Pengambilan bahan baku Analisa Teknis

50

4.2. Analisa Teknis

Pada aspek ini, pembahasan akan dibatasi pada jenis kandungan bahan kimia tambahan ilegal formalin, boraks, hidrogen peroksida, dan bahan pewarna. dalam produk perikanan ikan segar, ikan asin kering, terasi, dan kerupuk ikan, ketersediaan bahan tambahan makanan yang aman atau legal, rantai pemasaran produk mal-praktek dan bahan kimia tambahan ilegal, dan efektivitas bahan kimia tambahan ilegal.

4.2.1. Pengambilan bahan baku

Dengan asumsi bahwa produsen-produsen ikan di lokasi penelitian berperilaku pasar secara rasional dari semua aspek lingkungan mendukung dapat dipastikan bahwa produsen-produsen tersebut akan berusaha memaksimalkan keuntungan usahanya melalui tindakan-tindakan ekonomis tertentu, yaitu perlakuan-perlakuan terhadap ikan guna mempertahankan kesegaran dengan tujuan memaksimalkan harga jualnya. Penanganan ikan segar oleh para nelayan biasanya dimulai segera setelah ikan diangkat dari air tempat hidupnya, dengan perlakuan suhu rendah dan kadang-kadang kurang memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Suwedo H 1993 bahwa salah satu cara mempertahankan kesegaran ikan dapat dilakukan dengan memelihara ikan tetap hidup atau dengan menurunkan suhu ikan mati. Bahkan menurut UNDP, FAO.. 1991 bahwa perawatan, kebersihan dan pendinginan adalah kunci untuk memanen hasil tangkapan yang berkualitas baik. 51 Sebenarnya banyak nelayan yang menyadari, bahwa untuk mendapatkan harga jual yang tinggi ikan harus tetap segar. Persoalannya hanyalah, kurangnya kemampuan membeli es dan daya muat kapal terlalu kecil untuk peng-es-an ikan di laut. Karenanya, sedikit banyak harus diketahui sifat-sifat ikan, yang merupakan bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak itu. Hanya sebagian kecil dari perahu-perahu motor tersebut yang membawa es ke laut, akan tetapi palka ikan yang diperlukan untuk itu umumnya masih jauh dari sempurna. Penanganan di perahu kurang memperhatikan faktor sanitasi dan higiens dan penyimpanan kurang sempurna tanpa mempergunakan peti-peti ataupun sekat- sekat yang menyebabkan mutu ikan yang didaratkan menjadi kurang baik sesuai dengan pendapat dari Abdurrahman. S. Nasran. 1990. Penanganan pendinginan hasil tangkapan di laut termasuk kegiatan pasca panen. Dengan sarana kapal penangkap yang dilengkapi sarana palka, tangki dan wadah ikan peti, drum yang masing-masing sarana tidak diinsulasi dan membawa persediaan es, bahan pembantu lainnya garam, bahan pengepak ikan, dsb Saraswati,1984. Penanganan hasil tangkapan oleh nelayan tidak segera dimulai setelah ikan dinaikkan ke dek. Kalau kotor berlumpur misalnya ikan tidak langsung dibersihkan atau disemprot namun dibiarkan begitu saja. Pembersihan ikan dilakukan setelah mendarat di TPI, lalu ikan kadang-kadang dicuci dengan air sungai. Biasanya para nelayan melakukan sortasi ikan pada waktu pulang dari fishing ground menuju tempat pendaratan TPI. Setiap nelayan mengetahui kalau setiap ikan yang tidak baik untuk makanan manusia harus disisihkan dan disimpan terpisah, para nelayan juga menyadari ikan tidak boleh diinjak atau ditumpuk 52 terlalu tinggi, namun nelayan tidak memisahkan ikan yang baik untuk makanan manusia dan berekonomis tinggi dengan ikan yang berekonomis rendah karena keterbatasan tempat dan alat. Padahal untuk mempertahankan mutu ikan menurut Putro et. al 1987 dapat dinyatakan dengan empat kata yang meliputi dingin cold ; hati-hati careful ; bersih clear dan cepat fast, yang dikenal dengan istilah 3C + 1F. Dari survei yang dilakukan bahan baku ikan yang digunakan biasanya dibeli dari TPI yang terdekat atau sudah ada kerjasama dengan pedagang. Sehingga pengolah ikan tidak perlu ke TPI untuk membeli ikan namun sudah ada pedagang yang menyetor ikan yang dibutuhkan. Hal ini tergantung dari keinginan dari pengolah ikan.

4.2.2. Penanganan dan pengolahan 1. Penanganan dan Pengolahan Ikan asin kering di 6 kota