digunakan yaitu: 1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = baik, 4 = sangat baik. Sedangkan untuk faktor yang menjadi kelemahan pemberian nilai rating dilakukan kebalikannya.

b. Matriks EFE

Untuk faktor yang menjadi peluang, skala nilai yang digunakan yaitu : 1 = rendah (kurang respon), 2 = sedang (respon sama dengan rata-rata), 3 = tinggi (respon diatas rata-rata), dan 4 = sangat tinggi (respon superior). Sedangkan untuk faktor yang menjadi ancaman pemberian nilai rating dilakukan sebaliknya.

5. Kalikan bobot dalam kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang dinilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan nilai total ini menunjukkan bagaimana peusahaan tertentu reaksi terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternalnya. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4.

a. Matriks IFE

Nilai 2.5 menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada tingkat rata-rata nilai 1 menunjukkan situasi internal perusahaan sangat buruk.


(55)

Sedangkan nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat baik.

b. Matriks EFE

Nilai 2.5 menunjukkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata. Nilai 1 menunjukkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengihindarin ancaman yang ada. Sedangka nilai 4 menunjukkan perusahaan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi dengan baik.

3.4.4. Analisis SWOT yang dihadapi perusahaan.

Setelah melakukan analisis internal dan eksternal, tahap berikutnya adalah menyusun alternatif strategi. Untuk menjamin bahan baku, strategi yang dibuat berpijak pada situasi riil di lingkungan eksternal dan lingkungan internal RM Wong Solo, digunakan alat bantu matrik SWOT yang berguna melakukan matching antara kekuatan dan peluang (strategi Strenghts-Oppurtunities), kekuatan dengan ancaman (strategi Strengths-Threats), kelemahan dengan kesempatan (strategi Weakneses-opportunities) serta kelemahan dengan ancaman (strategi Weaknesses-Threats).

3.5. Kerangka Pemikiran Konseptual

Berdasarkan hasil dari perumusan analisis lingkungan internal dan eksternal maka akan dijadikan acuan dalam menggunakan SWOT dan juga penggunaan analisis bauran pemasaran maka dapat dipilih alternatif strategi yang akan digunakan sesuai dengan kondisi perusahaan, baik itu strategi untuk jangka pendek maupun


(56)

jangka panjang. Bagan kerangka pemikiran konseptual tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual

BAB IV GAMBARAN

UMUM

Rumah Makan Wong Solo

Analisis Internal Eksternal

Analisis SWOT

STRATEGI PEMASARAN Matrik IFE & EFE

Analisis Bauran Pemasaran

Analisis Lingkungan Ekaternal

1. Lingkungan Makro 2. Lingkungan Mikro

Analisis Lingkungan Internal

2. Aspek Organisasi 3. Aspek Pemasaran

4. Aspek Produksi dan Operasi 5. Aspek Sumber Daya Manusia


(57)

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

4.1. Kondisi Lingkungan Area Penelitian

Jakarta Timur merupakan salah satu bagian dari propinsi DKI Jakarta, dengan jumlah penduduk kurang lebih 1.959.022 jiwa serta tingkat sosial ekonomi yang relatif semakin meningkat (Pemda Jaktim, 2007, hal 4), dengan tingkat kesibukan masyarakat kota Jakarta yang tinggi menjadikan Jakarta Timur salah satu “pangsa pasar” makanan siap saji, hal ini berarti terbukanya peluang usaha di bidang makanan siap saji.

Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dengan pertumbuhan kurang lebih 2,4 persen per tahun, angka ini merupakan potensi pasar atau konsumen cukup potensial dengan pendapatan perkapita sebesar Rp. 5.057.040,00. (Pemda Jaktim, 2007, hal 4)

Pendapatan perkapita masyarakat Jakarta Timur yang semakin tinggi, mendorong permintaan atau pertumbuhan menjadi lebih besar baik kuantitas dan kualitas produk maupun kesinambungan penyediaannya. Melihat hal ini Ayam Bakar Wong Solo pada tahun 2002 mulai memasuki Ibu kota Jakarta. “Kepung Jakarta” , menjadi tekad bulat untuk menguasai pasar ibu kota untuk menyajikan makanan tradisional Hingga saat ini Rumah Makan Wong Solo sudah tersebar di beberapa lokasi Jakarta Timur diantaranya Kalimalang, Cibubur, dan Pondok Gede.


(58)

Sejarah pendirian Rumah Makan Wong Solo bermula dari tekad yang kuat Puspo Wardoyo, dengan modal awal yang dimilikinya berjumlah Rp. 700.000,00 Puspo Wardoyo mulai merintis waralaba Wong Solo hingga menjadi sebesar sekarang ini dari titik paling bawah. Dari kecil Puspo Wardoyo telah membantu orangtuanya berdagang makanan, seperti ayam goreng, ayam bakar, goreng asem ayam, dan menu ayam lainnya di warung dekat kampus UNS Solo.

Kemampuan dalam meramu masakan didapatnya sewaktu bekerja membantu ayahnya berdagang. Dengan pengalaman yang dimiliki, Puspo Wardoyo merancang sendiri menu-menunya, sebelum menu di tawarkan, terlebih dahulu dilakukan uji coba berkali-kali sampai mendapatkan rasa yang benar-benar cocok.

Dari riset menu saat ini sudah terdapat sekitar 50 menu. Sebagian besar merupakan modifikasi dari masakan-masakan yang telah diciptakan sebelumnya. Menu yang dihidangkan bervariasi, dari bahan dasar ayam dan ikan, sayur mayur dan buah buahan. Nama yang diberikan untuk menu hasil karyanya sangatlah unik. Ada jus Poligami dan Jus Dimadu. "Jus poligami berisi gabungan buah-buahan berserat yang dicampur menjadi satu. Sedangkan Jus Dimadu kombinasi buah Markisa dengan buah Torung yang merupakan buah khas Medan. Rasanya, semanis madu". Dari sisi penampilan karyawan sedikit demi sedikit ditingkatkan, dengan memakai seragam, sekarang memakai seragam sehingga penampilan lebih bagus. Semua usaha-usaha dilakukan adalah untuk membangun citra kepada para pelanggan. Berkat bisnis tersebut Puspo Wardoyo sang pemilik pernah dua kali menyabet penghargaan


(59)

Enterprise 50 versi Accenture dari majalah Swa dan HIPMI ini dan Waralaba Unggulan Tahun 2003 dari Presiden Megawati.

4.3. Sejarah Pendirian Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

Rumah Makan Wong Solo mempunyai 30 cabang atau Outlet di seluruh Indonesia sebagai data tertera pada lampiran.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede didirikan pada tanggal 28 Januari 2003, dengan memakai konsep franchise yaitu mempersiapkan para investor untuk menanamkan modalnya. Ada 6 peserta penanam modal di rumah makan ini antara lain; Kiemas Fauzi, Jaja Priyadi, Harjono, Samsul Bahri dan Sunaryo Sumadji sebagai pemilik tempat dan lahan berdirinya rumah makan ini, serta PT. Mitra Amanah Wong Solo yang berkedudukan di Jogjakarta. Selain itu ada sebuah perusahaan yang membawahi sistem manajemen rumah makan ini yaitu PT. Sarana Bakar Digdaya.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede memiliki tiga ruangan yang dapat menjadi pilihan konsumen ketika menyantap hidangan yaitu ruangan AC (Air Conditioner), Lesehan dan Reguler.

Saat pertama kali mengambil keputusan untuk membuat Rumah Makan Wong Solo, dikelola dengan nuansa relegius yang Islami. Wong Solo berusaha menyanggah anggapan masyarakat yang menganggap rumah makan ini cenderung eksklusif. Akan tetapi Rumah Makan Wong Solo mengembangkan cara beragama yang terbuka dengan memberi pelayanan kepada konsumen dari semua segmen


(60)

masyarakat lintas suku, agama, ras dan golongan, sehingga dalam kenyataannya di rumah makan ini tidak sedikit pengunjung dari kalangan etnis Tionghoa.

Rumah makan ini tetap mengusahakan agar suasana Islami nampak terasa jelas. Ini bisa dilihat pada kenyataan misalnya:

a. Semua karyawati memakai jilbab.

b. Kuliah agama tujuh menit (Kultum) dilakukan untuk karyawan dan karyawati sebelum memulai pekerjaannya, dengan menegaskan nilai-nilai yang terkandung dalam hadits-hadits pendek.

c. Pengajian dengan metode membedah kitab bagi para staf dan pimpinan yang dilaksanakan seminggu sekali.

d. Manajer harus lancar membaca Al-Qur’an dan mampu menjadi khotib Jum’at. e. Rumah Makan Wong Solo juga membersihkan hasil usahanya dengan

mengeluarkan zakat 10 persen melalui amil zakat Wong Solo.

Landasan filosofi proses perjalanan usaha Rumah Makan Wong Solo secara umum adalah Al-Qur’anul Karim, khususnya surat As-Shaf : 10-11 :

“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?, (yaitu) : Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui”.

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede tepatnya terletak di jalan raya Pondok Gede No. 5. Lokasi ini bersisian dengan terminal bus kota dan luar kota Pinang Ranti juga berdekatan dengan Asrama Haji Pondok Gede.


(61)

Manajer

Bagian Pembelian Bagian Keuangan

Bagian Produksi

KARYAWAN

4.4. Struktur Organisasi Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

Struktur organisasi rumah makan ini mengikuti sistem manajemen sederhana, manajemen yang dipimpin oleh seorang manajer dalam hal ini yaitu Bapak Prastyo Nugroho S.Ag dengan membawahi tiga kepala bagian, masing-masing Produksi, Keuangan, Pembelian, dari ketiga bagian tersebut membawahi 16 orang karyawan.

Gambar 7. Struktur Organisasi Rumah Makan Wong Solo

Sumber : Solo, tanpa tahun

1. Manajer: Bertanggung jawab terhadap semua aktivitas khususnya mengawasi pelayanan yang ada di Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

2. Bagian Produksi: Bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahan baku untuk di olah menjadi menu siap saji, bagian produksi dibantu oleh 3 orang karyawan. 3. Bagian Keuangan: Bertanggung jawab atas pengaturan keuangan Rumah Makan


(62)

4. Bagian Pembelian: Bertanggung jawab atas pembelanjaan kebutuhan Rumah Makan Wong Solo, mulai dari bahan baku, bumbu, maupun perlengkapan lainnya. Bagian produksi dibantu oleh 2 orang karyawan.

5. Karyawan: Melaksanakan tugas masing-masing bagian yang telah ditugaskan oleh kepala bagian baik dalam produksi, keuangan, pembelian dan khusus untuk pelayanan langsung dibawah kendali manajer pelayanan terhadap konsumen.

4.5. SDM Rumah Makan Wong Solo Cabang Pondok Gede

Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede memiliki karyawan yang memadai, rumah makan ini memiliki karyawan 20 orang, dengan kapasitas pelayanan hingga 100 orang, dengan keahlian yang bervariasi.

Rumah makan ini menggunakan 7 hari kerja, untuk hari istirahat diatur langsung oleh manajer. Dalam sehari para karyawan bekerja selama 12 jam dan istirahat selama 1 jam, pekerjaan dimulai dari jam 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.


(63)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Lingkungan Rumah makan. 5.1. 1. Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan Internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada rumah makan. Analisis lingkungan internal merupakan identifikasi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dari dalam rumah makan. Analisis ini mengkaji faktor produksi dan operasi, sumberdaya manusia, serta faktor pemasaran.

5.1.1.1 Faktor Produksi dan Operasi

Dalam hal pengolahan bahan baku hingga menjadi menu siap saji, lakukan oleh karyawan dibawah pengawasan bagian Produksi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kualitas menu dan penyajiannya tetap terjaga dan memiliki cita rasa yang khas, hal ini menjadi salah satu kekuatan bagi Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede.

5.1.1.2. Sumberdaya Manusia

Manajemen pengelola sumber daya manusia di Rumah Makan Wong Solo tidak terlepas dari proses perekrutan/ rekruitmen karyawannya. Sistem rekruitmen yang diterapkan di Rumah Makan Wong Solo selama ini dilakukan dengan melalui dua cara yakni: Sumber internal dan eksternal


(64)

- Sumber Internal (dari orang dalam perusahaan sendiri).

Yaitu model perekrutan karyawan yang berasal dari dalam perusahaan melalui realokasi SDM yang ada baik berupa tour of duy (alih tugas) atau tour of area

(alih tempat kerja). Sasarannya agar persahaan dapat menempatkan orang yang tepet pada tempat yang tepat (the right man on the right place).

- Sumber eksternal (dari luar perusahaan).

Yaitu dengan cara perekrutan biasa, dengan melalui beberapa proses yang telah ditentukan.

Proses perekrutan karyawan Rumah Makan Wong Solo menekankan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademik, juga kondisi akhlak menjadi pertimbangan utama. Rumah Makan Wong Solo yakin bahwa pekerjaan yang baik apabila dikerjakan oleh karyawan yang baik akan memberikan hasil yang baik pula.

Selanjutnya untuk membekali para karyawan dalam melakukan tugasnya, dilakukan beberapa pelatihan yang dilakukan oleh manajemen Rumah Makan Wong Solo bertujuan agar karyawan mampu melaksanakan tugas dengan baik dan benar. Pelatihan yang terdapat di Rumah Makan Wong Solo terdiri dari pelatihan yang ditujukan untuk karyawan dan calon karyawan yang telah lulus dalam seleksi perekrutan sebelum diangkat menjadi karyawan.

Ada tiga (3) tingkatan pelatihan yang ada di rumah makan Wong Solo.

Pelatihan tingkat pertama, pelatihan ini ditujukan bagi calon karyawan yang menangani pekerjaan yang bersifat praktis. Pelatihan tingkat kedua, pelatihan ini


(65)

ditujukan bagi mereka yang dipersiapkan untuk menduduki jabatan Kepala Bagian yang bersifat teknis. Pelatihan tingkat tiga, yaitu pelatihan yang ditujukan untuk mempersiapkan kepala bagian yang akan menduduki jabatan sebagai pemimpin tingkat menengah untuk calon manajer, bersifat human skill seperti penerapan kebijakan manajemen, struktur organisasi dan sebagainya. Aspek yang diberikan dalam pelatihan dasar antara lain: pengetahuan, pembekalan yang cenderung berhubungan dengan sikap (pembentukan perilaku). Sedangkan pelatihan untuk manajer diberikan oleh PT. Bakar Digdaya sebagai manajemen pusat Rumah Makan Wong Solo.

5.2. Matrik IFE

Identifikasi faktor internal bertujuan untuk mengklasifikasikan faktor-faktor yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa Rumah Makan Wong Solo memiliki lima kekuatan dan empat kelemahan.

5.2.1. Kekuatan

Yang menjadi kekuatan adalah :

1) Menu yang disajikan di Rumah Makan Wong Solo memiliki cita rasa yang khas karena pengolahan ayam tersebut dilakukan oleh sang pemilik dengan menggunakan bumbu-bumbu pilihan yang telah diuji coba.


(66)

2) Pengawasan mutu Rumah Makan Wong Solo dilakukan secara ketat dengan melalui proses pemilihan bahan baku yang berkualitas dan bumbu yang dikirim langsung dari pusat. Hal ini dilakukan agar menu yang dihasilkan memiliki rasa yang lezat serta mampu mengikat para pelanggan mereka.

3) Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Rumah Makan Wong Solo berkualitas. Karyawan rumah makan ini adalah karyawan terpilih mereka diberi kuliah tujuh menit mengenai keislaman dengan tujuan akhlak mereka kian hari akan semakin baik dalam hal memberikan pelayanan kepada pelanggan mereka.

4) Produk yang dimiliki Rumah Makan Wong Solo dalam hal ini produknya menu makanan, telah memiliki 47 menu. Sebagian besar modifikasi dari masakan-masakan yang telah ada sebelumnya. Sehingga menu yang dihidangkan bukan sekadar ayam, tapi ada ikan, sayur mayur, dan jus. 5) Sistem penjualan yang dilakukan oleh Rumah Makan Wong Solo adalah

dengan mendirikan cabang atau perwakilan sebanyak-banyaknya. Hingga saat ini Rumah Makan Wong Solo telah memiliki 32 cabang di seluruh Indonesia, hal ini dilakukan agar para konsumen yang sudah berlangganan di Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede dan cabang lainnya tetap dapat menikmati penyajian Rumah Makan Wong Solo didaerah-daerah lainnya.


(1)

untuk membantu promosi Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede agar para konsumen yang sudah menjadi langganan, tetap dapat merasakan penyajian khas Rumah makan Wong Solo bila sedang berada didaerah lain. Hingga saat ini Rumah Makan Wong Solo telah memiliki 32 cabang di seluruh Indonesia. Sistem penyebaran gerai ini diharapkan Rumah Makan Wong Solo dapat lebih banyak menjangkau para pelanggan mereka.

Selain itu Rumah Makan wong Solo cabang Pondok Gede melakukan sistem pesan antar yang bisa dilakukan dengan pesanan melalui telepon, hal ini diharapkan memudahkan pelanggan untuk mendapatkan pelayanan di rumah masing-masing.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil identifikasi terhadap lingkungan internal dan eksternal RM. Wong Solo cabang Pondok Gede yang telah dilakukan, maka terdapatlah faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal meliputi faktor produksi, operasi dan sumber daya manusia. Hasil dari identifikasi lingkungan internal inilah maka dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Rumah Makan Wong Solo sedangkan lingkungan eksternal meliputi lingkungan mikro dan makro.

Hasil analisis terhadap bauran pemasaran yang telah dilakukan pada Rumah Makan Wong Solo cabang Pondok Gede meliputi ; Bauran Produk, Harga, Promosi dan Distribusi. Dan strategi pemasaran yang harus dilakukan dalam waktu dekat oleh Rumah Makan Wong Solo adalah :

1. Mengoptimalkan sistem manajemen perusahaan guna meningkatkan keunggulan perusahan.

2. Melakukan kegiatan promosi dengan penyebaran brosur di perumahan-perumahan sekitar rumah makan yang artinya melakukan penetrasi pasar dan harus lebih kreatif dalam memanfaatkan peluang.


(3)

3. Memperbaiki citra Wong Solo dengan fokus pada kualitas serta pemasaran produk.

6.2Saran

Dari hasil penelitian ini hal-hal yang dapat disarankan kepada perusahaan adalah: 1. Mempebaiki citra Rumah Makan Wong Solo dengan mengangkat isu-isu yang

lebih fokus terhadap ciri khas masakan nusantara yang Halalal Thoyyiban. 2. Memperbaiki sistem promosi yang dilakukan agar lebih efektif dan efesien,

dan mempertahankan pengaruh media yang turut membantu dalam promosi secara tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA


(4)

kelompok Gramedia. Jakarta. 2003

B P S. Data Pertumbuhan Periwisata di Indonesia. Jakarta, BPS. 2007

Fatimah. Analisis Bauran Pemasaran Telur Asin Brebes ‘Studi Kasus di Kelurahan Brebes dan Kelurahan Limbangan Wetan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah’. Bogor: Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 2002

Gilbert, Daniel, Jr, R. Stoner, James, AF dan Freeman, Edward. 1996. Manajemen. edisi Bahasa Indonesia. PT Prenhallindo. Jakarta. 1996

Hunger, J David dan Thomas L Whelen. Manajemen Strategi. Adi Yogyakarta. Yogyakarta. 2001.

Jauch,Lawrence R dan William Glueck F. Manajemen Strategis Dan Kebijakan Perusahaan edisi Ketiga, Penerbit Erlangga. Jakarta. 1999.

Kotler, Philips, Garry Amstrong. Dasar-dasar Pemasaran. Principle of Marketing. Prehalindo Jakarta.1997.

Kotler, Philips. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Edisi Revisi. PT Prenhallindo. Jakarta. 1999

Kotler, Philips. Manajemen Pemasaran. Edisi millenium. PT Prenhallindo. Jakarta. 2002

Kusumawardhanie, Bintari. Analisis Strategi Pemasaran Bunga Anggrek Di

Taman anggrek Indonesia Permai. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 2003

Kinsey, Mc. Metode Penelitian edisi kedua. PT Prenhallindo. Jakarta. 2002

Pemda Jakarta Timur. Pertumbuhan Penduduk Jakarta Timur. 23 februari 2008, http. Timurjakarta.go.id. 24 Maret 2006

Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2000

Salim, Ahmad. Analisa Strategi Pemasaran Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ‘Studi Kasus Kantor Pemasaran Bersama PT. Perkebunan


(5)

Nusantara’. Jurusan sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Sains Dan Teknologi UIN. Jakarta. 2004

Saputra, Andrian. Analisa Strategi Pemasaran Rumah Makan Mang Kabayan (studi kasus Rumah Makan Mang Kabayan Cabang Bintaro. Akademi Pariwisata Trisakti. Jakarta. 2005

Swasta, Basu. Dan Ibnu sukotjo. Pengantar Bisnis Modern. Edisi ketiga. Liberty. Yogyakarta. 1995

Sugiyono, Dr. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung. 2002

Stoner, James, AF dan Freeman, Edward. Manajemen. CV Intermedia. Jakarta. 1994 Sutojo, Siswanto. Kleinsteuber,F, Dr. Strategi Manajemen Pemasaran.PT Damar

Mulia Pustaka. Jakarta. 2002

Solo, wong. Sejarah Pendirian Wong Solo. 23 februari 2008, http. Wongsolo.com. 30 Januari 2006

Wawas, Dede. Analisis Strategi Pemasaran Susu Segar Dalam Upaya Peningkatan Nilai Volume Penjualan ‘Studi Kasus Pada Perusahaan Susu Yakoob Zaristan’, Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Borobudur. Jakarta. 2003

Wahyuddin, Muhammad. Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Pertanian. Kompas. Jakarta. 2007


(6)