Sarana kesehatan dasar Puskesmasdi Kabupaten Pidie sebanyak 26 Puskesmas yang tersebar di 23 kecamatan. Dari 26 Puskesmas tersebut sampai
dengan akhir 2012, 8 Puskesmas adalah Puskesmas rawat inap, dan 18 Puskesmas rawat jalan. Adapun jumlah Puskesmas pembantu yang mendukung pelayanan
Puskesmas induk adalah 70 buah, dan 70 pos kesehatan desa Poskesdes. Jumlah Posyandu di Kabupaten Pidie menurut hasil kompilasi data dari Puskesmas pada
tahun 2012 berjumlah 763 buah.
4.2. Kasus NA Informan 1
4.2.1 Deskripsi Pertemuan dengan Informan 1
Saat pertama kali peneliti datang ke rumah menjumpai NA dan keluarga, peneliti ditemani oleh Kabid Perlindungan Anak Kabupaten Pidie yaitu Ibu ET.
Keluarga begitu ramah dan menyambut baik kedatangan kami. Setelah 10 menit berselang kami berbincang-bincang tentang kabar NA dan bercerita seputar keluarga
korban yaitu ayahnya yang baru saja keluar dari rumah sakit karena operasi hernia, ET memperkenalkan peneliti dan menjelaskan tujuan peneliti datang ke rumah
korban. Atas inisiatif ET, beliau meminta keluarga NA dan ibunya untuk membantu
peneliti dalam memberikan informasi apa yang diperlukan selama dalam penelitian ini. Peneliti diperkenalkan kepada keluarga dan NA. Pada saat itu NA nampak malu
dan tidak mau menatap peneliti saat peneliti memperkenalkan diri.
Pada pertemuan pertama peneliti melakukan observasi terhadap kondisi keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Saat itu NA tinggal bersama dengan
orang tuanya di sebuah rumah lebih tepat disebut sebagai gubuk berukuran 4 x 5 meter, tidak memiliki kamar dan dapur di dalam rumah. Dapur terletak di luar rumah,
tepatnya di depan pintu rumah. Dinding rumah terbuat dari papan dan rumbia tanpa adanya loteng dan jendela. Kamar mandi sumur terletak 1 meter di sebelah rumah
dengan kondisi hanya berdinding plastik yang sudah koyak-koyak, kondisi air dan sumur kurang baik berwarna agak kuning. Rumah tersebut tidak memiliki WC
sendiri, karena terlihat ketika penghuni ingin buang air besar mereka pergi ke sungai yang dekat dengan rumah tersebut.
Saat ini NA telah memiliki seorang anak hasil perkosaan, dan peneliti berusaha akrab dan bermain dengan bayi NA yang berumur 12 bulan. Kondisi anak
mengalami kurang gizi, kondisi kulit keriput dan kusam, dan belum bisa berjalan. Selain itu anak belum bisa berbicara, hanya terdengar suara ‘aa’ dan ‘eee’. Anak
korban masih mendapatkan ASI, makanan tambahan lainnya berupa nasi putih dan diberi makan apa yang dimakan ibunya. Susu formula tidak diberikan ibunya, dengan
alasan karena mereka tidak memiliki uang untuk membeli susu kotak. Keesokan harinya peneliti datang ke tempat korban jam 15.00 WIB, tapi
waktu itu NA belum bisa diajak berbicara, korban masih malu-malu. Peneliti berbincang-bincang dengan NA dan orang tuanya. NA selalu didampingi oleh ibunya
sehingga peneliti sedikit kesulitan untuk melakukan wawancara mendalam dengan korban. Pada pertemuan ini korban sudah mulai mau diajak berkomunikasi walaupun
belum mengarah pada kasus perkosaan yang pernah dialaminya. Pada pertemuan ketiga korban sudah ada kontak mata dengan peneliti.
Peneliti belum mendapatkan informasi tentang perkosaan yang pernah dialami NA. Keesokan harinya peneliti kembali mendatangi rumah NA pada jam 08.30 WIB.
Alasan peneliti datang pagi hari karena pada jam tersebut ibu dan ayah NA pergi ke tambak sehingga peneliti dan NA lebih leluasa berkomunikasi. Pada saat peneliti
melakukan wawancara dengan NA anaknya dibawa bermain oleh adik NA sehingga tidak mengganggu pembicaraan kami.
Pada saat mulai wawancara NA nampak hanya menunduk ketika ditanya tentang masalah perkosaan dan seringkali terdiam selama ± 2 menit sebelum memberi
jawaban. Dengan penuh kesabaran, peneliti membujuk dan akhirnya NA baru mau menceritakan kejadian perkosaan dengan lengkap setelah peneliti berusaha
mendekatinya dengan mengatakan bahwa peneliti dapat dijadikan teman dan tempat bercerita curhat semua masalah yang dialami korban dan peneliti berjanji tidak akan
menceritakan masalah tersebut kepada siapapun. NA beberapa kali menangis pada saat peneliti menanyakan apakah bapaknya juga pernah memperkosa dia dan kadang
begitu emosional marah ketika ditanyakan apakah setelah pelaku keluar dari penjara dia bersedia dikawinkan dengan pelaku.
Dua hari setelah pertemuan keempat peneliti datang menjumpai NA. Peneliti datang sekitar jam 10.00 WIB. Pada saat itu korban sedang bersama ibunya. Waktu
itu peneliti tidak berhasil mewawancarai NA, karena ibunya sedang di rumah sehingga membuat NA tidak leluasa untuk bercerita. Jadi, hari itu peneliti
mewawancarai ibu korban. Ibunya sering terlihat emosional dan menjawab dengan nada marah dan suara keras, apalagi ketika peneliti menyinggung tentang perkosaan.
Selang 2 dua hari kemudian peneliti kembali ke rumah korban untuk melanjutkan wawancara. Ketika itu ibunya sedang tidak ada di rumah, sehingga
peneliti dapat mewawancarai NA dengan mudah dan dalam suasana yang tenang. Korban sudah menerima dan akrab dengan peneliti, NA sudah menceritakan kejadian
perkosaan yang dialaminya dengan lebih terbuka kepada peneliti seperti bercerita
kepada teman sendiri. Selang satu minggu peneliti kembali ke rumah NA untuk
melanjutkan wawancara. Pada saat itu peneliti dapat mewawancarai NA dengan mudah. Korban sudah menerima peneliti dengan baik dan sudah bersedia
menceritakan kejadian perkosaan yang dialaminya dengan lebih terbuka. Untuk pertemuan ketujuh ini, peneliti sudah merasa cukup dengan informasi yang
diperlukan. Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada NA dan keluarganya.
4.2.2 Temuan Penelitian untuk Informan NA