55
b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota;
c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota; dan
d. kerja sama penataan ruang antarkabupatenkota.
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut UU PPLH
Keberadaan menara telekomunikasi sangat lekat kaitannya dengan kebijakan pengaturan lingkungan hidup di sekitar lokasi menara. Sehingga
keberlangsungan ekosistem dan lingkungan yang baik dan sehat bagi masyarakat di sekitar menara tetap terwujud.
Upaya memadukan pembangunan menara telekomunikasi dengan kebijakan lingkungan serta penataan pertumbuhan menara telekomunikasi
merupakan salah satu upaya terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin
keutuhan lingkungan hidup. Hal ini selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan sebagaimana dituangkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 UU
PPLH. Berdasarkan konsepsi pembangunan berkelanjutan tersebut, perlu
difikirkan upaya pengendalian menara telekomunikasi yang berbasis pada lingkungan. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang terintegrasi dengan
kebijakan lingkungan pada tingkat kabupatenkota yang merupakan salah satu wewenang dari pemerintah daerah berdasarkan Pasal 63 ayat 3 huruf a UU
PPLH.
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat selanjutnya disebut UU Persaingan Usaha
Mengingat karateristiknya yang kompleks, pengaturan menara juga harus mempertimbangkan aspek dari kepentingan usaha. Analisa pada bagian
56
sebelumnya telah memotret urgensi pengaturan menara telekomunikasi dari perspektif hukum bisnis. Ditinjau dari hukum bisnis, pengaturan menara
telekomunikasi tertutama ditujukan untuk menciptakan iklim persaingan bisnis yang sehat diantara para provider penyedia jasa menara, baik yang
menyediakan tower tower povider maupun yang menyediakan layanan jasa telekomunikasi service provider. Kegiatan usaha menara telekomunikasi
merupakan kegiatan usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka pemerintah dalam hal ini harus bertindak tegas untuk mengatur agar tidak
terjadi monopoli usaha. Kebijakan pemerintah daerah juga harus mempertimbangkan terwujudnya iklim usaha yang sehat bagi dunia usaha
menara telekomunikasi dan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum , sebagaimana telah diamanatkan dalam Pasal 2 UU
Persaingan Usaha.
8. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme selanjutnya disebut
sebagai UU No.281999 Secara teoritis, tindakan pemerintah dalam pembuatan kebijakan hukum
yang mengatur mengenai menara telekomunikasi maka pemerintah melakukan tindakan hukum. Tindakan hukum berupa penetapan peraturan mengenai
menara telekomunikasi haruslah berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat 1 UU
No.281999 yang mengikat pemerintah untuk melaksanakannya, yang terdiri atas:
a. Asas kepastian hukum;
b. Asas tertib penyelenggara negara;
c. Asas kepentingan umum;
d. Asas keterbukaan;
e. Asas proporsionalitas
f. Asas profesionalitas;
g. Asas akuntabilitas;
h. Asas efisiensi;
57
i. Asas efektivitas.
Ketentuan UU No. 28 Tahun 2009 menegaskan bahwa Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan harus tetap memperhatikan
batas-batas kewenangan dari daerah dengan bersandarkan pada asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka mewujudkan asas good
governance.
9. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik selanjutnya