22
|
LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
PT BANK DINAR INDONESIA Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN lanjutan
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013, 2012, DAN 2011 Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN lanjutan d. Aset dan liabilitas keuangan lanjutan
8. Pengukuran nilai wajar lanjutan
Nilai wajar mencerminkan risiko kredit atas instrumen keuangan dan termasuk penyesuaian yang dilakukan untuk memasukkan
risiko kredit Bank dan pihak lawan, mana yang lebih sesuai. Estimasi nilai wajar yang diperoleh dari model penilaian akan
disesuaikan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lainnya, seperti risiko likuiditas atau ketidakpastian model penilaian,
sepanjang Bank yakin bahwa keterlibatan suatu pasar pihak ketiga akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam penerapan
harga suatu transaksi.
Aset keuangan dan posisi long diukur menggunakan harga penawaran, liabilitas keuangan dan posisi short diukur
menggunakan harga permintaan. Jika Bank memiliki posisi aset dan liabilitas dimana risiko pasarnya saling hapus, maka Bank dapat
menggunakan nilai tengah dari harga pasar sebagai dasar untuk menentukan nilai wajar posisi risiko yang saling hapus tersebut dan
menerapkan penyesuaian terhadap harga penawaran atau harga permintaan terhadap posisi terbuka netto net open position, mana
yang lebih sesuai.
e. Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas dalam laporan arus kas terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan bank lain, penempatan pada Bank Indoneisa dan
bank lain, yang jatuh tempo dalam waktu 3 tiga bulan sejak tanggal perolehan, sepanjang tidak digunakan sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterima serta tidak dibatasi penggunaannya.
Sebelum 1 Januari 2010, kas dan setara kas hanya terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain yang tidak dibatasi
dan tidak digunakan sebagai jaminan. Perubahan tersebut terjadi sehubungan dengan dicabutnya PSAK No. 31, “Akuntansi Perbankan”,
efektif tanggal 1 Januari 2010 dan PAPI tahun 2000.
f. Giro Wajib Minimum GWM
Pada tanggal 23 Oktober 2008, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan No. 1025PBI2008 tentang perubahan atas PBI No. 1019PBI2008
tentang Giro Wajib Minimum GWM Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing yang kemudian diperbaharui dengan
PBI No. 1219PBI2010 tanggal 4 Oktober 2010, perubahan terakhir dengan PBI No. 1515PBI2013 tanggal 24 Desember 2013. Berdasarkan
peraturan tersebut, GWM dalam rupiah ditetapkan sebagai berikut:
1. GWM Primer dalam Rupiah sebesar 8 delapan persen dari DPK
dalam rupiah; 2.
GWM Sekunder dalam Rupiah sebesar 4 empat persen dari DPK dalam Rupiah; dan
3. GWM Loan to Deposit Ratio LDR dalam Rupiah sebesar
perhitungan antara Parameter Disinsentif bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR Target
dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM Bank dan KPMM Insentif. Pemenuhan
GWM LDR dalam Rupiah mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2011 berdasarkan PBI No. 1219PBI2010 pasal 22. Besaran
parameter yang akan digunakan dalam perhitungan GWM LDR dalam Rupiah ditetapkan sebagai berikut :
a. Batas bawah LDR Target sebesar 78 tujuh puluh delapan persen
b. Batas atas LDR Target sebesar 92 sembilan puluh dua persen
c. KPMM Insentif sebesar 14 empat belas persen d. Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 nol koma satu
e. Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 nol koma dua Peraturan ini berlaku efektif tanggal 31 Desember 2013. Pada tanggal 26
September 2013, Bank Indonesia mengeluaran peraturan No. 157PBI2013, dimana ditetapkan GWM primer dalam Rupiah masing-masing sebesar 8
dan GWM sekunder dalam rupiah sebesar 2,5 sampai dengan 30 September 2013, sebesar 3 sejak 1 Oktober sampai dengan 31 Oktober 2013, sebesar
3,5 sejak 1 November sampai degan 1 Desember 2013, sebesar 4 sejak 2 Desember 2013 dari DPK dalam rupiah dan GWM LDR dalam rupiah.