TEGAL PEKALONGAN SEMARANG PATI REMBANG BANTUL

65 pembersih luka atau sebagai pemutih gigi pada konsentrasi terukur. Dalam konsentrasi agak tinggi misalnya merek dagang Glyroxyl dijual sebagai pemutih pakaian dan disinfektan. 4.2.4. Ketersediaan bahan yang aman atau legal Sampling yang dilakukan pada awal Nopember 2005 di 6 enam lokasi penelitian menunjukkan bahwa bahan pengawet yang digunakan oleh nelayan selain es adalah garam. Menurut Suwedo H 1993 garam mempunyai daya pengawet tinggi karena garam dapat menyebabkan berkurangnya jumlah air dalam daging sehingga kadar air dan aktifitas airnya akan rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 14. Ketersediaan es dan bahan pengawet yang digunakan nelayan No Keterangan Prosentase

1. TEGAL

a. Nelayan Cantrang : 80 = 0,8 Mini purse Seine : 20 = 0,2 b. Ketersediaan es Mencukupi : 100 = 1,00 c. Bahan pengganti Tidak memakai : 100 = 1,00

2. PEKALONGAN

a. Nelayan Purse seine : 70 = 0,7 Mini purse Seine : 30 = 0,3 b. Ketersediaan es Mencukupi : 100 = 1,00 c. Bahan pengganti Garam : 30 = 0,3 Tidak memakai : 70 = 0,7

3. SEMARANG

a. Nelayan Gill net : 100 = 1,00 b. Ketersediaan es Mencukupi : 90 = 0,9 Tidak memakai : 10 = 0,1 c. Bahan pengganti Tidak memakai : 100 = 1,00

4. PATI

a. Nelayan Purse seine : 100 = 1,0 b. Ketersediaan es Mencukupi : 100 = 1,00 c. Bahan pengganti Garam : 30 = 0,3 66 No Keterangan Prosentase

5. REMBANG

a. Nelayan Mini purse seine : 40 = 0,4 Cantrang : 20 = 0,2 Dogol : 40 = 0,4 b. Ketersediaan es Mencukupi : 100 = 1,00 c. Bahan pengganti Garam : 30 = 0,3 Tidak memakai : 70 = 0,7

6. BANTUL

a. Nelayan Gill net : 100 = 1,00 b. Ketersediaan es - c. Bahan pengganti Tidak memakai : 100 = 1,00 Sumber : Data Penelitian, 2005 Hal ini menunjukkan bahwa ketersedian es yang digunakan sebagian besar sudah mencukupi 100 , hanya di Semarang yang ketersediaan es masih terbatas 90 atau masih kurang 10 dari kebutuhan operasional. Sedangkan bahan pengganti es yang digunakan dalam pengawetan ikan oleh nelayan adalah garam. Hal ini juga menunjukkan bahwa ikan segar ataupun ikan asin kering yang dikhawatirkan mengandung bahan kimia tambahan ilegal berupa formalin ternyata tidak ditemukan pada ikan yang ditangkap diawetkan oleh nelayan dari Tegal, Pekalongan, Semarang, Pati, Rembang maupun Bantul. Jadi ikan di tingkat nelayan sebenarnya tidak masalah, hanya mungkin di tingkat pengolah atau pedagang yang dengan sengaja menambah bahan kimia tambahan ilegal. Berkaitan dengan bahan pengawet makanan, penerapan rantai dingin sudah lama dilakukan oleh para nelayan, pengolah maupun pedagang. Harga es balok sampai saat ini cukup bervariasi dari Rp. 11.000-14.000 perbal. Sedangkan untuk menjaga ikan-ikan agar tetap segar, pedagang ikan di Pasar Rejomulyo harus membeli es balok seharga Rp. 12.000 perbal. Kalau dihitung untuk lima ton ikan dibutuhkan es balok sekitar 50 bal. 67 Dirjen P2HP Departemen Kelautan dan Perikanan menegaskan bahwa pemerintah akan memberikan solusi dengan menggunakan bahan pengawet yang murah dan mudah yang telah mendapatkan rekomendasi dari Departemen Kesehatan. Salah satu syaratnya adalah bahan pengawet itu aman untuk dikonsumsi. Lebih lanjut Dirjen P2HP Departemen Kelautan dan Perikanan meminta kepada pengusaha ikan untuk menerapkan sistem rantai dingin untuk mempertahankan mutu. Untuk merealisasikan hal tersebut, dalam waktu dekat pemerintah akan menggandeng pengusaha Cina untuk membangun pabrik es di dekat pelabuhan perikanan. Di tempat terpisah, anggota Komisi VI DPR RI Aria Bima mendesak pemerintah untuk segera merekomendasikan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan. Menurutnya hal ini penting mengingat industri-industri usaha kecil menengah UKM seperti tahu, mi basah, ayam potong, ikan asin, bakso, ikan segar, rentan basi atau busuk jika tanpa bahan pengawet.

4.2.5. Rantai pemasaran produk mal-praktek