Temuan Penelitian untuk Informan NA

mewawancarai ibu korban. Ibunya sering terlihat emosional dan menjawab dengan nada marah dan suara keras, apalagi ketika peneliti menyinggung tentang perkosaan. Selang 2 dua hari kemudian peneliti kembali ke rumah korban untuk melanjutkan wawancara. Ketika itu ibunya sedang tidak ada di rumah, sehingga peneliti dapat mewawancarai NA dengan mudah dan dalam suasana yang tenang. Korban sudah menerima dan akrab dengan peneliti, NA sudah menceritakan kejadian perkosaan yang dialaminya dengan lebih terbuka kepada peneliti seperti bercerita kepada teman sendiri. Selang satu minggu peneliti kembali ke rumah NA untuk melanjutkan wawancara. Pada saat itu peneliti dapat mewawancarai NA dengan mudah. Korban sudah menerima peneliti dengan baik dan sudah bersedia menceritakan kejadian perkosaan yang dialaminya dengan lebih terbuka. Untuk pertemuan ketujuh ini, peneliti sudah merasa cukup dengan informasi yang diperlukan. Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada NA dan keluarganya.

4.2.2 Temuan Penelitian untuk Informan NA

Informan pertama yang dijadikan subjek penelitian ini bernama NA, berusia 15 tahun, eks pelajar dengan berat badan 35 kg dan tinggi badan kurang lebih 145 cm. Memiliki warna kulit hitam, kuku kotor dan badan agak berbau waktu perkenalan pertama dengan informan. NA adalah anak ke 6 dari 7 bersaudara berasal dari Gampong desa Arosan Kecamatan Kembang Tanjong yang berjarak 5 km dari kota kecamatan dan berjarak 8 kilo dari kota Kabupaten Pidie. Orang tua NA NA biasa memanggilnya dengan sebutan abu untuk bapak dan mak untuk ibu. Ayahnya bekerja serabutan dengan mencari ikan di rawa-rawa, kadang menjala ikan di laut dengan penghasilan rata-rata perhari ± Rp. 20.000. Ibunya juga berprofesi sama dengan ayahnya. Selain rumah yang ditempati sekarang di Pasie Ieleubeu, keluarga NA juga memiliki gubuk rumah di desa lain, letaknya di pinggir rawa dan dekat dengan laut. Rumah itu dibangun untuk memudahkan orang tuanya mencari nafkah karena dekat dengan rawa dan laut. Orangtua NA lebih banyak tinggal di gubuk dari pada di rumah di Pasie Ieleubeu. NA Sekarang sudah tidak bersekolah sejak kasus perkosaan mencuat. Pada saat terjadi perkosaan NA bersekolah di SMPLB kelas 2. NA memiliki anak yang berumur 12 bulan hasil dari perkosaan, walaupun usianya sudah menginjak usia 12 bulan tapi pertumbuhannya lambat, belum berjalan dan berbicara. Kondisinya nampak kotor dan tidak terjaga kebersihannya. Aktifitas NA sehari-hari kebanyakan di rumah sambil menjaga anak dan membantu orangtuanya memasak. Kadang-kadang NA juga membantu mencari ikan di rawa sambil menggendong anaknya. NA tidak berani keluar rumah dan bersekolah lagi karena merasa malu dengan kejadian perkosaan. Warga sering mengejeknya karena memiliki anak haram. Sebelum terjadinya perkosaan, NA dan orang tuanya tinggal di Desa Pasie Ieleubeu Kecamatan Kembang Tanjong. NA memepunyai dua orang abang dan dua orang kakak.Kedua kakak NA sudah berkeluarga dan sudah tidak tinggal serumah lagi dengan mereka. Rumah mereka berdekatan dengan rumah kakaknya. Rumah tersebut merupakan bantuan yang diberikan pemerintah pascatsunami. Rumah kakaknya itu terdiri dari 1 kamar tidur, dapur dan ruang keluarga. Karena salah satu kakaknya memiliki anak yang kecil, NA sering diminta tolong kakaknya untuk menjaga anaknya. Tetapi nasib membawanya kepada kejadian yang tidak diinginkan karena suami kakaknya abang iparnya, ZF memperkosanya berkali-kali. Kakak NA yang meminta bantuan NA menjaga anaknya bernama DR. DR memiliki tiga orang anak. Dua orang anaknya adalah hasil perkawinan dengan suaminya yang pertama dan satu orang lagi hasil perkawinan dengan suaminya yang sekarang yaitu ZF. ZF berumur 30 tahun, tidak mempunyai pekerjaan tetap, memiliki sifat pemarah, suka mengisap ganja,dan bekas napi. Pada tahun 2010, ZF pernah tersangkut kasus hukum dan masuk penjara selama 6 bulan. Perkawinan DR dengan ZF tidak mendapat restu dari orang tua DR. Hal itu disebabkan karena sifat ZF yang tidak mempunyai tanggung jawab dan suka mabuk-mabukan. Hubungan DR dan orang tuanya tidak harmonis. Hal itu disebabkan karena ZF memaksa orang tua NA untuk menyerahkan akte rumah untuk dijadikan jaminan di bank. Tetapi orang tuanya tidak menyetujuinya sehingga terjadilah pertengkaran. Saat terjadi pertengkaran ZF mengancam akan membuat malu seluruh keluarganya. Kasus perkosaan bermula ketika NA sedang menjaga anak kakaknya. Pada suatu malam NA tidur di ruang tamu bersama dengan kedua anak kakaknya, karena rumah tersebut hanya memiliki satu kamar yang ditempati oleh kakak dan suaminya beserta anaknya yang masih kecil. Pada saat NA tidur, ZF tidak ada di rumah, pergi ke warung. Tiba-tiba NA terbangun dan tersentak karena mulutnya sudah disumpal dengan kain dan tangannya diikat, NA berusaha melawan tapi tidak mampu karena tangannya sudah diikat. Kemudian ZF langsung menurunkan celana dalam NA tapi tidak membuka semuanya. Kemudian secara kasar, ZF menindih badan NA dan terjadilah perkosaan. NA berurai air mata, menangis dan kesakitan, tetapi ZF tidak menghiraukannya bagai kesetanan. Pada saat peneliti bertanya apa yang kamu rasakan pada saat itu? NA mengatakan sangat takut. Hal itu disebabkan karena ancaman dari ZF yang akan membuat keluarganya malu dan NA takut kalau diketahui orang karena ZF akan melaporkan kejadian tersebut kepada orang lain dengan membuat cerita fiktif. Berdasarkan hasil putusan Pengadilan saudara ZF didapatkan sebelum ZF memperkosa NA, ZF pergi ke warung dan mengisap ganja disana. Sepulang dari warung kopi ZF menonton televisi diruang tamu. Pada saat itu ZF sedang menonton film barat. Pada saat itu NA sedang tertidur bersama anaknya. Akibat menonton film tersebut membuat gairah seksual ZF meningkat, sehingga ZF memperkosa NA. Informasi yang didapat dari AY selaku kepala desa, bahwa ZF pernah dipenjara karena kasus narkoba. ZF yang sehari-hari hanya dirumah dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan suka mengisap ganja membuat ZF tidak bisa berfikir secara rasional. Kejadian perkosaan terjadi 2 kali di rumah ZF. Ketakutan NA akan terulang lagi perkosaan terhadap dirinya membuat NA tidak mau lagi menginap di rumah kakaknya. Tetapi hal itu tidak membuat ZF hilang akal. Dia tetap berusaha mendapatkan kepuasan seksual tersebut dengan mendatangi rumah NA pada pagi dan siang hari, di saat DR sedang tidak di rumah. Menurut pengakuan NA, ZF pernah memperkosa dirinya pada saat NA sedang mengalami Haid. NA bertanya kepada peneliti apakah itu tidak berbahaya. Kemudian peneliti menjelaskan kalau hal tersebut tidak baik untuk kesehatan. Pengakuan NA pada kejadian pemerkosaan pertama sampai ketiga dilakukan ZF dengan sangat kasar karena NA tetap berusaha melawan, tetapi setelah 4 sampai 6 kali perkosaan NA sudah tidak melakukan perlawanan lagi. Pada saat peneliti bertanya apakah NA merasakan kenikmatan akibat melakukan hubungan seks ini? Kelihatan NA malu dan menunduk, dia menjawab tidak tahu apakah menikmati hubungan perkosaan tersebut. NA menceritakan bahwa sebelum terjadi perkosaan, ZF terlebih dahulu mengisap payudara NA dan menyuruh NA untuk memegang kemaluan ZF. Kejadian perkosaan yang berulang-ulang tersebut tidak pernah dilaporkan NA kepada orang tuanya, Hal ini disebabkan rasa takut dengan ancaman ZF. Pada suatu hari NA mencoba mengadu kepada DR kalau suaminya telah memperkosa dirinya, tetapi DR tidak mempercayai apa yang dikatakan NA, malah DR menyalahkan dan memarahi NA atas kejadian perkosaan tersebut. Setelah 3 bulan perkosaan NA baru menyadari kalau perutnya membesar. NA tidak berfikir bahwa akibat perkosaan tersebut dapat mengakibatkan kehamilan. Selama masa kehamilan tersebut, NA tidak mengalami gangguan berat hanya mengalami mual dan muntah, dan pernah mengalami pingsan di sekolah karena tidak makan dan stress memikirkan keadaannya. Kehamilan NA tersebut juga tidak disadari oleh orang tuanya. Orangtuanya sibuk mencari nafkah. Sampai akhirnya kehamilan NA diketahui warga desa pada saat usia kehamilan NA memasuki usia 5 bulan. Hal ini membuat NA malu dan dimarahi oleh orangtuanya. Selain itu, hasil pemeriksaan oleh polisi membuat NA sangat takut dan stress. Beberapa hari setelah kejadian tersebut, keluarga NA diusir dari Kampong Pasie Iuleubeu. Pengusiran tersebut dirasakan tidak adil oleh keluarga NA sebab mereka orang miskin, karena di desa ada yang hamil di luar nikah tapi tidak diusir dari desa. Berdasarkan informasi dari AY sebagai kepala Desa Pasie Ieleubeu pengusiran dilakukan warga menganggap perkosaan yang terjadi terhadap NA karena ada pembiaran dari orang tua NA. Selain itu orang NA tidak memenuhi kebutuhan anak-anaknya terutama dalam pendidikan baik pendidikan agama maupun pendidikan moral. Saat ini NA dan keluarganya tinggal di desa Arosan. tempat tinggal mereka sekarang Pada saat peneliti bertanya apakah ada keinginan dari NA untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain, NA tidak bisa menjelaskannya bahkan NA mengaku tidak tahu. Hal ini mungkin disebabkan karena NA tidak mengerti maksud dari peneliti atau NA merasa malu mengungkapkannya. Hanya NA merasa bahwa tidak ada laki – laki yang mau sama dia. Selain mengalami kehamilan, NA juga mengalami masalah pada kesehatan reproduksi, seperti keluar lendir pada malam hari terutama ketika dirinya tidak bisa tidur, kadang-kadang keluar cairan kuning kadang putih, kemaluan terasa gatal, dan kadang-kadang berbau. Berdasarkan informasi RT sebagai penyidik di unit Perlindungan Anak Polres Pidie hasil BAP di kantor polisi, NA sebelumnya juga pernah diperkosa ayahnya pada saat dia berumur 9 tahun karena mereka tidur bersama dalam satu ruangan yang sempit. Namun NA membantahnya bahwa dirinya tidak pernah melakukan hubungan seks dengan abunya. NA menangis sewaktu peneliti menanyakan hal tersebut dan meminta untuk tidak menanyakan hal itu lagi, sebab kalau ibunya tahu NA bisa dimarahi telah menceritakan hal tersebut pada orang lain. Ketika disinggung masalah menikah, NA mengatakan tidak ada keinginan untuk menikah walaupun sama ZF. Dia sangat membenci dan dendam terhadap ZF, walaupun dia ayah dari anaknya.

4.3 Kasus BD Informan 2