61 malam, menemukan indikasi kandungan formalin dalam sampel ikan segar dan
ikan asin yang dijual di Pasar tersebut. Menurut Pengusaha ikan asal Desa Magersari Kecamatan Rembang
Kabupaten Rembang mengatakan bahwa sebagian pengusaha ikan memang menggunakan bahan formalin, tetapi tidak secara keseluruhan. Sedangkan di Kota
Solo, Dinas Kesehatan Kota DKK Surakarta menemukan ikan jambal positif mengandung formalin. Ikan jambal tersebut adalah salah satu dari sampel
makanan yang diambil dalam operasi di sejumlah pasar tradisional dan Sekolah Dasar SD. Hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Balai POM terhadap
sejumlah sampel makanan yang beresiko mengandung formalin terbukti bahwa ikan jambal terbukti positif mengandung bahan pengawet tersebut. Selain itu, juga
ditemukan pada jenis ikan yang lain. Di Pemalang, ikan kering jenis cumi-cumi dalam kemasan, ditemukan Dinas
Perindagkop dan Penanaman Modal Pemalang positif mengandung bahan pengawet formalin. Makanan yang diawetkan tersebut ditemukan di dua toserba
ternama di Pemalang. Makanan tersebut didatangkan dari sebuah produsen di Jakarta. Sementara produk perikanan dari Pemalang, justru dinyatakan tidak
mengandung bahan pengawet.
B. Boraks
. Sampling yang dilakukan pada awal Nopember 2005 di 6 enam lokasi penelitian menunjukkan bahwa hanya ada 3 tiga lokasi yang melakukan
pengolahan kerupuk ikan yaitu Pekalongan, Pati maupun Bantul. Dari hasil penelitian yang dilakukan di 3 tiga lokasi tersebut menunjukkan bahwa bahan
62 kimia tambahan ilegal berupa boraks tidak ditemukan pada kerupuk ikan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12. Tabel.12.
Kandungan bahan kimia tambahan ilegal boraks dalam kerupuk ikan
Hasil Uji No Jenis
Komoditi Tanggal Tempat Jumlah Positif Negatif
1 Kerupuk Ikan
1-11-2005 Pekalongan 2
2 3-11-2005
Pati 2
2 7-11-2005
Bantul 2
2 Jumlah
6 0 6
Sumber : Data Penelitian, 2005 Hal ini menunjukkan bahwa kerupuk ikan yang dikhawatirkan
mengandung bahan kimia tambahan ilegal berupa boraks ternyata tidak ditemukan pada kerupuk ikan yang diproduksi oleh pengolah dari Pekalongan, Pati maupun
Bantul. Seperti kita ketahui bahwa boraks dapat menimbulkan efek racun pada manusia. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung
dirasakan oleh konsumen. Menururt Winarno 1994, boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara komulatif dalam hati, otak,
testis buah zakar, sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Sedangkan pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan
menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih,
akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10-20 g atau lebih.
C. Bahan Pewarna Rhodamin B
Sampling yang dilakukan pada awal Nopember 2005 di 6 enam lokasi penelitian menunjukkan bahwa bahan kimia tambahan ilegal berupa rhodamin B
63 tidak ditemukan pada terasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini : Tabel. 13.
Kandungan bahan kimia tambahan ilegal Rhodamin B dalam terasi
Hasil Uji No Jenis
Komoditi Tanggal Tempat Jumlah Positif Negatif
1 Terasi 1-11-2005 Tegal
2 2
1-11-2005 Pekalongan 2
2 1-11-2005
Semarang 2
2 3-11-2005
Pati 2
2 3-11-2005
Rembang 2
2 7-11-2005
Bantul 2
2 Jumlah
12 0 12
Sumber : Data Penelitian, 2005 Hal ini menunjukkan bahwa terasi yang dikhawatirkan mengandung bahan
kimia tambahan ilegal berupa rhodamin B ternyata tidak ditemukan pada terasi yang diproduksi oleh pengolah dari Tegal, Pekalongan, Semarang, Pati, Rembang
maupun Bantul. Namun tetap perlu diwaspadai mengenai penggunaan rhodamin B pada terasi, bisa jadi sampel yang diambil kebetulan tidak mengandung rhodamin
B. Sebagai contoh di Kabupaten Sragen, Polres Sragen, Jumat 3012, menyita sejumlah barang bukti, selain botol bahan pewarna juga ditemukan dua jerigen
bekas tempat formalin, beberapa dan dua kilogram mi basah di sebuah industri rumah tangga. Bahan makanan yang mengandung rhodamin B sangat
membahayakan kesehatan manusia. Bahkan menurut Karyadi, dalam tulisannya mengenai memperbaiki pola makan mencegah kanker, rhodamin B dapat
merangsang timbulnya kanker hati Hartulistyoso, 1997. Sedangkan dewasa ini terdapat kecenderungan peningkatan penyakit kanker. Hingga saat ini penyakit
kanker menjadi pembunuh terbesar kedua setelah penyakit infeksi.
64
D. Hidrogen Peroksida H