Kebijakan Mutu dan Keamanan Produk Perikanan

15

2.3. Kebijakan Mutu dan Keamanan Produk Perikanan

Isu mutu dan keamanan pangan di tingkat internasional maupun nasional telah banyak menarik perhatian banyak kalangan baik pemerintah, pakar, LSM, maupun konsumen di berbagai negara pelosok dunia termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Isu tersebut didasarkan adanya kekhawatiran kurang amannya suatu produk makanan yang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia karena adanya beberapa kemungkinan baik dari aspek biologi, kimia, maupun fisik, seperti kontaminasi mikroba, kerusakan makanan itu sendiri atau adanya zat-zat atau bahan kimia tertentu yang sengaja ditambahkan kedalam suatu produk makanan dengan berbagai tujuan seperti : sebagai bahan pengawet, pewarna, pengemulsi, penstabil, penyedap rasa, dan antioksidan. Peningkatan perhatian akan mutu dan keamanan pangan sejalan dengan meningkatnya kesadaran konsumen terutama di negara maju akan pentingnya kesehatan. Untuk itu, mutu dan keamanan pangan telah menjadi suatu gaya hidup life style bagi masyarakat modern. Merespon hal tersebut, untuk produk perikanan, pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan mengeluarkan Program peningkatan mutu dan pengembangan produk bernilai tambah, sebagai bagian dari penanganan pasca panen yang mempunyai peran strategis dalam pembangunan kelautan dan perikanan. Menurut Mangunsong 2001 tujuan dari penanganan pasca panen itu sendiri adalah sebagai berikut: 1 Memberikan jaminan mutu dan keamanan terhadap produk perikanan Indonesia 2 Meningkatkan daya saing produk perikanan di pasar Internasional 16 3 Menekan penyusutan losses produk perikanan dan memanfaatkan potensi perikanan secara optimal 4 Menciptakan sumberdaya manusia yang profesional dan berdaya saing secara Internasional 5 Menciptakan lapangan pekerjaan dan sekaligus pendapatan masyarakat Salah satu upaya pencapaian tujuan diatas adalah dengan penerapan sistem pengawasan mutu yang mampu memberikan jaminan mutu quality assurance sejak proses produksi, distribusi sampai pemasaran, dikenal dengan Program Manajemen Mutu Terpadu PMMT berdasarkan konsepsi Hazard Analitycal Critical Control Point HACCP. Didalam sistem PMMT, suatu unit pengolahan harus memiliki kelayakan dasar yakni dalam pemenuhan terhadap sanitasi dan cara berproduksi yang baik dan benar yang dituangkan dalam penerapan sanitasi dan higiene Penerapan Sanitation Standar Operating Procedured SSOP dan Penerapan Cara Berproduksi yang Baik dan Benar Good Manufacturing Practice GMP . Pengertian sanitasi dan higiene hasil perikanan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terhadap bertumbuh dan berkembangbiaknya jasad renik pembusukan dan patogen pada hasil perikanan, peralatan dan bangunan yang dapat merusak hasil perikanan dan membahayakan manusia. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan bahan baku, bahan tambahan dan bahan pembantu, operasi pembersihan dan higiene. Cara berproduksi yang baik dan benar Good Manufacturing Practice adalah cara atau teknik berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang benar-benar memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Cara 17 berproduksi yang baik dan benar Good Manufacturing Practice merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penerapan PMMT HACCP. Secara umum GMP tersebut mencangkup semua aspek operasi unit pengolahan dan karyawan seperti cara penanganan dan pengolahan yang baik, suhu harus selalu rendah, bahan baku yang baik, cara penimbangan yang benar, alat timbangan akurat, teknik pengemasan yang tepat dan bahan pengemasan yang baik, tekhnik pelabelan yang memenuhi syarat, bekerja teliti dan terampil. Menurut Mangunsong 2001 pembinaan dan pengendalian mutu produk perikanan masih menghadapi permasalahan yang cukup kompleks karena struktur usaha perikanan di Indonesia yang masih diwarnai usaha perikanan rakyat, keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana prasarana dan penegakan peraturan perundang-undangan yang belum mantap. Lebih lanjut dikatakan bahwa struktur usaha perikanan rakyat dengan segala konsekuensinya yang kurang pengetahuan ketrampilan dan bermodal lemah menjadikan sebagian besar pelaku usaha perikanan belum mempunyai “sense of quality” yang tinggi. Disamping itu, penerapan prinsip-prinsip GHP Good Handling Practice yakni penerapan penanganan ikan dengan prinsip-prinsip cepat, cermat, hati-hati, bersih, dan dingin dan GMP Good Manufacturing Practice relatif sulit dilakukan karena sarana usaha dan sumberdana yang dimiliki terbatas. Permasalahan-permasalahan tersebut diatas menyebabkan mutu produk yang dihasilkan unit-unit pengolahan skala mikro, kecil, dan menengah masih rendah. 18

2.4. Keamanan Pangan