Legalitas Operasional perijinan. Legalitas Transaksional.

31 Sistem pertanggungjwaban seperti itu tidak dijumpai pada bentuk badan usaha yang tidak berstatus sebagai badan hukum, seperti usaha perorangan, CV, atau firma. Selain PT, koperasi juga luwes dan layak untuk menjalankan bisnis menara telekomunikasi, apabila ditinjau berdasarkan pertanggungjawabannya yang terletak pada koperasi itu sendiri sebagai badan usaha yang berstatus sebagai badan hukum. Oleh karena itu, PT dan koperasi merupakan bentuk badan usaha yang luwes dan layak untuk diposisikan sebagai penyelenggara bisnis menara telekomunikasi. Berdasarkan pemikiran di atas, maka ketentuan dalam PB-P3B-MT yang menegaskan “Penyedia menara adalah perseorangan, koperasi, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Swasta yang memiliki dan mengelola menara telekomunikasi untuk digunakan bersama oleh penyelenggara telekomunikasi” perlu ditinjau ulang atau direview, sehingga pelaku usaha penyedia menara telekomunikasi adalah badan usaha yang berbadan hukum, yakni PT, koperasi, PT Persero maupun PT yang didirikan dalam rangka BUMD.

2. Legalitas Operasional perijinan.

Kegiatan operasional bisnis badan usaha, baik BUBH maupun BUBBH digantungkan pada ijin operasional yang dimilikinya yang dalam praktik dikenal dengan istilah ijin usaha. Ijin usaha merupakan landasan operasional bagi suatu badan usaha untuk menjalankan atau menyelenggarakan kegiatan bisnisnya. Contoh: perusahaan yang bergerak di bidang usaha perbankan wajib memiliki ijin usaha bank dari Bank Indonesia. PJPT wajib memiliki ijin usaha menara telekomunikasi dari pahak otoritas, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informasi Menkominfo. Pendirian bangunan menera telekomunikasi harus dilengkapi dengan Ijin Mendirikan Bangunan Menara Telekomunikasi. Hakikat ijin adalah keabsahan melakukan tindakan atau kegiatan usaha sesuai dengan ijin yang dimilikinya. Ijin akan “menghalalkan suatu tindakan yang semula haram”. Pada sisi inilah, maka legalitas operasional merupakan kebutuhan mendasar bagi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya. Kepastian bahwa PJPT memiliki 32 ijin merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum kepada para user pengguna menara telekomunikasi secara bersama-sama dengan para userpengguna yang lain.

3. Legalitas Transaksional.

Legalitas transaksional bermuatan tentang hubungan hukum pelaku bisnis dengan partner bisnisnya. Dalam konteks penyewaan menara telekomunikasi, wujud atau realisasi hubungan transaksional itu antar alain dalam bentuk perjanjian sewa menyewa tower. Substansi perjanjiannya, proses pembentukan perjanjian sewa menyewa tower, kapasitas para pihak dalam perjanjian sewa menyewa tower merupakan aspek yang mutlak wajib diperhatikan dalam kaitan dengan keabsahan kontrak yang terjadi. Oleh karena itu, PJPT perlu untuk menyiapkan, antara lain: 1 Kelengkapan data teknis tower seperti ketinggian, tipe, luas lahan, jumlah antena terpasang, dll. Kelengkapan data baik teknis maupun administrasi merupakan kunci utama dalam keberhasilan usaha jasa penyewaan tower. Hal ini perlu disadari khususnya oleh operator telekomunikasi seluler yang banyak memiliki aset tower yang pada awalnya memang tidak dijadikan sebagai alat penghasilan dari sisi penyewaan tower. Para operator tersebut kebanyakan tidak memiliki kelengkapan data khususnya data teknis yang tentunya akan menyulitkan jika suatu waktu towernya akan disewakan ke operator lainnya. 2 Kelengkapan dan kejelasan data hukum dan administrasi site, seperti dokumen kontrak dengan pemilik lahan atau pemilik gedung, PBB, SHM, tanggal mulai sewa oleh operator, dll. Dengan menimbnag bahwa tidak setiap menara telekomunikasi didirikan di atas tanah milik pelaku usaha pembangun menara telekomunikasi, maka kepastian hukum tentang status tanah temapt didirikannya menara merupakas aspek legal yang perlu dikemukakan secara terbuka agar calan user memahami posisi PJPT. 3 Kejelasan isi perjanjian sewa menyewa tower dengan pelanggan. Kejelasan kontrak perjanjian penyewaan tower harus sudah sangat disadari oleh pihak Tower Leasing Provider bahwa salah satu kunci suksesnya usaha ini adalah kejelasan kontrak yang mengatur, antara lain: 33 a obyek sewa, b harga sewa dan cara pembayarannya, c asuransi, d hak dan kewajiban, e jangka waktu kontrak f pengakhiran kontrak g dispute settlement dan hal-hal lain yang sangat jelas pada akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan usahanya. Kontrak yang jelas, baik, dan lengkap merupakan dasar dua belah pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian sewa menyewa sangat berguna untuk meminimalisir adanya dispute dalam menginterpretasi isi kontrak sehingga dengan kontrak yang baik dapat memberi kenyamanan dan keberlangsungan perjanjian diantara dua pihak yang telah bersepakat untuk mengadakan sewa menyewa tower.

C. Model Bisnis Menara Telekomunikasi