Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

55 b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota; c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota; dan d. kerja sama penataan ruang antarkabupatenkota.

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut UU PPLH Keberadaan menara telekomunikasi sangat lekat kaitannya dengan kebijakan pengaturan lingkungan hidup di sekitar lokasi menara. Sehingga keberlangsungan ekosistem dan lingkungan yang baik dan sehat bagi masyarakat di sekitar menara tetap terwujud. Upaya memadukan pembangunan menara telekomunikasi dengan kebijakan lingkungan serta penataan pertumbuhan menara telekomunikasi merupakan salah satu upaya terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup. Hal ini selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan sebagaimana dituangkan dalam ketentuan Pasal 1 angka 3 UU PPLH. Berdasarkan konsepsi pembangunan berkelanjutan tersebut, perlu difikirkan upaya pengendalian menara telekomunikasi yang berbasis pada lingkungan. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang terintegrasi dengan kebijakan lingkungan pada tingkat kabupatenkota yang merupakan salah satu wewenang dari pemerintah daerah berdasarkan Pasal 63 ayat 3 huruf a UU PPLH.

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat selanjutnya disebut UU Persaingan Usaha Mengingat karateristiknya yang kompleks, pengaturan menara juga harus mempertimbangkan aspek dari kepentingan usaha. Analisa pada bagian 56 sebelumnya telah memotret urgensi pengaturan menara telekomunikasi dari perspektif hukum bisnis. Ditinjau dari hukum bisnis, pengaturan menara telekomunikasi tertutama ditujukan untuk menciptakan iklim persaingan bisnis yang sehat diantara para provider penyedia jasa menara, baik yang menyediakan tower tower povider maupun yang menyediakan layanan jasa telekomunikasi service provider. Kegiatan usaha menara telekomunikasi merupakan kegiatan usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak, maka pemerintah dalam hal ini harus bertindak tegas untuk mengatur agar tidak terjadi monopoli usaha. Kebijakan pemerintah daerah juga harus mempertimbangkan terwujudnya iklim usaha yang sehat bagi dunia usaha menara telekomunikasi dan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum , sebagaimana telah diamanatkan dalam Pasal 2 UU Persaingan Usaha.

8. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme selanjutnya disebut sebagai UU No.281999 Secara teoritis, tindakan pemerintah dalam pembuatan kebijakan hukum yang mengatur mengenai menara telekomunikasi maka pemerintah melakukan tindakan hukum. Tindakan hukum berupa penetapan peraturan mengenai menara telekomunikasi haruslah berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat 1 UU No.281999 yang mengikat pemerintah untuk melaksanakannya, yang terdiri atas: a. Asas kepastian hukum; b. Asas tertib penyelenggara negara; c. Asas kepentingan umum; d. Asas keterbukaan; e. Asas proporsionalitas f. Asas profesionalitas; g. Asas akuntabilitas; h. Asas efisiensi; 57 i. Asas efektivitas. Ketentuan UU No. 28 Tahun 2009 menegaskan bahwa Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan harus tetap memperhatikan batas-batas kewenangan dari daerah dengan bersandarkan pada asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka mewujudkan asas good governance.

9. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik selanjutnya