Temuan Penelitian untuk Informan BD

Sesampainya di pasar, peneliti menawarkan makanan yang paling disukainya. Di saat itulah peneliti menjelaskan keinginannya untuk mewawancarai BD tentang peristiwa perkosaan yang pernah dialaminya. BD sering menunduk dan ekspresi wajah mulai murung, sehingga pada hari itu peneliti tidak melanjutkan wawancara, karena dapat membuat suasana jalan-jalan tidak menyenangkan. Sebelum pulang, peneliti menanyakan kapan BD bisa diwawancara tentang perkosaan yang pernah dialaminya. BD mengatakan bahwa peneliti datang saja atau kembali ke rumahnya esok hari dan peneliti membuat kontrak pertemuan lanjutan pada pukul 09.00 WIB. Pada saat itu peneliti datang, BD sudah menunggu dengan wajah berseri dan sudah mandi. Pagi itu BD kelihatan begitu cerah dan siap bercerita. Ibunya sudah pergi ke Puskesmas bersama kakaknya untuk berobat sehingga kami lebih mudah berkomunikasi. Pada saat datang, peneliti membawa mie, sebelum melakukan wawancara kami makan mie dulu agar terbentuk keakraban antara peneliti dan BD. Di sela-sela makan mie tersebut, BD menceritakan bagaimana peristiwa perkosaan yang dialaminya. Selama wawancara kadang-kadang BD nampak sedih, menunduk, menerawang ke langit, kadang tersenyum tidak jelas.

4.3.3 Temuan Penelitian untuk Informan BD

Informan dalam penelitian ini bernama BD, berusia 13 tahun, memiliki tinggi badan lebih kurang135 cm dan berat badan 30 kg, berkulit kuning langsat, manis dan memiliki rambut sebahu. BD mengalami keterbelakangan mental dan lugu. Pendidikan tamat MIN. BD anak bungsu dari dua bersaudara. Orang tuanya sudah bercerai kira-kira 8 tahun yang lalu. Semua kebutuhan mereka dipenuhi oleh kakaknya. Ibunya sudah tidak lagi bisa bekerja karena menderita stoke sekitar 1 tahun yang lalu. Kakaknya bekerja di pasar berjualan sayur. Kehidupan keluarga ini sangat sederhana. Sebelum kejadian perkosaan BD masih bersekolah di MIN yang tidak jauh dari rumahnya. Dia bersekolah dengan berjalan kaki. Sepulang sekolah aktifitas BD BD membantu kakaknya mencuci piring, menjaga anak kakaknya serta bermain bersama teman seusianya. Lingkungan rumah yang tidak terlalu padat dan luas memudahkan BD lebih leluasa bermain-main dengan kawan-kawannya. Sebelum kejadian perkosaan yang dialaminya, BD tinggal di rumah kakaknya. Rumah kakak BD dikelilingi oleh 3 rumah tetangga berjarak 20 meter sampai 30 meter. Salah satu rumah tetangga adalah rumah kek AL berumur 80 tahun. Rumah tersebut memiliki halaman yang luas sehingga membuat anak-anak suka bermain di situ. Selain itu di rumah kek AL juga terdapat pohon jambu sehingga membuat anak menyukainya. Kek AL tinggal di sebuah rumah semi permanen bersama dengan istrinya. Ketiga anaknya sudah berumah tangga dan ketiganya tinggal di luar kota. Kek AL hidup berkecukupan, semua fasilitas tersedia di rumahnya dan anak-anak tetangga sering ke rumahnya untuk menonton televisi,. Karena seringnya BD dan kawan-kawannya ke situ membuat kek AL tertarik kepada BD. Sifat BD yang lugu dan agak keterbelakangan mental serta memiliki kulit yang putih menambah daya tarik kek AL. Sebelumnya, kek AL juga pernah mempunyai masalah, karena dituduh ikut serta memperkosa seorang anak yang cacat fisik. Tapi karena pelakunya banyak dan tidak ada bukti yang kuat mengarah kepada kakek AL, makanya kakek AL tidak dipenjara. Berdasarkan informasi RS, Kek AL memang memiliki perilaku yang aneh. Masyarakat banyak mengetahui kebiasaan kek AL yang suka menggoda anak - anak perempuan yang masih muda. Kek AL juga mempunyai kebiasan menonton film porno, malah sering mengajak anak – anak untuk menontot film porno tersebut. Sekarang, keluarga BD sudah pindah ke rumah mereka sendiri di Desa Piala yang berseberangan dengan desa kakaknya tinggal dan mereka tidak merasa nyaman bertetangga dengan rumah kek AL. Keseharian BD membantu ibunya memasak dan mencuci piring serta membantu semua kebutuhan ibunya yang sering sakit-sakitan. Selain itu, BD sering juga diminta tolong oleh tetangga untuk menjaga anaknya, dan diberi upah sekitar Rp 5.000.- Awal kejadian perkosaan terjadi pada tahun 2012 di rumah kek AL. Jarak rumah kakaknya dengan rumah kek AL kira-kira berjarak 20 meter. Pada saat BD sedang memetik jambu di halaman rumah kek AL bersama teman-temannya,.Kek AL memanggil BD masuk ke dalam rumah dan menyuruh teman-temannya pulang. Sebelum kek AL memperkosa BD dimulai dengan melakukan bujuk rayu dengan mengiming-imingi akan memberi uang. BD yang sehari-hari jarang menerima uang jajan dari kakaknya mudah terbujuk rayu kek AL. Saat kejadian perkosaan tersebut, tidak terjadi penetrasi yang dalam. Hal ini mungkin disebabkan karena BD masih terlalu anak-anak dan waktunya terlalu singkat dan cepat. Kejadian perkosaan tersebut berulang sebanyak 3 kali. Pada perkosaan ketiga baru terjadi penetrasi yang dalam, sehingga BD merasakan sakit di vaginanya dan mengeluarkan darah di celananya. Pada saat kek AL memperkosa BD tanpa ada paksaan. Dua hari setelah kejadian pertama dan kedua BD masih mau datang ke rumah kek AL, karena dijanjikan akan diberi uang. Iming-iming uang tersebut membuat BD merasa bahwa apa yang dilakukan kek AL adalah sebuah bentuk kasih saying dan BD merasa bahwa sangat perhatian terhadap dirinya.. Pada saat peneliti bertanya apakah BD tahu kalau itu perkosaan? Sambil menunduk BD menggeleng. BD yang lugu membuatnya tidak bisa menangkap apa yang peneliti tanyakan. Kejadian perkosaan yang dialaminya tidak pernah dilaporkan kepada orang tuanya. Hal ini disebabkan karena ketakutan BD atas ancaman kek AL akan dipukul apabila orang lain tahu. Ancaman tersebut sampai sekarang masih dirasakan oleh BD dan menyebabkan BD takut bertemu kek AL. Pernah peneliti sambil bercanda mengajak BD ketemu kek AL dipenjara, tetapi BD menolak sambil menangis karena takut sama kek AL, hal ini disebabkan karena kejadian perkosaan sudah diketahui warga dan teman-teman sekolahnya serta gurunya. Ketika peneliti menanyakan pada FT selaku guru BD mengapa kasus tersebut terbongkar. Informasi FT bahwa dirinya mengetahui kasus perkosaan dari siswa yang juga teman kelas BD. Mereka sering mengejek BD sebagai cewek kek AL. Pada awalnya sang guru tidak curiga tapi karena sering mendengar anak-anak mengejek BD, makanya dia memanggil salah satu murid yang sering mengejek BD. Awalnya teman BD tersebut tidak mau menjawab, tapi setelah saya bujuk kemudian mengatakan bahwa mereka pernah melihat BD sering kerumah kek AL dan menreka mengintip dan melihat kek AL menciumi BD dan membuka celananya. Ibu guru tersebut lalu melapor kepada kepala sekolah., Kemudian dewan guru mengadakan rapat sesama dewan guru, BD dipanggil ke kantor beserta dengan kakanya BD. Selanjutnya kami ceritakan kejadian tersebut kepada kakak BD. Kemudian BD dan kakaknya melapor ke kantor polisi. Sekarang BD sudah tidak bersekolah lagi. Banyak teman sekolah BD yang sudah mengetahui kejadian perkosaan tersebut. Bukannya menunjukkan rasa simpati, malah banyak siswa yang suka mengejek, menghina, dan merendahkan BD dengan menyebutnya wanita gatal dan genit, tidak tahu malu, bahkan banyak ibu-ibu yang mengejek bahwa BD adalah istrinya kakek AL. Rasa malu tersebut membuat BD pindah sekolah di SMP Grong-Grong sekitar 6 bulan yang lalu. Pada saat itu BD tinggal bersama ayahnya di Grong-Grong. Tetapi selang 3 bulan, BD dibawa kembali pulang ke rumahnya di Desa Piala Hal ini dilakakukan karena ibunya sakit dan tidak ada yang menjaganya Sejak saat itu, BD sudah tidak bersekolah. Pada saat peneliti bertanya apakah ada keinginan BD utnuk melakukan hubungan kembali dengan yang lain. BD menjawab tidak mau kerna dapat menyebabakan kehamilan. Informasi BD setlama ini BD juga mengeluh. Akibat perkosaan tersebut, BD masih sering merasa sakit pada daerah kemaluan atau vaginannya, terutama pada saat untuk berjalan. Kadang-kadang timbul rasa gatal dan keluar lendir agak banyak, dan sedikit berbau. BD juga jarang mengganti celana dalam.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pelaku Tindakan Kekerasan pada Anak

Dewasa ini banyak ditemui kasus kekerasan seksual yang dialami remaja dan anak-anak terutama anak perempuan. Setiap orang dapat menjadi pelaku perkosaan tanpa mengenal usia, status, pangkat, pendidikan, dan jabatan. Pelaku pelecehan seksual dan korban perkosaan lebih banyak dilakukan oleh orang yang dikenal baik oleh korban. Fenomena perilaku kekerasan pada anak baik itu kekerasan fisik, mental dan seksual, biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti keluarga anak, tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Hasil wawancara dengan informan kunci korban dan informan pokok kepala desa, penyidik, Kabid PPA, dan guru. Kasus 1 “.. yang melakukan perkosaan pada saya adalah abang ipar saya” NA “ ...waktu di meunasah didepan warga dia mengaku kalau yang dia Diperkosa oleh ZF sebanyak 5 kali “ “ menurut informasi bapaknya juga pernah melakukan perkosaan terhadap anaknya.” AY Kasus “ ..yang memperkosa saya kakek AL , dia tetangga kakak saya, saya Sering bermain dan menonton TV dirumah kakek AL” BD “ ..waktu saya nanyak apakah kakek AL pernah memberikan uang? Dia jawab iya, baru kemudian dia cerita kalau dia pernah Diperkosa sama kakek AL “ FT 69