Pelaku Tindakan Kekerasan pada Anak

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pelaku Tindakan Kekerasan pada Anak

Dewasa ini banyak ditemui kasus kekerasan seksual yang dialami remaja dan anak-anak terutama anak perempuan. Setiap orang dapat menjadi pelaku perkosaan tanpa mengenal usia, status, pangkat, pendidikan, dan jabatan. Pelaku pelecehan seksual dan korban perkosaan lebih banyak dilakukan oleh orang yang dikenal baik oleh korban. Fenomena perilaku kekerasan pada anak baik itu kekerasan fisik, mental dan seksual, biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti keluarga anak, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Hasil wawancara dengan informan kunci korban dan informan pokok kepala desa, penyidik, Kabid PPA, dan guru. Kasus 1 “.. yang melakukan perkosaan pada saya adalah abang ipar saya” NA “ ...waktu di meunasah didepan warga dia mengaku kalau yang dia Diperkosa oleh ZF sebanyak 5 kali “ “ menurut informasi bapaknya juga pernah melakukan perkosaan terhadap anaknya.” AY Kasus “ ..yang memperkosa saya kakek AL , dia tetangga kakak saya, saya Sering bermain dan menonton TV dirumah kakek AL” BD “ ..waktu saya nanyak apakah kakek AL pernah memberikan uang? Dia jawab iya, baru kemudian dia cerita kalau dia pernah Diperkosa sama kakek AL “ FT 69 “ ...Menurut NA yang pertama kali memperkosa dirinya adalah Ayahnya, sekitar tahun 2009, waktu masih SD “ “ Pada Kasus BD yang memperkosa adalah tetangga kakaknya” RT “ ...yang sering adalah orang terdekat dengan korban, ayah kandung, ayah tirinya, abang ipar, tetangga dekat, guru disekolah pasantren’ ET Sejalan dengan penelitian Hertinjung 2010, ditinjau dari hubungan pelaku dengan korban, diketahui bahwa di wilayah eks karesidenan Surakarta sedikit sekali terjadi kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang asing. Banyak diantara korban kekerasan yang telah mengenal pelakunya antara lain teman korban, pacar, tetangga bahkan ada pelaku yang merupakan keluarga dekat korban seperti ayah, menantu, saudara sepupu, dan sebagainya yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kehidupan dan masa depan korban. Terkadang pelaku perkosaan adalah orang dekat yang tidak kita sangka- sangka seperti teman sepermainan, teman satu sekolah, tetangga, ayah, saudara kandung, saudara tiri, paman, sepupu, dan lain sebagainya. Tidak menutup kemungkinan pula seorang wanita dewasa dan remaja mengajak berhubungan seks dengan paksaan pada anak laki-laki dan perempuan. Semua patut diwaspadai namun tetap dalam batasan yang wajar agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang merusak hubungan harmonis antar individu Gumelar, 2013. Pelaku tindakan pelecehan seksual dan perkosaan pada anak yaitu paman, ayah kandung, anak kandung, ayah tiri, kakak tiri, kakek tiri, dan kakek kandung sebanyak 37 kasus. Orang-orang yang dikenal korban seperti tetangga, guru, ustad, teman, pacar, dukun, dokter, tukang ojek langganan, tukang bakso langganan sebanyak 106 kasus. Latar belakang kecenderungan kasus ini karena pelaku biasanya memanfaatkan rasa percaya yang ada pada korban bahwa pelaku tidak mungkin melakukan hal seperti itu Anggreini, 2009. Komnas Perempuan mencatat bahwa antara tahun 2010-2011, ditemukan sebanyak 105.103 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 3.753 kasus di antaranya adalah kekerasan seksual, seperti perkosaan, eksploitasi seksual, pelecehan seksual, kontrol seksual. Ironisnya, pelaku kejahatan adalah orang yang memiliki hubungan darah dengan korban seperti ayah, kakak, adik, paman, kakek, atau hubungan kekerabatan, suami maupun pacar korban. Kejahatan terhadap perempuan juga dilakukan oleh majikan, tetangga, guru, teman sekerja, tokoh masyarakat, ataupun orang yang tidak dikenal. Dari hasil penelitian ini pada kasus NA, diketahui bahwa pelaku tindakan kekerasan seksual adalah abang ipar korban sebanyak ± 5 kali, dan dari pengakuannya di BAP Polres bahwa yang telah memperkosanya pertama kali adalah abu ayah kandung korban sebanyak 3 kali, tetapi dalam BAP tersebut dicabut, sehingga yang diakui dalam pemeriksaan bahwa yang memperkosa korban adalah abang iparnya ZF. Korban diperkosa ketika korban tinggal di rumah kakakabang iparnya tersebut untuk membantu menjaga anak pelaku. Pada kasus BD, pelaku tindakan kekerasan pada anak yaitu kakek AL, tetangga kakaknya korban tinggal bersama kakaknya yang melakukan bujuk rayu dengan memberikan uang jajan yang jarang diterima dari kakaknya atau keluarga korban. Pelaku memanfaatkan situasi dengan memberi iming-iming akan diberi uang yang banyak jika mau melayani nafsu bejatnya.

5.2. Penyebab Tindakan Kekerasan Seksual pada Anak