Efektivitas bahan kimia tambahan ilegal

72

4.2.7. Efektivitas bahan kimia tambahan ilegal

Penggunaan formalin dalam makanan tidak bisa terlepas dari kebijakan makro, yang diterapkan Pemerintah. Kenaikan BBM yang terjadi berpengaruh kepada pendapatan nelayan. Imbas dari kebijakan tersebut terlihat pada naiknya harga produksi, seperti makin mahal dan kelangkaan solar, makin mahalnya perbekalan yang harus dibawa, maupun es batu, yang biasa digunakan oleh para nelayan untuk mengawetkan ikan. Hal itulah yang mendorong para nelayan mengambil jalan pintas, dengan menggunakan formalin untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Lembaga Perlindungan dan Pemberdayaan Konsumen LP2K tidak menampik pernyataan tersebut. Begitu juga dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Jawa menyatakan bahwa kecenderungan itu muncul setelah kenaikan harga bahan bakar minyak BBM sejak Maret 2005. Dampaknya adalah harga es balok yang biasa untuk mengawetkan ikan segar menjadi naik. Alasan lain dari penggunaan formalin oleh pengolah adalah mutu ikan asin yang diperoleh lebih bagus daripada yang menggunakan garam tanpa formalin. Menurut pengolah dari Rembang, ikan yang menggunakan formalin memiliki kenampakan lebih cerah dan tekstur dagingnya lebih tebal dan lebih kenyal, ikan juga lebih awet dan tidak ditumbuhi jamur. Pemakaian formalin juga mempercepat pengeringan dan membuat tampilan fisik tidak cepat rusak. Selain itu jika memakai formalin, rendemen ikan asin bisa mencapai 75 . Berbeda dengan rendemen yang tersisa dari ikan asin dengan menggunakan garam, hanya sekitar separuh bahkan kurang dari 50 dari berat bahan baku 73 sebelum diolah. Bila bahan bakunya satu ekor ikan 1 kg saat masih basah, setelah menjadi ikan asin hanya tinggal sekitar 0,5 kg. Menurut Pak Syamsul salah seorang pengolah, hal ini sangat merugikan karena harga jual ikan asin menggunakan satuan kilogram. Sebagaimana telah diuraikan di atas, bukti-bukti tentang hal tersebut telah diperoleh dari hasil survai di tempat-tempat para pengolah yang dikunjungi. Pada kasus penggunaan bahan formalin dalam ikan segar maupun ikan asin kering, misalnya, faktor teknis merupakan faktor yang mendorong sebagian pengolah untuk menggunakan bahan pengawet non-makanan. Penggunaan zat pengawet dilakukan oleh pengolah untuk memenuhi permintaan segmen pasar tertentu, yang menginginkan ikan yang bertekstur kenyal dan lebih tahan lama. Segi teknis yang dipertimbangkan oleh pengolah adalah efektivitas dan kualitas pengawet yang lebih baik, hal ini dimiliki oleh pengawet non makanan Dengan latar belakang tersebut banyak di antara pengolah yang kemudian mempergunakan formalin sebagai bahan pengawet untuk ikan segar maupun ikan asin ikan kering.. Sedangkan untuk kasus penggunaan boraks pada kerupuk ikan tidak ditemukan pada lokasi yang disurvei. Hal ini kemungkinan terjadi karena para pedagang dan pengolah dari aspek teknis tidak berpengaruh nyata terhadap produk yang dihasilkan. Misalnya kerupuk ikan yang dihasilkan akan menjadi lebih renyah ataupun lebih disukai konsumen. Begitu pula penggunaan rhodamin B pada terasi. 74 4.3. Analisa Ekonomi 4.3.1. Analisa ekonomi nelayan Sampling yang dilakukan pada awal Nopember 2005 di 6 enam lokasi penelitian menunjukkan bahwa margin keuntungan yang diperoleh nelayan antara 0,407 sd 1,793. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 17. Margin profit yang diperoleh nelayan No Spesifikasi Prosentase Rerata Margin Profit

1. TEGAL

a. Nelayan Cantrang 80 = 0,8 1,793 b. Nelayan Mini purse Seine 20 = 0,2 0,538

2. PEKALONGAN

a. Nelayan Purse seine 70 = 0,7 0,467 b. Nelayan Mini purse Seine 30 = 0,3 0,777

3. SEMARANG

a. Nelayan Gill net 90 = 0,9 0,427 a. Nelayan Arad 10 = 0,1 0,222

4. PATI

a. Nelayan Purse seine 100 = 1,0 0,416 5. REMBANG a. Nelayan Mini purse seine 40 = 0,4 1,730 b. Nelayan Cantrang 20 = 0,2 0,893 c. Nelayan Dogol 40 = 0,4 0,563 6. BANTUL a. Nelayan Gill net 100 = 1,00 0,619 Sumber : Data Penelitian, 2005 Hal ini menunjukkan bahwa nelayan cantrang Tegal, nelayan mini purse seine Rembang maupun nelayan cantrang Rembang mempunyai nilai margin profit di atas rata-rata nelayan yang ada di 6 enam lokasi sampling. Hal ini juga menunjukkan bahwa alat tangkap cantrang memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan alat tangkap yang lainnya.untuk 6 enam lokasi penelitian. Tentu saja produktivitas alat tangkap jumlah tangkapan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh nelayan.