Stress dan Traumatis Studi Kualitatif Kekerasan Seksual Pada Anak Di Kabupaten Pidie Tahun tahun 2013

anak haram, tidak bisa menjaga kehormatan keluarga menyebabkan korban menjadi malu dan tersisih dalam lingkungannya. Karena korban perkosaan ini adalah anak- anak, maka beban berat yang ditanggungnya menjadi bertambah berat, sebab teman- teman bermain dan para orang tua terutama ibu-ibu sering kali tidak memberikan dukungan pada korban tetapi sebaliknya malah menghina dan merendahkan harga diri korban. Demikian juga yang dialami oleh korban kasus BD, dirinya merasa malu untuk keluar rumah karena sudah banyak teman-temannya yang mengejek kalau dirinya adalah cewek kakek AL atau ada yang mengejek bahwa BD adalah istri kakek AL. Dirinya malu dibilang cewek ‘gatel’ dan tidak tahu malu.

4. Stress dan Traumatis

Dampak psikologis yang dirasakan korban atas tindak kekerasan seksual yang dialaminya seperti terungkap dari hasil wawancara dengan informan. Kasus 1. “Pernah suatu hari saya pingsan di sekolah karena tidak makan dan lemas karena tidak makan dan susah tidur karena mengalami stress.” NA Kasus 2. “Ekspresi dan reaksinya datar saja, biasa saja kayak anak yang tidak berbuat salah. Lagipula kejadian perkosaan kami ketahui setelah 2 minggu. Rasa stresnya sudah agak berkurang.” FT Post Traumatic Stress Disorder PTSD merupakan sindrom kecemasan, labilitas autonomic, kerentanan emosional, dan kilas balik dari pengalaman yang amat pedih itu setelah stress fisik maupun emosi yang melampaui batas ketahanan orang biasa Kaplan, H.I., Sadock, B. J., Grebb, J.A., 1997. Hikmat 2005 mengatakan PTSD sebagai sebuah kondisi yang muncul setelah pengalaman luar biasa yang mencekam, mengerikan dan mengancam jiwa seseorang, misalnya peristiwa bencana alam, kecelakaan hebat, sexual abuse kekerasan seksual, atau perang Fuadi, 2011. Setelah kekerasan terjadi, terjadilah siklus yang semakin sulit untuk diputus karena pengalaman traumatis tersebut semakin membuat anak yakin bahwa dirinya memang benar-benar tidak berdaya. Apabila tidak ada dukungan sosial dan penanganan yang memadai, anak akan tumbuh dengan konsep diri yang negatif, mengalami hambatan emosi dan sulit untuk independen secara fisik, mental maupun sosial Hertinjung, 2010. Perilaku traumatis pada korban tindakan kekerasan seksual yaitu adanya perubahan mood dan perilaku, adanya kenangan-kenangan yang mengganggu serta gangguan tidur Suyanto, 2010. Kekerasan seksual pada anak cenderung menimbulkan dampak traumatis. Namun, kasus kekerasan seksual sering tidak terungkap karena adanya penyangkalan peristiwa kekerasan seksual. Secara spesifik, Faulkner 2003 menjelaskan bahwa kendala yang menghambat korban dalam melaporkan kasus kekerasan seksual adalah anak-anak korban kekerasan seksual tidak mengerti bahwa dirinya menjadi korban, korban sulit mempercayai orang lain sehingga merahasiakan peristiwa kekerasan seksualnya Illenia, 2011. Anak-anak korban perkosaan biasanya akan mengalami trauma psikologis yang tidak terperikan dan stigma sebagai korban perkosaan dari masyarakat. Sebuah studi di Amerika Serikat yang dilakukan Linda E. Ledray terhadap korban perkosaan setelah 2-3 jam kejadian menemukan dampak dan akibat sebagai berikut: 96 mengalami gemetar dan menggigil tak henti, 68 mengalami rasa pusing, 68 mengalami kekejangan otot yang hebat, 65 mengalami sakit kepala, nyeri yang hebat. Sementara itu, untuk periode pasca perkosaan, penderitaan yang dialami korban adalah 96 kecemasan, 96 rasa lelah secara psikologis, 88 kegelisahan tiada henti, 88 terancam, dan 80 merasa diteror oleh keadaan Suyanto, 2010. Tindak kekerasan seksual pemerkosaan memberi dampak psikologis dan fisik yang buruk bagi anak yang menjadi korbannya. Selain memberi efek stres dan trauma pemerkosaan dapat menyebabkan anak memiliki memori tentang aktivitas yang pernah dialami dan seperti menginginkan kembali. Pada beberapa kasus, anak jadi sering melakukan masturbasi. Dampak stres dan trauma menyebabkan psikologis korban menjadi tergangggu. Dengan mengalami kejadian tindak kekerasan seksual, korban merasa stres dan trauma. Hal tersebut disebabkan dampak yang dialami dari kasus perkosaan tersebut sangat besar seperti kakaknya istri pelaku tidak percaya lagi pada korban, orang tua yang kurang memperhatikan korban, malu pada masyarakat desa, lelah menjalani pemeriksaan polisi, dan lain-lain.

5. Dendam