85 Sedangkan untuk pengolah maupun pedagang juga bervariasi antara satu
tempat dengan tempat yang lain. Ada yang mengolah terasi, kerupuk maupun ikan asin. Tetapi ada juga yang memperdagangkan ikan segar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik berikut ini :
40 20
40 20
40 100
20 40
40 40
40 20
20 40
20 20
20 20
20 40
60 80
100 120
TGL PKL
SMG PT
RMB BTL
IKAN SEGAR IKAN ASIN
KERUPUK TERASI
Ilustrasi 8. Grafik spesifikasi pengolah dan pedagang di 6 enam lokasi penelitian
A. Pendidikan
Sampling yang dilakukan pada awal Nopember 2005 di 6 enam lokasi penelitian menunjukkan bahwa pendidikan nelayan sebagian besar adalah lulus
Sekolah Dasar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :
20 30
40 20
70 60
30 60
80 80
10 10
10 20
20 10
30 10
20 30
40 50
60 70
80 90
TGL PKL
SMG PT
RMB BTL
Tdk sekolah SD
SMP SMA
Ilustrasi 9. Grafik rerata tingkat pendidikan nelayan di 6 enam lokasi penelitian
Hal ini menunjukkan bahwa salah satu Tujuan Nasional RI untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD.1945
86 belum begitu berhasil. Apalagi dengan Program Pemerintah mengenai Pogram
Wajib Belajar 9 tahun belum berhasil di kalangan nelayan khususnya di Pantura Jateng dan DIY. Hal ini terlihat dari data yang sebagian besar adalah lulusan SD
sekitar 80 di 6 enam lokasi penelitian. Untuk dapat meningkatkan taraf pendidikan di kalangan nelayan sebaiknya pemerintah melakukan langkah-
langkah yang dapat mempercepat hal tersebut. Misalnya dengan melakukan penyelenggaraan pendidikan kejar paket atau dengan membuka kelas SMP
terbuka khususnya untuk nelayan. Tentu saja dengan fasilitas yang memadai namun dengan biaya pendidikan yang dapat dijangkau oleh kalangan nelayan.
Seperti kita ketahui bersama bahwa sebagian besar nelayan adalah kalangan yang kurang mampu.
Sampling yang dilakukan pada awal Nopember 2005 di 6 enam lokasi penelitian menunjukkan bahwa pendidikan pengolah dan pedagang sangat
bervariasi. Misalnya untuk Tegal, Pekalongan, Rembang dan Bantul sebagian besar pendidikan pengolah dan pedagang adalah lulus SLTA atau sederajat.
Sedangkan untuk Kota Semarang sebagian besar sebagian besar pendidikan pengolah dan pedagang adalah lulus SD. Apalagi untuk Pati sebagian besar besar
pendidikan pengolah dan pedagang adalah tidak sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :
87
20 20
40 20
20 70
20 20
20 20
10 20
40 60
20 20
60 80
10 20
30 40
50 60
70 80
90
TGL PKL
SMG PT
RMB BTL
Tdk sekolah SD
SMP SMA
Ilustrasi 10. Grafik rerata tingkat pendidikan pengolahpedagang Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengolah dan pedagang
lebih baik dibandingkan nelayan pada 6 enam lokasi penelitian di Pantura Jateng dan DIY. Hanya untuk tingkat pendidikan pengolah dan pedagang Semarang dan
Pati perlu ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan ketrampilan dan kemampuan dalam pengolahan dan keamanan pangan di kalangan pengolah dan pedagang
sebaiknya pemerintah melakukan langkah-langkah yang dapat mempercepat hal tersebut. Misalnya dengan melakukan penyelenggaraan penyuluhan, pembinaan
maupun pelatihan yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dalam keamanan pangan.
Menurut Zeta Rina P, 2004.menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan produsen pangan kerupuk terhadap bahan tambahan yang diperbolehkan untuk
pangan menyebabkan masih banyak ditemukan produk pangan yang mengandung bahan tambahan pewarna, pengawet yang dilarang untuk pangan.
B. Sikap kerja