109
bersama berdasarkan SKB. Penggunaan menara telekomunikasi secara bersama diwajibkan untuk menara telekomunikasi yang baru dibangun dan disarankan untuk
menara telekomunikasi existing, sehingga diharapkan semua menara telekomunikasi yang ada di Tulungagung akan digunakan secara bersama. Pemanfaatan menara
telekomunikasi bersama tersebut diatur dalam pasal 14 perda a quo, yang selengkapnya berbunyi;
1 Untuk efisiensi dan efektifitas penataan ruang, khusus untuk menara
telekomunikasi dari tahap awal rencana pembangunan harus diarahkan untuk penggunaan menara secara bersama.
2 Ketentuan penggunaan bersama menara sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 tidak berlaku untuk : a.
menara yang digunakan untuk keperluan jaringan utama; danatau
b. menara yang dibangun pada daerah-daerah yang belum
mendapatkan layanan telekomunikasi atau daerah-daerah yang tidak layak secara ekonomis.
3 Penyedia menara atau pengelola menara wajib memberikan
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada penyelenggara telekomunikasi untuk menggunakan menara secara bersama-sama
sesuai kemampuan teknis menara.
4 Setiap pembangunan menara telekomunikasi yang digunakan
sebagai menara telekomunikasi bersama berupa menara telekomunikasi yang dapat digunakan oleh sekurang-kurangnya 3
tiga operator telekomunikasi dan desain konstruksi menaranya harus mendapatkan persetujuan dari Bupati atau pejabat yang
ditunjuk.
V.6. Model Hukum Pengaturan Kebijakan Penataan dan Pengendalian Menara Telekomunikasi
A. Daya mengikat Peraturan Bersama Menteri
Pada tanggal 17 Maret 2008, Menteri Komunikasi dan Informatika Menkominfo mengeluarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 02PER
M.KOMINFO32008 Tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi selanjutnya disingkat P3MBT. Pemberlakuan P3MBT didasarkan pada
pertimbangan: “Menara Telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur pendukung yang
110
utama dalam penyelenggaraan telekomunikasi yang vital dan memerlukan ketersediaan lahan, bangunan dan ruang udara; dan dalam rangka efektivitas dan efisiensi penggunaan
Menara Telekomunikasi harus memperhatikan faktor keamanan lingkungan, kesehatan masyarakat dan estetika lingkungan”. Pada tahun 2009 Menteri Komunikasi bersama dengan
Menteri Pekerjaan umum dan Mendagri menerbitkan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Komunikasi dan Informatika Dan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 18 Tahun 2009, Nomor 18 Tahun 2009, Nomor 07 Tahun 2009, Nomor 19PERM.Kominfo032009, Nomor 3P2009 Tentang
Pedoman Pembangunan Dan Penggunaan Bersama Menara Telekomunikasi selanjutnya
disebut Peraturan Bersama Menteri. Peraturan Bersama Menteri inilah yang akhirnya menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk melakukan kebijakan penataan pertumbuhan
menara telekomunikasi di wilayahnya. Problematika hukum yang lahir pasca P3MBT dan Peraturan Bersama Menteri
tersebut, antara lain, apakah pemerintah kabupatenkota wajib tunduk dan mematuhi peraturan menteri tersebut. Hal itu terjadi karena di dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Peruandang-Undangan, Peraturan Menteri tidak termasuk dalam tata urutan peraturan perundang-undangan, sedangkan peraturan daerah
merupakan salah satu bentuk peraturan perundang-undangan. Dalam hal pemerintah kabupatenkota terikat dan harus tunduk pada P3MBT tersebut,
Pasal 4 P3MBT menegaskan: Pasal 4
i. Pemerintah Daerah harus menyusun pengaturan penempatan lokasi
Menara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. ii.
Pemerintah Daerah dalam menyusun pengaturan penempatan Menara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus mempertimbangkan aspek-
aspek teknis dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan prinsip-prinsip penggunaan Menara Bersama.
iii. Pengaturan penempatan lokasi Menara sebagaimana dimaksud pada ayat
1 harus memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, dilakukan dengan mekanisme yang transparan dan dengan
melibatkan peran masyarakat dalam menentukan kebijakan untuk penataan ruang yang efisien dan efektif demi kepentingan umum.
Secara substantif, sebenarnya tidak ada alasan untuk menolak P3MBT tersebut, sehingga seandainya P3MBT tersebut diwadahi dalam bentuk Peraturan Pemerintah sebagai peraturan
111
pelaksanaan UU Telekomunikasi, sudah barang tentu pemerintah kabupatenkota akan tunduk kepadanya. Oleh karena itu, untuk memastikan tingat kepatuhan hukum terhadap
pengaturan menara telekomunikasi yang bersesuaian dengan maksud dantujuan P3MBT, ke depan perlu dipertimbangkan agar pengaturan tentang P3MBT seperti itu dimuat dalam
Peraturan Pemerintah. Salah satu argumennya, bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat 2 UUD 1945 menegaskan: “Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya”. Artinya, Peraturan Pemerintah secara konstitusional diberi kedudukan sebagai peraturan organik untuk menjalankan undang-undang, sehingga P3MBT
sebagai instrument pelaksanaan UU Telekomunikasi menjadi konstitusional apabila diwadahi dalam bentuk peraturan pemerintah.
Dalam praktik pembuatan peraturan daerah tentang menara telekomunikasi oleh beberapa pemerintah kabupatenkota P3MBT dan Peraturan Bersama Menteri tersebut
dirujuk untuk diposisikan sebagai salah satu konsideran yuridis. Hal demikianitu bermakna bahwa peraturan daerah tersebut mengakui, mengindahkan P3MBT dan Peraturan Bersama
Menteri. Namun, apabila ada pemerintah kabupatenkota tidak mau mengakui dan mengindahkannya, maka Menkominfo tidak memiliki wewenang untuk memaksakan
P3MBT dan Peraturan Bersama Menteri tersebut. Hal itu memicu munculnya disharmoni peraturan daerah tentang menara telekomunikasi antara kabupatenkota yang satu dengan
yang lainnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini ditawarkan agar muatan materi seperti yang tertuang di dalam P3MBT itu dimuat dalam peraturan pemerintah.
Hasil kajian terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Pembangunan Dan Penataan Menara Telekomunikasi Bersama, Peraturan Daerah
Kabupaten Pasuruan Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Penataan Dan Pengendalian Menara Telekomunikasi Bersama, Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 20 Tahun 2010
Tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi menunjukkan hasil bahwa susbstansi P3MBT diadopsi ke dalam perda-perda tersebut.
Berkaitan dengan persoalan harmonisasi, Ryaas Rasyid menyarankan agar Permenkominfo ditingkatkan statusnya menjadi Peraturan Presiden Perpres. Hal ini agar
setiap Perda mengacu pada Perpres tersebut. Walaupun Pemda punya kewenangan, tapi tidak
boleh dijadikan ajang monopolis dan menciptakan diskriminasi. Peraturan Menteri
112
Permen tidak bisa dijadikan dasar untuk membuat Perda. Pasalnya, Permen bersifat
internal dan teknis, sehingga Menteri tidak bisa menjatuhkan sanksi pada pihak lain di luar departemen
B. Model Hukum Pengendalian Penataan Menara Telekomunikasi