Rantai pemasaran produk mal-praktek

67 Dirjen P2HP Departemen Kelautan dan Perikanan menegaskan bahwa pemerintah akan memberikan solusi dengan menggunakan bahan pengawet yang murah dan mudah yang telah mendapatkan rekomendasi dari Departemen Kesehatan. Salah satu syaratnya adalah bahan pengawet itu aman untuk dikonsumsi. Lebih lanjut Dirjen P2HP Departemen Kelautan dan Perikanan meminta kepada pengusaha ikan untuk menerapkan sistem rantai dingin untuk mempertahankan mutu. Untuk merealisasikan hal tersebut, dalam waktu dekat pemerintah akan menggandeng pengusaha Cina untuk membangun pabrik es di dekat pelabuhan perikanan. Di tempat terpisah, anggota Komisi VI DPR RI Aria Bima mendesak pemerintah untuk segera merekomendasikan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan. Menurutnya hal ini penting mengingat industri-industri usaha kecil menengah UKM seperti tahu, mi basah, ayam potong, ikan asin, bakso, ikan segar, rentan basi atau busuk jika tanpa bahan pengawet.

4.2.5. Rantai pemasaran produk mal-praktek

Rantai pemasaran produk perikanan dari Jawa Tengah dipasarkan tidak hanya di Jawa Tengah, namun telah menyebar ke Jawa Barat, Jawa Timur, bahkan sampai ke Bali maupun Sumatera. Hal ini ditegaskan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Jateng yang menyatakan bahwa ikan-ikan di Jawa Tengah telah dipasarkan hingga ke Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Jateng sekitar pertengahan tahun 2005. Namun diperkirakan 20 produk ikan diindikasikan positif tercampur dengan bahan formalin. Kecenderungan mengenai 68 penggunaan bahan kimia formalin itu muncul diperkirakan setelah kenaikan harga bahan bakar minyak BBM sejak Maret 2005. Dampaknya, harga es balok yang biasa untuk mengawetkan ikan segar, juga naik. Sedangkan menurut Balai Besar POM DIY bahwa untuk wilayah Propinsi DIY diduga untuk produk produk tahu dan ikan asin mengandung formalin, walaupun masih dilakukan penelitian. Namun pada produk mi basah positif terdapat kandungan formalin. Produk ikan segar yang ditangkap dengan one day fishing biasanya tidak menggunakan bahan pengawet. Hal ini berbeda dengan kapal-kapal penangkap ikan yang berkapasitas besar. Kapal-kapal tersebut di lautan dapat berhari-hari, bahkan berminggu-minggu sehingga diperlukan bahan pengawet yang banyak dan efektif. Karenanya, bahan formalin berpeluang besar sebagai bahan pengawet ikan. Walaupun tidak diketahui berapa jumlahnya, tetapi para nelayan menyadari kalau ada sebagaian dari mereka menggunakannya. Hal ini diiyakan oleh salah seorang nelayan yang tinggal di RT 03 RW 15 Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Dalam pemantauan di Salatiga, tidak ditemukan pabrik yang menggunakan formalin, namun yang menggunakan adalah pedagang. Terbukti dengan ditemukan bahan kimia formalin ada pada ikan asin jenis teri nasi dan jambal roti. Hal ini disampaikan oleh tim gabungan yang terdiri dari Komisi B DPRD Jawa Tengah, Polda, Balai POM, Dinas Kesehatan, maupun Polres Salatiga. . Menurut Balai Besar POM Semarang bahwa untuk rekapitulasi hasil pengawasan produk pangan yang mengandung formalin khusus ikan kering dan ikan segar pada bulan Desember 2005 dan Januari 2006 menunjukkan penurunan 69 penggunaan bahan formalin pada produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 15. Rekapitulasi monitoring formalin pada ikan kering dan ikan segar Hasil Uji No Jenis Komoditi Tanggal Tempat Jumlah Positif Negatif 1 Ikan Kering 13-12-2005 Semarang 3 2 1 23-12-2005 Semarang 13 11 2 4-1-2006 Semarang 15 8 7 5-1-2006 Solo 32 12 20 13-1-2006 Salatiga 4 2 2 13-1-2006 Ungaran 1 1 - Jumlah 68 36 32 2 Ikan Segar 13-12-2005 Semarang 2 1 1 4-1-2006 Semarang 33 - 33 5-1-2006 Solo 15 - 15 13-1-2006 Salatiga 3 - 3 Jumlah 53 1 52 Jumlah total 265 42 223 Sumber : Balai Besar POM Semarang, 20052006 Berdasarkan tabel rekapitulasi monitoring formalin pada ikan kering dan ikan segar tersebut terlihat bahwa penggunaan bahan kimia semakin lama semakin menurun. Namun yang perlu diingat hal ini dapat terjadi karena hanya didasari oleh perasaan ketakutan dari para pedagang dan pengolah akibat pemberitaan di media massa secara terus menerus, belum didasari oleh kesadaran dari para pedagang maupun pengolah mengenai pentingnya keamanan pangan. Seperti kita ketahui bersama bahwa media masa merupakan salah satu pilar dalam penegakan hukum dan demokrasi.

4.2.6. Rantai pemasaran bahan kimia tambahan ilegal