133 dinilai perlu membuat peraturan, yang mengharuskan pembeli formalin dalam
jumlah banyak harus memiliki izin terlebih dahulu. Dalam hal ini, izin tersebut dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Namun, hal ini jangan
sampai pengurusan izin tersebut dijadikan ”bisnis baru” oleh petugas yang bersangkutan.
Pencegahan formalin dalam makanan dapat dimulai dari tata niaga itu sendiri. Sebagai contoh, pembeli diharuskan membawa izin dari Dinas Kesehatan
atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan setiap kali melakukan pembelian formalin dalam jumlah banyak.
4.6.3. Kinerja kebijakan
Pemberitaan tentang makanan yang mengandung formalin salah satu zat yang diteliti di berbagai media cetak dan elektronik, beberapa waktu lalu, dinilai
positif untuk memberikan peringatan kepada produsen ataupun informasi kepada konsumen. Selain itu, masyarakat juga harus mengetahui dan mengenal makanan
yang mengandung zat tersebut. Sebenarnya yang diperlukan saat ini adalah peraturan yang lebih keras terhadap penjual ataupun pembeli misalnya formalin,
karena pemakaiannya dalam makanan akan membahayakan penggunanya bila dikonsumsi secara akumulasi.
Belum adanya lembaga yang tanggap dan proaktif terhadap masalah- masalah yang potensial mengganggu keamanan konsumen dalam mengkonsumsi
makanan, khususnya produk perikanan. Meskipun keberadaan dan peranan institusi yang melindungi konsumen misal YLKI dan Badan POM telah diakui.
134 Komunikasi antara konsumen dengan lembaga-lembaga tersebut belum dapat
berlangsung seperti yang seharusnya terjadi. Lebih lanjut, konsumen pada umumnya masih menghadapi kendala psikologis untuk mengadukan keluhan
karena pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tindakan seperti itu tidak memberikan manfaat. Kendala psikologis seperti ini tidak berlebihan karena pada
kenyataannya bahkan kemenangan hukum oleh masyarakat sering tidak berlanjut pada tindak lanjut nyata.
Seharusnya aparat yang terkait untuk menindak tegas produsen yang menggunakan zat-zat kimia berbahaya untuk campuran bahan makanan.
Penggunaan bahan itu sangat membahayakan jiwa manusia, karena menimbulkan penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Lembaga Advokasi dan
Pembebasan Konsumen LAPK menyatakan tindakan tegas diperlukan agar kasus serupa tidak berlarut-larut. Balai POM hendaknya jangan hanya melakukan
pengawasan, melainkan juga tindakan nyata yang membuat pelaku tidak mengulangi lagi. Pelakunya dapat dilaporkan ke poslisi untuk dipidanakan, atau
digugat secara perdata di pengadilan. Bahkan, LAPK mendukung rencana Balai POM untuk menerapkan UU Pangan, dengan hukuman maksimal lima tahun
penjara dan denda sampai Rp. 600 juta. Kepala BPOM dalam konferensi pers bersama di Departemen Komunikasi
dan Informatika menyatakan BPOM telah bertindak proaktif dengan melaporkan 20 produsen formalin ke Mabes Polri. Mereka dilaporkan karena telah menjual
formalin di pasar secara eceran dan dnegan skala luas. Konferensi pers tersebut juga dihadiri Kadiv Humas Mabes Polri.
135
4.7. Pengembangan Kebijakan Keamanan Produk Perikanan