18
terkait, termasuk hak untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan ide, hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik, hak untuk
mengakses informasi dari badan-badan publik, dan beberapa hak lainnya.
14
B. Pengaturan Hak untuk Berkomunikasi dalam Instrumen Hukum Nasional
Walaupun di dalam instrumen hukum internasional belum ada pengaturan secara eksplisit mengenai hak untuk berkomunikasi, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi
Negara Republik Indonesia telah memberikan jaminan pengaturan mengenai hak untuk berkomunikasi secara eksplisit yang terdapat dalam Pasal 28F. Pasal 28F UUD NRI Tahun
1945 menjamin bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Pasal 28F ini merupakan hasil dari
perubahan kedua UUD 1945 pada Tahun 2000. Selain Pasal 28F, UUD NRI Tahun 1945 juga memberikan jaminan perlindungan terhadap beberapa hak yang terkait dengan hak
untuk berkomunikasi, diantaranya adalah: -
Pasal 28 : ‘Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang’. -
Pasal 28C 1 UUD NRI Tahun 1945: ‘Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.’ - Pasal 28E UUD NRI Tahun 1945:
14
ARTICLE 19 Global campaign for Free Expression, Op.Cit, h. 13.
19
1 Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.
2 Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. 3
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang lahir sebelum lahirnya Pasal 28F UUD NRI Tahun 1945 juga bahkan telah menyebutkan mengenai hak untuk
berkomunikasi. Di dalam Pasal 14 UU No. 39 Tahun 1999 dinyatakan bahwa: Pasal 14
1 Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang
diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. 2
Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan sejenis sarana
yang tersedia.
Selain Pasal 14, UU No. 39 Tahun 1999 juga menjamin beberapa hak lain yang terkait dengan hak untuk berkomunikasi, diantaranya adalah:
- Pasal 11 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya
untuk tumbuh dan berkembang secara layak.’ -
Pasal 12: ‘Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab,
berahlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.’
- Pasal 13 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk mengembangkan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi kesejahteraan pribadinya, bangsa, dan umat manusia.
- Pasal 15 mengatur bahwa setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak
pengembangan dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
20
Walaupun UUD NRI Tahun 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 telah secara eksplisit menyebutkan mengenai jaminan terhadap hak untuk berkomunikasi, dapat dilihat bahwa
pengaturan mengenai hak untuk berkomunikasi yang ada di dalam UUD NRI Tahun 1945 dan UU No. 39 tahun 1999 hampir sama dengan pengaturan mengenai hak atas
kebebasan berekspresi yang ada di Pasal 19 UDHR dan Pasal 19 ICCPR. Namun UUD NRI Tahun 1945 atau UU No. 39 Tahun 1999 tidak memberikan definisi atau
konsep ataupun batasan dari hak untuk berkomunikasi sebagai hak yang berdiri
sendiri. Pada tahun 2005, Indonesia telah meratiifkasi ICCPR dan juga ICESCR melalui UU
No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan ICESCR serta UU No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan ICCPR. Dengan diratifikasinya kedua instrumen hukum internasional dalam
bidang HAM tersebut maka Indonesia terikat untuk menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai Negara pihak sebagaimana diamanatkan oleh kedua instrumen hukum tersebut.
C. Konsepsi Pertanggungjawaban Negara Dalam Hak Untuk Berkomunikasi menurut