BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Permasalahan
Seiring dengan perkembangan masyarakat, tingkat kebutuhan atas sarana telekomunikasi semakin meningkat guna mendukung aktivitas sehari-hari. Penggunaan
sarana telekomunikasi mempermudah masyarakat untuk melakukan komunikasi dari jarak yang berjauhan. Selain memperpendek jarak dan mempermudah komunikasi,
ketersediaan fasilitas telekomunikasi akan meningkatkan produktifitas masyarakat. Ketersediaan jaringan telekomunikasi tersebut perlu didukung dengan infrastuktur yang
memadai berupa menara telekomunikasi. Menara Telekomunikasi merupakan bangunan yang difungsikan sebagai penunjang jaringan telekomunikasi yang desainbentuk
konstruksinya disesuaikan dengan keperluan jaringan komunikasi. Pembangunan dan penggunaan menara telekomunikasi sebagai salah satu infrastruktur pendukung dalam
penyelenggaraan telekomunikasi harus memperhatikan efisiensi, keamanan lingkungan dan estetika lingkungan.
Menara Telekomunikasi adalah bangunan untuk kepentingan umum yang didirikan di atas tanah, atau bangunan yang merupakan satu kesatuan konstruksi dengan
bangunan gedung yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul atau berupa bentuk tunggal
tanpa simpul, dimana fungsi, desain dan konstruksinya disesuaikan sebagai sarana penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi
1
1
Ps 1 angk 8 Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negari, Menteri Pekerjaan Umum, Menkominfo, Kepala BKPM tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi
. Mengingat fungsinya guna menunjang jaringan telekomunikasi, dengan demikian menara telekomunikasi sangat
dibutuhkan dalam upaya pemenuhan atas hak masyarakat atas fasilitas telekomunikasi.
2
Keberadaan menara telekomunikasi di setiap kabupatenkota menunjukkan angka pertumbuhan yang tinggi. Di Surabaya misalnya, dengan luas wilayah Kota 326.37 Km
2
, sampai dengan tahun 2010 terdapat 857 menara telekomunikasi yang terdiri dari menara
Green Field sebanyak 455 buah, menara Roof Top sebanyak 398 buah dan menara Combat sebanyak 4 buah dengan jumlah 1207 BTS
2
Pada beberapa kondisi dan keadaan, kehadiran menara telekomunikasi dengan fungsi sebagai base transceiver service BTS bagi beberapa pemerintah daerah
kabupatenkota dirasa mengganggu, sehingga memerlukan langkah pengaturan, penataan, penertiban. Meskipun secara fungsional BTS sangat dibutuhkan untuk mendukung
teknologi komunikasi, bukan berarti pembangunan dan pertumbuhannya boleh bebas dibiarkan tanpa kendali, sehingga dalam konteks itu diperlukan pengendalian. Pemerintah
. Setiap menara telekomunikasi yang berdiri haruslah memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan masyarakat, tata ruang
dan lingkungan hidup. Oleh karena itu pemerintah daerah dalam fungsinya sebagai pelindung masyarakat to protect haruslah melakukan kebijakan pengendalian
pertumbuhan menara telekomunikasi guna menjamin pematuhan terhadap aspek-aspek tersebut. Penataan menara telekomunikasi bertujuan untuk mengendalikan dan
mensinergikan antara ketersediaan ruang kota kebutuhan menara telekomunikasi, keamanan serta meningkatkan kehandalan cakupan frekuensi telekomunikasi. Dengan
tujuan tersebut, maka dalam melakukan penataan menara telekomunikasi sangat diperlukan guna menyeimbangkan jumlah dan prioritas penggunaan menara sehingga
dapat dicapai efesiensi dalam pemanfaatan ruang. Mendirikan menara telekomunikasi merupakan salah satu dari kegiatan
mendirikan bangunan, khususnya bangunan non gedung, oleh karena itu mendirikan menara telekomunikasi perlu mendapat pengaturan yang berorientasi pada keamanan,
keindahan dan kebutuhan tata ruang kota guna kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan non gedung yang
fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
2
Dinas Komunikasi dan Informatika, Pemerintah Kota Surabaya
3
daerah memiliki berbagai kepentingan untuk mengatur, menata, menertibkan, dan mengawasinya.
Sebagai contoh kasus, beberapa waktu yang lalu Pemerintah Kabupaten Badung, Provinsi Bali, menyatakan bahwa perlu penertiban terhadap bangunan yang tidak
memiliki Ijin Mendirikan Bangunan IMB
3
Di dalam penataan menara telekomunikasi tersebut, pemerintah daerah perlu melakukan berbagai kebijakan hukum dalam menjamin keberlangsungan Menara
Telekomunikasi yang sesuai dengan ketentuan kelayakan bangunan dan aspek-aspek , termasuk BTS. Sebagai perwujudan atas
penertiban itu, Pemerintah Kabupaten Badung merobohkan 14 empat belas menara telekomunikasi yang mengakibatkan sekitar 88 BTS tidak beroperasi sehingga ratusan
ribu pelanggan ponsel dari berbagai provider terganggu pelayanannya. Peristiwa itu menimbulkan permasalahan hukum yang menarik untuk diteliti atau dikaji. Pertama,
kajian tentang wewenang pemerintah kabupatenkota untuk mengatur, menata, menertibkan, mengawasi BTS. Kedua, persyaratan dan ketentuan tentang perijinan BTS.
Secara fungsional, BTS merupakan infrastuktur pendukung utama untuk akses telekomunikasi. Keterbatasan BTS akan menyebabkan akses masyarakat terhadap
informasi dan pengetahuan juga berkurang, apalagi jika hal itu dikaitkan dengan persoalan dalam rangka menghadapi masalah globalisasi. Isu-isu global menjadi sangat
mudah diakses oleh masyarakat apabila pembangunan dan ketersediaan infrastruktur telekomunikasi di masyarakat tersedia dalam jumlah dan kualitas yang memadai.
Kejadian di Badung, pada satu sisi dapat dilihat sebagai suatu bentuk peristiwa yang menyebabkan terjadi gangguan dan hambatan bagi akses masyarakat terhadap informasi
dan pengetahuan yang diperlukan oleh masyarakat dalam menjalankan kehidupannya, baik ekonomi, sosial, politik dan aspek kehidupan sosial lainnya sebagai bagian dari
sistem komunikasi global. Namun, pada sisi lain, juga perlu ditegakkan peraturan yang berlaku di Badung, untuk dipatuhi oleh para pelaku usaha terkait dengan BTS. Artinya,
pemenuhan infrastruktur telekomunikasi harus memenuhi aspek legal sesuai peraturan di kabupatenkota, jangan menggunakan hak masyarakat atas perolehan informasi dan
pengetahuan sebagai dalih untuk melakukan pelanggaran IMB.
3
Bisnis Indonesia, 14072009.
4
terkait. Model kebijakan hukum tersebut diantaranya dengan instrument zonasi dan medorong penggunaan bersama menara telekomunikasi.
I.2. Perumusan Masalah