Balas Dendam dan Membuat Malu

berpikir. Kalaupun tidak idiot tapi kepandaiannya di bawah rata-rata, sehingga gampang dibodohi pelaku. Lemahnya kemampuan mereka berfikir dimanfaatkan oleh orang-orang yang tahu pasti kelemahan tersebut untuk mengikuti kehendak nafsunya dengan berharap agar tidak ada orang tahu dan korban tidak mampu menceritakan kepada orang lain.

3. Balas Dendam dan Membuat Malu

Dalam kasus kekerasan seksual pada NA, pelaku menyatakan ingin membalas dendam pada keluarga korban dan membuat keluarga korban malu. Seperti terungkap pada wawancara dengan informan. Kasus 1. “...kata abang kalau saya lapor sama orang tua maka keluarga saya akan dibuat malu..” NA “Sebenarnya ceritanya panjang. Dia ingin balas dendam dengan membuat malu keluarga kami.” “Dulu pernikahan dia dengan anak saya kakak korban tidak saya restui. Abu tidak setuju dengan perkawinan mereka.” MR Dendam sering kali menjadi alasan dalam sebuah tindak kejahatan, termasuk tindak kejahatan seksual pada anak. Orang melakukan balas dendam dengan cara menyakiti, menghina, bahkan membunuh orang yang pernah menyakitinya. Pada umumnya tindakan balas dendam sering kali sangat kejam dengan cara melukai, membunuh, bahkan memutilasi korban. Rasa dendam membuat orang berbuat nekat dan sadis untuk melampiaskan rasa sakit hati yang dirasakannya tersebut Muhidin, 2003. Terjadinya tindak pidana pemerkosaan karena pengaruh perempuan yang akhirnya menjadi korban perkosaan. Pengaruh-pengaruh itu terjadi dalam hal hubungan signifikansi antara laki-laki dan perempuan yang cukup dekat, dendam laki-laki terhadap perempuan yang dulunya pernah menyakitinya, dendam ingin membuat malu keluarga korban, faktor budaya yang semakin terbuka, cara berpakaian perempuan yang semakin merangsang atau agak terbuka, kebiasaan bepergian jauh sendiri, serta keberadaan si korban yang berada pada situasi atau kondisi yang memungkinkan dilakukan tindak kejahatan perkosaan. Faktor-faktor tersebut merupakan tindakan perempuan yang kehilangan kontrol atau daya pengawasan untuk membentengi dirinya sehingga dengan mudah pihak laki-laki sebagai pelaku perkosaan melakukan tindakan kejahatannya untuk memuaskan hasratnya yang telah dipendam Legesan, 2012. Menurut penuturan NA, pelaku membuat malu keluarganya dengan cara membalas dendam seperti yang sering diucapkan pelaku pada keluarga korban. Hal itu disebabkan karena pelaku tidak diberi surat tanah dan rumah untuk dijadikan agunan kredit ke bank. Dendam pelaku kepada keluarga korban rupanya sudah ada sejak lama, semenjak dirinya tidak diberi izin oleh orang tua korban untuk menikahi anaknya kakak korban sehingga mereka kawin lari. Dendam tersebut menjadi tindakan kejahatan apalagi pelaku memiliki sifat yang kasar, pemarah, pemabuk, mengisap ganja, dan pernah dipenjara sehingga melakukan perbuatan tersebut untuk membuat malu keluarga korban.

4. Kesempatan