EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI POKOK BAHASAN JURNAL PENUTUP DAN JURNAL

(1)

i

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT

DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

AKUNTANSI POKOK BAHASAN JURNAL PENUTUP DAN

JURNAL PEMBALIK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1

DEMPET TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Nurul Basyariyah

NIM 7101409170

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Partono Thomas, M.S. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si.

NIP 195212191982031002 NIP 197912082006042002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dra. Nanik Suryani, M.Pd. NIP. 195604211985032001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Tanggal :

Penguji

Drs. Subkhan

NIP 195003271978031002

Anggota I Anggota II

Dr. Partono Thomas, M.S. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si.

NIP 195212191982031002 NIP 197912082006042002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Agustus 2013

Nurul Basyariyah NIM 7101409170


(5)

v

Siapa yang memiliki ilmu lalu memanfaatkannya dan memberi manfaat kepada orang lain samalah ia dengan menerangi dirinya dan orang lain dalam keadaan ia bercahaya. (Al-Ghozali)

Persembahan

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Ayah, Ibu, kekasihku, adik-adikku dan keluarga besarku, terimakasih untuk doa, dukungan dan limpahan kasih sayangnya.

2. Guru dan Dosenku, terimakasih atas dedikasinya. 3. Pak Herman Rahardja dan Bu Christine Rahardja serta

teman-temanku di Lind’s Ice Cream & Resto Papandayan terima kasih atas motivasinya.

4. Sahabat-sahabatku terimakasih semangatnya. 5. Almamaterku Universitas Negeri Semarang.


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooeratif Tipe STAD (Student Team

Achievement Divisions) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Pokok

Bahasan Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Dempet Tahun Ajaran 2012/2013”.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata I (satu) guna meraih gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi. Atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini, maka penyusun menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk memperoleh pendidikan di UNNES.

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.

3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

4. Dr. Partono Thomas, M.S, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

5. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Subkhan, dosen penguji yang telah menguji serta memberikan masukan, kritik dan saran.

7. Sholikhin, S.Pd Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Dempet yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Maskanah, S.Pd, Guru Akuntansi SMA Negeri 1 Dempet yang telah membantu dan membimbing selama proses penelitian.

9. Siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Dempet yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi mahasiswa pendidikan akuntansi pada khususnya.

Semarang, Agustus 2013


(8)

viii SARI

Basyariyah, Nurul. 2013. “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik Siswa Kelas XI SMA Negeri I Dempet Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonimi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. Partono Thomas, M.S. Pembimbing II. Rediana Setiyani. S.Pd, M.Si.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions), Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Harapannya dalam proses KBM siswa berperan aktif, memahami materi yang diajarkan dan saat evaluasi siswa memperoleh hasil belajar di atas standart nilai KKM. Data nilai siswa kelas XI IPS pada pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik menunjukkan masih banyak yang belum mencapai KKM. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa materi pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik perlu inovatif model pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) menjadi salah satu model pembelajaran yang diharapkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) efektif dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi dan hasil belajar akuntansi lebih tinggi dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dempet tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari 4 kelas sebanyak 126 siswa. Sampel penelitian diambil dengan metode pengundian yang kemudian didapat kelas XI IPS 3 kelas eksperimen dan XI IPS 4 sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data yaitu dengan tes dan observasi. Pengujian H1 yaitu menggunakan uji paired sample t-tets dan uji H2 menggunakan independent sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) dilihat dari rata-rata nilai pre-test yaitu 60 dan post-test sebesar 81,9 pada kelas eksperimen. Selain itu menunjukkan bahwa hasil rata-rata nilai post-test kelas eksperimen sebesar 81,9 lebih tinggi dibandingkan post-test kelas kontrol sebesar 77,7.

Saran dari penelitian ini diharapkan agar guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) karena terbukti efektif meningkatkan hasil belajar akuntansi pada pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik. Siswa diharapkan lebih memperdalam materi yang belum dikuasai.


(9)

ix ABSTRACT

Basyariyah, Nurul. 2013. The Effectiveness of Aplication Cooperative Studying Model Type Student Team Achievement Divisions (STAD) to The Learning Outcomes of Eleven Grade of Social Senior High School 1 Dempet Student The Explanation Point of Closed Journal and Reversing Journal Year 2012/2013. Final Project. Education Of Economics Departement. Faculty of Economics. Semarang State University. Advisor I. Dr. Partono Thomas, M.S. Co. Advisor. Rediana Setiyani, S.Pd, M,Si.

Keywords: Learning Outcomes, Cooperative Studying Model Type Student Team Achievement Divisions (STAD), The Explanation Point of Closed Journal and Reversing Journal.

The success of a learning process in school can be seen from the result of learning which obtained by students. The expectations in learning and teaching process are the students can be active, understand the materials or lessons given, and student get the result above KKM standart in evaluation. Data of the value of a student XI of Social closed journal and reversing journal subject shows that there are many of whom have not reached KKM yet. It becomes an indication that the closed journal and reversing journal subject needs innovative model of learning in order students get more easily understanding the subject. A model of Student Team Achievement Divisions (STAD) becomes one of a learning model which is expected to be an effective in increasing the result of the study to students. The purpose in this research is to find out: the application of Student Team Achievement Divisions (STAD) be able increasing result of the study in accounting and increasing is more effective result of the study in accounting than using conventional classroom lectures.

This research uses quasi eksperiment method. The population in this research is the whole grade XI Social class in SMA N 1 Dempet year 2012/2013, which consisted of four classes of as much as 126 students. Research samples taken with the draw method which later acquired class XI IPS 3 as experimental class and XI IPS 4 as the class control. The method of data collection is by testing and observing. H1 testing i.e. using paired samples t-test tets and test H2 using independent sample t-test.

The results showed that there is an increasing learning results after treating with a Student Team Achievement Divisions (STAD) as seen from the average value of pre-test i.e. 60 and post-test of 81,9 on the experimental class. In addition it showed that the average value of the results of the post-test experiment class of 81,9 is higher than post-test of control class 7,77.


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Hasil Belajar ... 13

2.1.1 Definisi Belajar ... 13


(11)

xi

2.1.3 Prinsip Belajar ... 17

2.1.4 Hasil Belajar ... 18

2.2 Pembelajaran ... 21

2.2.1Definisi Pembelajaran ... 21

2.2.2Efektifitas Pembelajaran ... 22

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 23

2.3.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

2.3.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 31

2.4 Model Pembelajaran Konvensional ... 33

2.5 Kajian Pembelajaran Akuntansi ... 34

2.5.1 Pembelajaran Akuntansi ... 34

2.5.2 Pokok Bahasan Jurnal Penutup dan Pembalik ... 36

2.5.2.1 Jurnal Penutup ... 36

2.5.2.2 Jurnal Pembalik ... 38

2.6 Kerangka Berfikir ... 40

2.7 Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 47

3.2 Populasi dan Sampel ... 48

3.2.1 Populasi ... 48

3.2.2 Sampel ... 50


(12)

xii

3.4 Prosedur Penelitian ... 52

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 61

3.6Analisis Instrumen Penelitian ... 61

3.6.1 Uji Validitas ... 61

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 63

3.6.3 Uji Daya Pembeda ... 63

3.6.4 Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 65

3.7 Metode Analisis Data ... 66

3.7.1 Analisis Data Deskriptif ... 66

3.7.2 Analisis Data Hasil Belajar Sebelum Perlakuan (Pre test) ... 69

3.7.3 Analisis Data Hasil Belajar Setelah Perlakuan (Post test) ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 72

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 72

4.1.2 Tahap pelaksanaan Penelitian ... 72

4.1.3 Pelaksanaan Pembelajaran ... 74

1) Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 74

2) Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Kontrol ... 77

4.1.4 Analisis Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 78

4.1.5 Deskripsi Hasil Pre-Test dan Post-Test ... 80

1) Hasil Pre Test... 80

2) Hasil Post Test ... 81


(13)

xiii

4.1.7 Deskripsi Hasil Pembelajaran Eksperimen ... 83

4.1.8 Analisis Data ... 84

1) Analisis Data Pre Test ... 84

2) Analisis Data Post Test ... 86

3) Uji Hipotesis ... 88

4.2 Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP 5.1Simpulan ... 100

5.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Nilai Siswa SMA Negeri 1 Dempet Kelas XI IPS Tahun 2011/2012 Pokok Bahasan Jurnal Penutup dan

Jurnal Pembalik………. ... 4

Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Kooperatif ... 26

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif STAD ... 32

Tabel 2.3 Fase Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 33

Tabel 2.4 Kolom Jurnal Penutup Akun Pendapatan ... 37

Tabel 2.5 Kolom Jurnal Penutup Akun Beban... 37

Tabel 2.6 Kolom Jurnal Penutup Akun Laba ... 38

Tabel 2.7 Kolom Jurnal Penutup Akun Rugi ... 38

Tabel 2.8 Kolom Jurnal Penutup Akun Prive ... 38

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Desain ... 48

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dempet ... 49

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Data Populasi ... 49

Tabel 3.4 Hasil Uji Homogenitas Data Populasi ... 50

Tabel 3.5 Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 55

Tabel 3.6 Pembelajaran Kelas Kontrol ... 58

Tabel 3.7 Distribusi Validitas Item Soal ... 62

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 63

Tabel 3.9 Distribusi Daya Pembeda Soal ... 64


(15)

xv

Tabel 3.11 Kriteria Keaktifan Siswa ... 68

Tabel 4.1 Tahapan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 74

Tabel 4.2 Tahapan Pertemuan Kelas Kontrol ... 77

Tabel 4.3 Aspek Penilaian Aktivitas Siswa ... 79

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Aktivitas Siswa ... 79

Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Pre Test ... 80

Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Post Test ... 81

Tabel 4.7 Hasil Desain Nonequivalent Control Group Design... 82

Tabel 4.7 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dilihat dari Rata-rata Nilai Pre Test dan Nilai Post Test ... 82

Tabel 4.9 Deskripsi Peningkatan Hasil Pembelajaran di Kelas Eksperimen 83

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pre Test ... 84

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Pre Test ... 85

Tabel 4.12 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 86

Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Post Test ... 86

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Post Test ... 87

Tabel 4.15 Hasil Uji Paired Sample t test ... 89

Tabel 4.16 Hasil Uji Independent Sample t test ... 91

Tabel 4.17 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 92


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 45


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 DAFTAR NILAI ULANGAN JURNAL PENUTUP DAN

JURNAL PEMBALIK TAHUN 2011/2012 KELAS XI IPS I .... 106 Lampiran 2DAFTAR NILAI ULANGAN JURNAL PENUTUP DAN

JURNAL PEMBALIK TAHUN 2011/2012 KELAS XI IPS 2 ... 107 Lampiran 3DAFTAR NILAI ULANGAN JURNAL PENUTUP DAN

JURNAL PEMBALIK TAHUN 2011/2012 KELAS XI IPS 3 ... 108 Lampiran 4 DAFTAR NILAI ULANGAN JURNAL PENUTUP DAN

JURNAL PEMBALIK TAHUN 2011/2012 KELAS XI IPS 4 ... 109 Lampiran 5 DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN SISWA POKOK

BAHASAN LAPORAN KEUANGAN KELAS XI IPS 1

TAHUN 2012/2013 ... 110 Lampiran 6 DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN SISWA POKOK

BAHASAN LAPORAN KEUANGAN KELAS XI IPS 2

TAHUN 2012/2013 ... 111 Lampiran 7 DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN SISWA POKOK

BAHASAN LAPORAN KEUANGAN KELAS XI IPS 3

TAHUN 2012/2013 ... 112 Lampiran 8 DAFTAR NILAI ULANGAN HARIAN SISWA POKOK

BAHASAN LAPORAN KEUANGAN KELAS XI IPS 4

TAHUN 2012/2013 ... 113 Lampiran 9 DAFTAR KELAS UJI COBA ... 114


(18)

xviii

Lampiran 10 DAFTAR NAMA SISWA KELAS EKSPERIMEN ... 115

Lampiran 11 DAFTAR NAMA SISWA KELAS KONTROL ... 116

Lampiran 12 HASIL ANALISIS DATA POPULASI ... 117

Lampiran 13 SILABUS PEMBELAJARAN ... 118

Lampiran 14 RPP KELAS EKSPERIMEN ... 124

Lampiran 15 RPP KELAS KONTROL ... 139

Lampiran 16 KISI-KISI INSTRUMENT... 144

Lampiran 17 INSTRUMENT ... 145

Lampiran 18 KUNCI JAWABAN ... 157

Lampiran 19 VALIDITAS BUTIR SOAL ... 158

Lampiran 20 RELIABILITAS BUTIR SOAL ... 161

Lampiran 21 CONTOH PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN SOAL (P) ... 162

Lampiran 22 CONTOH PERHITUNGAN DAYA BEDA SOAL (D) ... 163

Lampiran 23 HASIL ANALISIS TINGKAT KESUKARAN DAN DAYA PEMBEDA SOAL ... 164

Lampiran 24 NILAI PRE TEST KELAS KONTROL ... 168

Lampiran 25 NILAI PRE TEST KELAS EKSPERIMEN ... 169

Lampiran 26 NILAI POST TEST KELAS KONTROL ... 170

Lampiran 27 NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN ... 171

Lampiran 28 HASIL PENINGKATAN PEMBELAJARAN PADA KELAS EKSPERIMEN ... 172


(19)

xix

Lampiran 30 LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS

SISWA KELAS EKSPERIMEN (Pertemuan ke-2) ... 174

Lampiran 31 LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA KELAS EKSPERIMEN (Pertemuan ke-3) ... 176

Lampiran 32 LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA KELAS KONTROL (Pertemuan ke-2) ... 178

Lampiran 33 LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA KELAS KONTROL (Pertemuan ke-3) ... 180

Lampiran 34 HASIL UJI NORMALITAS PRE TEST KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN ... 182

Lampiran 35 HASIL UJI HOMOGENITAS PRE TEST KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN ... 183

Lampiran 36 UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN ... 184

Lampiran 37 HASIL UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS POST TEST KELAS KONTROL DAN EKSPERIMEN... 185

Lampiran 38 UJI HIPOTESIS 1 ... 187

Lampiran 39 UJI HIPOTESIS 2 ... 188

Lampiran 40 DOKUMENTASI PENELITIAN... 189

Lampiran 41 DAFTAR NAMA KELOMPOK KELAS EKSPERIMEN ... 195

Lampiran 42 POINT KEMAJUAN ... 196

Lampiran 43 LEMBAR RANGKUMAN TIM ... 197


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi yang utama untuk kehidupan bangsa. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan anak bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut maka setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses panjang yang salah satu unsur pokoknya adalah kegiatan belajar. Menurut Hamalik (2008:154) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Sedangkan menurut Rusman (2012:1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar mengandung dua pokok pengertian, yaitu proses dan hasil belajar. Proses disini dimaknai sebagai suatu kegiatan untuk mencapai perubahan tingkah laku, sedangkan perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar.


(21)

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh akibat proses pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2006:3) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evalusi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sedangkan menurut Hamalik (2008:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Berbeda dengan Hamalik, menurut Suprijono (2012:5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Berdasarkan teori taksonomi Bloom (dalam Suprijono, 2012:06), hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, pertama ranah kognitif yaitu yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Kedua, ranah afektif yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai/komplek nilai. Ketiga, ranah psikomotorik yang meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, kooordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa sekolah tingkat SMA/MA atau sederajat. Tujuannya untuk membekali siswa dengan berbagai kompetensi dasar akuntansi agar dapat digunakan sebagai bekal melanjutkan studi ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat.


(22)

Pembelajaran akuntansi di SMA/MA atau sederajat mengkaji materi yang paling dasar, yaitu akuntansi sebagai suatu sistem informasi sampai dengan akuntansi perusahaan jasa dan akuntansi perusahaan dagang.

Pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik sebenarnya bukan merupakan materi yang sulit, namun dituntut keketelitian dan kecermatan dalam penyelesaian kasus-kasusnya. Jurnal penutup merupakan jurnal untuk memindahbukukan/menutup akun-akun nominal ke akun riil. Sedangkan jurnal pembalik adalah jurnal yang dibuat pada awal periode akuntansi berikutnya untuk membalik akun-akun yang ada di jurnal penyesuaian yang menimbulkan perkiraan riil baru. Jurnal pembalik tidak wajib dibuat, meskipun tercantum dalam siklus akuntansi. Jurnal pembalik dibuat dengan tujuan agar pencatatan pada periode selanjutnya dapat dilakukan secara wajar sesuai dengan sistem akuntansi yang dipakai perusahaan.

Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar, karena hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Kenyataan yang terjadi pada saat ini adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena ditemukan keragaman masalah dalam pembelajaran. Keragaman masalah yang dimaksud diantaranya, siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Siswa jarang bertanya ataupun mengutarakan ide, walaupun guru seringkali meminta siswa menanyakan hal-hal yang belum difahami. Keaktifan untuk mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga kurang dan biasanya siswa hanya menulis jawaban setelah soal selesai dikerjakan oleh guru.


(23)

Permasalahan lain yang sering ditemukan pada saat ini adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pada pembelajaran akuntansi, dominasi guru masih sangat tinggi, pengorganisasian siswa cenderung searah serta klasikal dan guru jarang memperhatikan aktivitas siswa. Hasil belajar yang kurang optimal juga dialami oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dempet. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan khususnya pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik pada tahun ajaran sebelumnya, ditemukan masih banyak siswa yang nilainya kurang dan dibawah batas tuntas atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah sebesar 70 hal ini didukung oleh data yang diperoleh peneliti dari guru mata pelajaran akuntansi Drs. Rusmin pada tanggal 14 Februari 2013 sebagai berikut,

Tabel 1.1.

Data Ketuntasan Belajar Siswa dari Nilai Ulangan Harian Pokok Bahasan Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik Semester Genap Tahun 2011/2012

No elas KKM Rata - rata kelas

iswa untas

iswa Belum

Tuntas

umlah Siswa er Kelas

1 XI.IS.1 70 68,33 16 20 36

2 XI.IS.2 70 68,39 15 21 36

3 XI.IS.3 70 68,28 15 20 35

4 XI.IS.4 70 67,82 15 19 34

Jumlah 71 80 151

Sumber: Guru mapel ekonomi (akuntansi) kelas XI SMA Negeri 1 Dempet (lampiran 1-4)

Berdasarkan data diatas, diketahui Kriteria Ketuntansan Minimal (KKM) adalah 70 untuk mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS. Dari data tersebut,


(24)

diketahui ada sebanyak 71 siswa (41%) yang mendapatkan nilai ≥70 , sedangkan 80

siswa (59%) masih mendapatkan nilai dibawah 70 atau dibawah KKM, rata-rata kelasnya pun tergolong rendah yakni antara 67-68 dan masih dibawah KKM.

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Purwanto (2010:107) mendefinisikan hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Faktor dari dalam (intern) diantaranya: kondisi fisik, kondisi panca indera, bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Sedangkan faktor dari luar (ekstern) meliputi: kondisi alam, kondisi sosial, kurikulum, bahan pelajaran, guru/pengajar, metode dan media pembelajaran, sarana dan fasilitas, serta administrasi/manajemen sekolah.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan metode ceramah, karena bagaimanapun bagusnya sebuah model pembelajaran didalamnya pasti mengandung ceramah/penjelasan dari guru. Dalam metode ceramah sistem pembelajaran biasanya berpusat pada guru (teacher center) sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran menjadi kurang. Guru ekonomi (akuntansi) di SMA Negeri 1 Dempet juga sudah menerapkan metode ceramah dengan sangat baik. Guru mempunyai kemampuan menerangkan pelajaran dan mentransformasikan ilmu dengan baik, namun karena metode ceramah yang digunakan cenderung terus menerus digunakan, akibatnya siswa menjadi bosan dalam mengikuti pembelajaran.


(25)

Menurut Djamarah dan Zain (2006:158) penggunaan metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak didik. Pada suatu kondisi tertentu anak didik akan merasa bosan dengan model pembelajaran yang terus menerus digunakan tanpa diadakan variasi. Sebagai hasil dari proses pembelajaran, hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran yang baik akan memberikan hasil yang maksimal, begitu juga sebaliknya. Komponen yang terdapat dalam proses pembelajaran seperti model pembelajaran yang digunakan oleh guru juga berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Menciptakan kondisi belajar yang efektif, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tidak monoton sehingga memunculkan minat siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Salah satu alternatif model pembelajaran yang terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Menurut Slavin (2010:9) yang melatar belakangi pembelajaran kooperatif adalah apabila siswa ingin timnya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya. Seringkali siswa mampu menjelaskan gagasan yang sulit satu sama lain dengan menerjemahkan bahasa yang digunakan guru ke dalam bahasa anak-anak.

Model pembelajaran kooperatif sebenarnya ada berbagai macam, diantaranya: model STAD, model jigsaw, investigasi kelompok (group

investigation), membuat pasangan (make a match), TGT (teams games


(26)

together), two stay two stray, bamboo dancing, dan sebagainya. Kesemua model pembelajaran kooperatif tersebut intinya sama, dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja sama untuk memahami suatu bahan pelajaran.

Menurut Slavin (2010:143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Fase pertama dalam model ini adalah penyajian kelas oleh guru, tim, pemberian kuis, skor kemajuan individual dan yang terakhir adalah rekognisi tim. Namun dalam prakteknya, fase-fase model pembelajaran ini dapat dimodifikasikan atau ditambah juga dengan penyampaian tujuan dan motivasi kepada siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai kriteria yang tepat dan sama dengan materi yang diajarkan. Dimana materi jurnal penutup dan jurnal pembalik menuntut siswa agar tidak hanya menghitung, tetapi juga menganalisis akun-akun apa saja yang perlu dimasukkan dalam jurnal penutup dan jurnal pembalik. Bertanya kepada teman sebaya dan berdiskusi kelompok untuk mendapat kejelasan terhadap apa yang disampaikan guru bagi siswa tentu akan lebih mudah untuk dipahami. Diskusi dalam kelompok kecil ini akan efektif bagi siswa dalam memahami materi dan memecahkan permasalahan.

Model pembelajaran tipe STAD juga mempunyai banyak keunggulan diantaranya, dalam model pembelajaran ini siswa memiliki dua tanggung jawab belajar, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan belajar untuk membantu


(27)

kelompoknya (Rusman, 2012:203). Adanya penghargaan dari guru akan memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran serta persaingan dikelas menjadi lebih hidup. Mengurangi individualisme siswa, karena semua siswa harus bekerja sama dengan kelompok mereka. Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan dalam pembelajaran ekonomi (akuntansi) di SMA Negeri 1 Dempet, sehingga dapat dijadikan sebagai alternative bagi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik pada khususnya.

Berbagai tinjauan empiris telah membuktikan bahwa STAD menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan hasil belajar, Majoka (2010) dengan

penelitiannya yang berjudul “Student Team Achievement Division (STAD) as an active learning strategy: Empirical Evidence from Mathematics Classroom ” diketahui metode STAD diindikasikan lebih efektif meningkatkan hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional. Senada dengan

penelitian diatas, penelitian Wyk (2012) dengan judul “The Effects of STAD-Cooperative Learning Methode on Student Achievement, Attitude and Motivation in Economics Education” dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode STAD hasil, sikap dan motivasi belajar siswa menjadi lebih baik.

Kusmuriyanto dan Burhan (2009) dengan judul penelitian “Implementasi Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD ) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Produktif Kompetensi

Mengelola Kartu Piutang” didapatkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran


(28)

belajar kognitif siswa yaitu terbukti dengan perolehan nilai tes dari masing-masing siklus yang mengalami peningkatan.

Selain penelitian diatas, Ilmi (2010) dengan skripsi berjudul “Penerapaan

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Jurnal Umum Kelas X Akuntansi SMK Negeri

1 Demak” yang hasilnya menunjukkan bahwa hasil pre-test presentase ketuntasan hasil belajar siswa adalah 36,84% dan pada akhir siklus I ketuntasan belajar siswa 74%, pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat 80% dan pada siklus III mengalami peningkatan lagi 95%. Sedangkan hasil post test presentase ketuntasannya mencapai 100%. Hal ini berarti pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada bahasan pokok jurnal umum.

Kurniati (2011) dalam penelitiannya “Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Khusus Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Batang Tahun Ajaran 2011/2012” dihasilkan kesimpulan terdapat perbedaan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata kelas eksperimen 86,70 sedangkan kelas kontrol 80,36.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti sekarang ini adalah pada lokasi penelitian dan materi atau pokok bahasan yang akan diteliti. Penelitian Ilmi (2010) dilakukan di SMK Negeri 1 Demak, kelas X Akuntansi dengan pokok bahasan Jurnal Umum Sedangkan peneliti akan melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Dempet, kelas XI IPS sebagai objek penelitiannya dengan pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik. Kurniati (2011) melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Batang kelas XII IPS, pokok


(29)

bahasan jurnal khusus sedangkan peneliti akan melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Dempet, kelas XI IPS dengan pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik.

Berdasarkan uraian diatas dan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik yang masih rendah atau

dibawah KKM peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Dempet Tahun Ajaran 2012/2013”.

2.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) efektif dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dempet tahun ajaran 2012/2013?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) efektif meningkatkan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dempet tahun ajaran 2012/2013 menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional?


(30)

2.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) efektif dalam meningkatkan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dempet tahun ajaran 2012/2013?

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) efektif meningkatkan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Dempet tahun ajaran 2012/2013 menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional?

2.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).


(31)

Bagi siswa, diharapkan dapat memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran agar tidak jenuh dan tidak bosan sehingga hasil belajar yang dicapai dapat lebih optimal.

Bagi guru, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, juga diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih dan mengaplikasikan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran.

Sedangkan bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan masukan terkait dengan model pembelajaran yang lebih bervariatif dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Hasil Belajar 2.1.1 Definisi Belajar

Belajar mempunyai banyak definisi, jika terdapat sekian ahli maka terdapat juga sekian definisi belajar yang dikemukakan. Hal ini terjadi karena apa yang disebut perbuatan belajar itu bermacam-macam, ada beberapa aktivitas yang menurut sebagian orang disebut perbuatan belajar namun menurut orang lain bukan. Menurut Hamalik (2008:154) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman. Sedangkan menurut Rusman (2012:1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar mengandung dua pokok pengertian, yaitu proses dan hasil belajar. Proses disini dimaknai sebagai suatu kegiatan untuk mencapai perubahan tingkah laku, sedangkan perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar.

Rifa’i dan Anni (2009:82) menyatakan bahwa belajar merupakan proses

penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Beberapa tokoh pendidikan juga mempunyai pandangan yang berbeda mengenai belajar. Gage

dan Berliner dalam Rifa’i dan Anni (2009:82) menyatakan bahwa merupakan

proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari

pengalaman. Sedangkan menurut Morgan et. Al dalam Rifa’i dan Anni


(33)

(2009:82) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik dan pengalaman. Dari penjelasan diatas, tampak bahwa belajar mengandung tiga unsur utama yaitu, adanya perubahan perilaku, perubahan perilaku itu karena didahului oleh proses pengalaman, serta

perubahan tersebut sifatnya permanen (Rifa’i dan Anni, 2009:82-83).

Harold Spears dalam Suprijono (2012:2) menyatakan “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. Yang berarti belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Sedangkan

Cronbach dalam Suprijono (2012:3) mengemukakan “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience” yang artinya, belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan segala sesuatu yang dilakukan seseorang untuk mengubah perilaku yang semula tidak bisa menjadi bisa, melalui pengalaman yang dapat diterapkan dalam kehidupannya dimana perubahan tersebut bersifat permanen.

2.1.2 Teori Belajar

Teori belajar merupakan seperangkat prinsip-prinsip dan pandangan para ahli yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan pendidikan. Menurut Suprijono (2012:15) fungsi teori dalam belajar adalah sebagai kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar, rujukan dalam menyususn RPP, mendiagnosis masalah dalam kegiatan belajar, mengkaji kejadian belajar


(34)

dalam diri seseorang, serta untuk mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.

Rifa’i dan Anni (2009:105-155) mengemukakan beberapa pendapat terkait dengan teori belajar yaitu, teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar humanistik.

a. Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang sifatnya permanen. Perubahan perilaku yang dimaksud

dapat berupa perilaku yang tampak dan tidak tampak (Rifa’i dan Anni 2009:105).

Perilaku yang tampak misalnya kemampuan membaca, menulis, menghitung dan sebagainya. Perilaku yang tidak nampak seperti, menghayal, berfikir, dan menganalisis.

Aspek penting yang dikemukakan dalam aliran behavioristik adalah hasil belajar itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia, tetapi karena faktor

stimulus yang menimbulkan respon (Rifa’i dan Anni 2009:106). Skinner dalam Rifa’i dan Anni (2009:106) menyatakan bahwa perubahan perilaku sebagai hasil

belajar yang disebabkan oleh faktor kematangan bukan dinyatakan sebagai hasil belajar. Jadi yang ditekankan dalam teori behavioristik adalah aspek stimulus, bukan aspek internal seperti kecerdasan atau kematangan anak. Dalam pandangan behavioristik tidak ada anak yang pandai atau tidak pandai karena proses belajar dipengaruhi oleh stimulus.


(35)

Teori belajar yang merupakan bagian dari teori belajar behavioristik adalah kondisioning klasik, operant conditioning, modelling and observartional learning. koneksionisme, modifikasi perilaku kognitif dan teori belajar kondisioning.

b. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif lebih memandang bahwa perubahan perilaku manusia tidak ditentukan oleh faktor stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan lebih ditentukan oleh faktor yang ada dalam dirinya. Pada teori belajar ini, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni

proses pengolahan informasi (Rifa’i dan Anni, 2009:128).

Teori belajar yang merupakan bagian dari teori belajar kognitif adalah teori belajar konstruktivistik. Dalam teori ini pendidik tidak dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik, sebaliknya peserta didiklah yang harus

mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri (Rifa’i dan Anni, 2009:128).

Teori konstruktivistik mengasumsikan bahwa siswa dapat berfikir sendiri untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa yang terlibat langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama konsep yang telah dipelajari.

Berdasarkan teori belajar yang telah dijelaskan diatas, penelitian ini didasarkan kepada teori belajar konstuktivistik yang bersumber dari teori belajar kognitif. Karena dalam penelitian ini siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah, mencari jawaban dan membuat keputusan, sehingga siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.


(36)

c. Teori Belajar Humanistik

Fokus utama dalam teori belajar humanistik adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara-cara belajar (learning how to learn), dan

meningkatkan kreativitas dan semua potensi peserta didik (Rifa’i dan Anni,

2009:143).

Teori belajar humanistik mengkombinasikan metode pembelajaran individual dan kelompok kecil. Namun, pendekatan ini juga mengharuskan perubahan status guru yang mempunyai pengetahuan lebih menjadi sama statusnya dengan siswa. Oleh karena itu, pendekatan humanistik kurang menekankan pada kurikulum standar, perencanaan pembelajaran, ujian dan segala hal yang ada diterapkan di sekolah formal, termasuk kewajiban hadir di sekolah. Pendekatan humanistik ini cocok untuk diterapkan pada sistem pendidikan informal.

2.1.3 Prinsip Belajar

Seorang guru perlu memerhatikan beberapa prinsip belajar didalam melaksanakan proses belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar menurut Suprijiono (2012:4) dibagi kedalam tiga macam, yaitu prinsip pertama adalah perubahan perilaku, prinsip kedua adalah belajar merupakan proses dan prinsip ketiga adalah belajar merupakan bentuk pengalaman.

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:


(37)

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. 3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidupnya. 4. Positif atau berakumulasi.

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan. 6. Permanen atau tetap.

7. Bertujuan dan terarah.

8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Prinsip kedua, belajar merupakan proses. Belajar merupakan proses sistemik yang dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Prinsip ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Proses belajar mengajar yang terjadi pada diri siswa dapat dilihat dari perbedaan perilaku sebelum dan setelah berada di dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar akan terlaksana dengan baik apabila dilandasi dengan prinsip-prinsip belajar, karena dengan berpedoman pada prinsip belajar akan menjadi terarah sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari belajar.

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh akibat proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar (Rifa’i dan Anni,


(38)

siswa tergantung pada apa yang dipelajari. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan tentang konsep.

Dimyati dan Mudjiono (2006:3) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evalusi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sedangkan menurut Hamalik (2008:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Berbeda dengan Hamalik, menurut Suprijono (2012:5) hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:5-6), hasil belajar berupa: a. Informasi verbal

Didefinisikan sebagai kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan.

b. Kemahiran intelektual

Didefinisikan sebagai kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.


(39)

Didefinisikan sebagai kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik

Didefinisikan sebagai kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap

Didefinisikan sebagai kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tertentu.

Benyamin S. Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2009:86-91) menyampaikan bahwa hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotorik (psycomotoric domain).

1) Ranah Kognitif meliputi,

a. Pengetahuan, didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi peserta didikan.

c. Penerapan, mengacu pada kemampuan menggunakan materi peserta didikan yang telah dipelajari didalam situasi baru yang kongkret. d. Analisis, mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam

bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur konkretnya.

e. Sintesis, kemampuan menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru.

f. Penilaian, mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi peserta didikan untuk tujuan tertentu.

2) Ranah Afektif meliputi,

a. Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu.


(40)

c. Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri peserta didik.

d. Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai, dan mulai menciptakn sistem nilai yang konsisten secara internal.

e. Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki sitem nilai yang mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

3) Ranah Psikomotorik meliputi,

a. Persepsi, berkaitan dengan penggunaan organ pebginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

b. Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu.

c. Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal didalam belajar keterampilan kompleks.

d. Gerakan terbiasa, tindakan kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.

e. Gerakan kompleks, berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. f. Penyesuaian

g. Kreativitas

2.2 Pembelajaran

2.2.1 Definisi Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari (Suprijono, 2012:13). Sementara itu Briggs dalam Sugandi (2006:9) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedimikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.

Beberapa teori belajar juga mendeskripsikan definisi pembelajaran, diantaranya:


(41)

a. Menurut teori belajar behavioristik pembelajaran merupakan usaha guru untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar.

b. Menurut teori belajar kognitif pembelajaran merupakan cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari.

c. Menurut teori belajar humanistik pembelajaran merupakan usaha memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sugandi, 2006:9)

2.2.2 Efektifitas Pembelajaran

Kata efektif merujuk pada kegiatan yang dapat membawa hasil, berhasil guna dalam tindakan maupun usaha. Sedangkan menurut Said dalam Muhli (2011) Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusahan melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan menurut Mulyasa (2007) efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Muhli (2011) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Sebuah model pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai.


(42)

Menurut Firman dalam Muhli (2011) keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri,

a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.

c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Efektifitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada ketuntasan belajar, dimana menurut Djamarah dan Zain (2006:107) terdapat tiga tingkatan keefektifan suatu proses pembelajaran yaitu,

a. Istimewa atau maksimal yaitu apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali atau optimal apabila sebagian besar (76% sampai dengan 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai oleh siswa.

c. Baik atau minimal yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% sampai dengan 75% saja yang dikuasai siswa.

Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran. Selain itu model pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas yang mendapatkan perlakuan (kelas eksperimen) dengan kelas yang tidak mendapatkan perlakuan (kelas kontrol).

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif 2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran


(43)

Joyce dan Weil dalam Sugandi (2006:103) mengemukakan “A model of teaching is a plan or pattern that can be used to shape curriculums (long term cource of studies) to design instructional materials, and to guide instruction in the classroom and other setting” yang berarti model pembelajaran merupakan rencana pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pembelajaran atau setting yang lainnya.

Rusman (2012:136) mengemukakan beberapa ciri-ciri model pembelajaran, diantaranya:

a. Model pembelajaran itu berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

b. Mempunyai misi atau tujuan tertentu.

c. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, system social dan system pendukung.

e. Memiliki dampak sebagai terapan model pembelajaran.

f. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Menurut kajian terhadap berbagai model mengajar dalam berbagai bidang studi, Joyce dan Weil dalam Sugandi (2006:104-105) mengklasifikasikan model pembelajaran menjadi empat rumpun, yaitu:

a. Model Pemrosesan Informasi, model ini menekankan proses pembentukan tingkah laku dalam hal cara-cara memperoleh dan mengorganisir data, memikirkan dan memecahkan masalah, serta penggunaan simbol verbal/bahasa.

b. Model Pembelajaran Personel, model ini menekankan proses pengembangan pribadi dan berusaha menggalakkan kemandirian yang bersifat produktif sehingga menjadi sadar dan bertanggung jawab terhadap dirinya.


(44)

c. Model Interaksi Sosial, model ini menekankan pada hubungan individu dan lingkungan sosialnya.

d. Model Modifikasi Tingkah Laku, model ini menekankan pada perilaku yang terobservasi metode bagaimana memanipulasi penguatan.

2.3.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk dapat bekerja sama dengan siswa lainnya. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan yang positif antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.

Menurut Rusman (2012:202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelmpok yang bersifat heterogen. Dalam model ini guru lebih berperan sebagai fasilitator karena yang harus berperan aktif dalam pembelajaran adalah siswa.

Senada dengan pendapat diatas, Slavin (2010:4-5) mengemukakan bahwa, Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Ada banyak alasan yang melatar belakangi pentingnya implementasi model pembelajaran kooperatif, diantaranya: Model pembelajaran kooperatif


(45)

mampu meningkatkan prestasi siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok biasa. Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2012:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Ada lima unsur yang harus diterapkan yaitu, saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antar anggota, dan pemrosesan kelompok.

Menurut Suprijono (2012:65), ada 6 fase model pembelajaran kooperatif: Tabel 2.1 Fase pembelajaran kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan menyiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Fase 2: Present Information Menyajikan Informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal.

Fase 3: Organize students into learning teams

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan


(46)

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien Fase 4:Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Sumber: Suprijono (2012:65)

Slavin (2010:9-17) menyebutkan beberapa macam model pembelajaran yang tergolong dalam model pembelajaran kooperatif yaitu, Model Student team Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw II, Team Accelerated Instruction (TAI), dan Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC).

STAD (Student Team Achievement Divisions) merupakan model pembelajaran kooperatif dengan lima komponen utama dalam kegiatan pembelajarannya yakni penyajian kelas, kegiatan kelompok, kuis, skor kemajuan dan penghargaan kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan


(47)

salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan kemampuan untuk membantu teman.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa (student centered) dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk berdiskusi (antar ahli), saling membantu satu dengan yang lainnya untuk mempelajari topik yang diberikan (ditugaskan pada mereka). Siswa tersebut kemudian kembali pada kelompok masing-masing (kelompok asal) untuk menjelaskan kepada teman-teman satu kelompok tentang apa yang telah dipelajarinya. Guru mengawasi pekerjaan masing-masing kelompok. Dan jika diperlukan membantu kelompok yang mengalamai


(48)

kesulitan dan memberikan penekanan terhadap topik yang sedang dibahas. Pada akhir pembelajaran diberikan kuis dengan materi yang telah dibahas.

Sedikit berbeda dengan Jigsaw II dalam TAI setidaknya terdapat beberapa langkah, diantaranya: pembagian kelompok, siswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas empat sampai lima orang. Pembentukan kelompok sebaiknya dilakukan oleh guru agar kemampuan siswa dalam kelompok merata. Langkah selanjutnya yakni

pembagian tugas struktur, pembagian tugas untuk masing-masing siswa perlu

dilakukan oleh guru agar tidak terjadi pengelakan tugas. Tanggung jawab bersama,

dengan pemberian tugas kepada masing-masing siswa secara langsung, diharapkan

siswa akan lebih merasa bertanggung jawab bukan hanya atas dirinya sendiri tetapi

juga pada kelompoknya karena keberhasilan kelompok terletak pada keberhasilan

masing-masing individu.

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan

salah satu model pembelajaran koperatif yang terdiri atas delapan komponen yaitu: Teams, merupakan pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberika bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara


(49)

cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Salah satu pertimbangan mengapa peneliti akan meneliti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikarenakan model pembelajaran ini mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah sederhana dan paling mudah dilaksanakan. Selain kelebihan tersebut kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD diantaranya:

a. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada kelompoknya dan posisi semua anggota kelompok adalah setara (Allport dalam Slavin, 2010:103).

b. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2010:105).

c. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak (Slavin, 2010:105).

d. Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2012: 203).


(50)

e. Siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2012: 204).

f. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup.

g. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok.

h. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi.

i. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.

Walaupun model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai banyak kelebihan, tetap saja didalamnya terkandung beberapa kelemahan diantaranya, a. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis.

b. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik.


(51)

c. Mengubah kebiasaan belajar siswa dari mendengarkan/ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu nilai tambah untuk diterapkan dalam proses pembelajaran sedangkan kelemahannya merupakan tugas bagi guru untuk mengatasi kelemahan tersebut.

2.3.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan model

pembelajaran yang paling sederhana dan paling baik bagi guru yang baru menggunakan model pembelajran kooperatif. Dalam model pembelajaran STAD menurut Slavin (2010:143) terdapat lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu dan rekognisi tim.

a. Presentasi Kelas, dalam tahap ini pertama-tama materi yang akan diajarkan disampaikan atau diperkenalkan dalam presentasi kelas. Fase ini hampir sama dengan diskusi atau pengajaran langsung yang dipimpin oleh guru, bedanya presentasi kelas yang dilakukan harus benar-benar berfokus pada unit STAD. b. Tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang heterogen. Fungsi utama

pembentukan tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar serta mempersiapkan anggota tim agar mampu mengerjakan kuis dengan baik.

c. Kuis. Setelah guru selesai memaparkan materi melalui presentasi, siswa akan mengerjakan kuis secara individual.


(52)

d. Skor Kemajuan Individual, tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin kepada tim mereka melalui sistem skor ini.

e. Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor mereka mencapai kriteria tertentu.

Sedangkan Rusman (2012:215-216) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif model STAD terbagi atas enam langkah, yaitu penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian kelompok, presentasi dari guru, kegiatan belajar dalam tim, kuis (evaluasi) dan penghargaan presentasi tim. Langkah-langkah pembelajaran STAD selengkapnya seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran STAD

Langkah Kegiatan Guru

Langkah 1

Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

Langkah 2

Pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa.

Langkah 3

Presentasi dari guru

Guru menyampaikan pelajaran.

Langkah 4

Kegiatan belajar dalam tim

Siswa belajar dalam kelompok, guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok. Selama tim bekeja guru mengamati, membimbing, dan membantu bila dibutuhkan.

Langkah 5 Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.

Langkah 6

Penghargaan presentasi tim

Guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing tim sesuai dengan prestasinya.

Sumber: Rusman (2012:215-216)

Fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan dalam penelitian ini adalah perpaduan antara teori Slavin dengan teori yang diungkapkan


(53)

oleh Rusman, Fase pembelajaran tersebut selengkapnya seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.3 Fase Pembelajaran STAD Fase 1 Penyampaian

tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

Fase 2 Kelompok Siswa dibagi kedalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa.

Fase 3 Presentasi Guru menyampaikan pelajaran

Fase 4 Kuis Siswa mengerjakan kuis secara individual Fase 5 Skor Kemajuan

Individual

Skor pertama diambil dari nilai kuis siswa yang dibandingkan dengan nilai pre-test. Skor kedua diambil dari nilai kuis pertama yang dibandingkan dengan nilai kuis kedua.

Fase 6 Rekognisi Tim Dalam tahap ini tim yang mendapatkan skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan.

2.4 Model Pembelajaran Konvensional (Metode Ceramah)

Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang disampaikan seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi ajar.

Metode ceramah menurut Djamarah dan Zain (2006:97) merupakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Hal senada diungkapkan oleh Sanjaya (2006:147) yang menjelaskan metode ceramah dapat diartikan sebagai cara


(54)

menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

Metode ceramah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, Sanjaya (2006:148) menyebutkan sebagai berikut: 1. Kelebihan Metode Ceramah

a. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.

c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. d. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas.

e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi sederhana. 2. Kelemahan Metode Ceramah

a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.

b. Melalui ceramah, sangat sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan apa belum.

Penelitian ini akan membandingkan model pembelajaran konvensional (metode ceramah) dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Team Achievement Divisions) dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan

efektifitas dari pembelajaran tersebut.

2.5 Kajian Pembelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurna Penutup dan Jurnal Pembalik

2.5.1 Pembelajaran Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa sekolah tingkat SMA/MA atau sederajat. Tujuannya untuk membekali siswa


(55)

dengan berbagai kompetensi dasar akuntansi agar dapat digunakan sebagai bekal melanjutkan studi ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat. Pembelajaran akuntansi di SMA/MA atau sederajat mengkaji materi yang paling dasar, yaitu akuntansi sebagai suatu sistem informasi sampai dengan akuntansi perusahaan jasa dan akuntansi perusahaan dagang.

Banyak tokoh yang mendefinisikan akuntansi, misalnya American Institute of Certified Public Accountant menyebutkan bahwa akuntansi merupakan seni mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas transakasi atau peristiwa yang dilakukan sedemikian rupa dalam bentuk uang, atau paling tidak memiliki sifat keuangan dan menginterpretasikan hasilnya (AICPA dalam Ghozali dan Chariri, 2007:51). Berbeda dengan definisi yang dikemukanan oleh AICPA menurut

American Accounting Association (AAA) akuntansi merupakan proses

mengidentifikasi, mengukur dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan yang benar atau pertimbangan yang benar (AAA dalam Ghozali dan Chariri 2007:52).

Akuntansi merupakan sebuah siklus yang didalamnya terdapat banyak tahap mulai pengidentifikasian, pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran sampai tahap pelaporan dan pengambilan keputusan. Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa sekolah tingkat SMA/MA atau sederajat. Tujuannya untuk membekali siswa dengan berbagai kompetensi dasar akuntansi agar dapat digunakan sebagai bekal


(56)

melanjutkan studi ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat. Pembelajaran akuntansi di SMA/MA atau sederajat mengkaji materi yang paling dasar, yaitu akuntansi sebagai suatu system informasi sampai dengan akuntansi perusahaan jasa dan akuntansi perusahaan dagang.

2.5.2 Pokok Bahasan Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik 2.5.2.1 Jurnal Penutup

Jurnal penutup merupakan jurnal yang digunakan untuk memindahkan saldo akun nominal ke saldo akun ikhtisar laba rugi dan memindahkan saldo ikhtisar laba rugi ke saldo akun modal. Sedangkan menurut Soemarso (2004:134) jurnal penutup merupakan ayat jurnal untuk menolkan saldo akun sementara apabila akan dimulai pencatatan data akuntansi periode berikutnya

Pendapatan akan menambah modal pemilik sedangkan beban dan pengambilan pribadi (prive) akan mengurangi modal pemilik. Pada saat ayat penutup dipindah bukukan maka perkiraan modal akan menyerap dampak dari nilai sisa perkiraan sementara tersebut. Walau demikian, pendapatan dan beban akan dipindahkan terlebih dahulu kedalam perkiraan yang bernama Ikhtisar Laba Rugi, yang akan mengumpulkan jumlah total debet dari seluruh jumlah beban dan total kredit dari seluruh jumlah pendapatan pada periode tersebut. Perkiraan Ikhtisar laba rugi merupakan suatu "tempat penyimpanan" sementara yang akan digunakan pada proses penutupan. Kemudian nilai sisa dari Ikhtisar laba rugi tersebut akan dipindahkan kedalam modal. Langkah-langkah penutupan perkiraan suatu perusahaan adalah sebagai berikut:


(57)

1. Penutupan akun pendapatan

Semua akun pendapatan didebet sebesar saldo akhirnya. Akun ikhtisar laba rugi dikredit dengan jumlah saldo akhor akun-akun tersebut. Dengan pendebetan ini akun-akun pendapatan akan menjadi nol (saldo normal pendapatan adalah kredit). Jurnalnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4

Kolom Jurnal Penutup Akun Pendapatan

Tgl No bukti Keterangan Ref D K

31 Pendapatan Xx

Ikhtisar laba rugi xx

2. Penutupan akun beban

Semua akun beban dikredit sebesar saldo akhirnya. Akun ikhtisar laba rugi didebet dengan jumlah saldo akhir akun-akun tersebut. Dengan pengkreditan ini akun-akun beban akan menjadi nol (saldo normal beban adalah debet).

Tabel 2.5

Kolom Jurnal Penutup Akun Beban

Tgl No bukti Keterangan Ref D K

31 Ikhtisar laba rugi Xx

Beban-beban xx

3. Penutupan akun ikhtisar laba/rugi

Selisih antara jumlah sisi kredit dan debet pada akun ikhtisar laba rugi selanjutnya dipindahkan ke akun modal. Apabila memperolah laba, sisi kredit akun


(1)

Rata-Rata Skor Tim

25

28

Penghargaan Tim

Tim SB

Tim Super

Kelompok Hu (3)

Kemajuan

I

Kemajuan

II

Dany Wahyu

20

30

Kresnu Wahyudho

20

30

Wilda Lutfita

30

20

Indah Wulan Sari

20

30

Khoirul Naim

30

20

Abdul Rokhim

20

30

Total Skor Tim

140

160

Rata-Rata Skor Tim

23

27

Penghargaan Tim

Tim SB

Tim Super

Kelompok He (4)

Kemajuan

I

Kemajuan

II

Ulil Hamam

20

20

Muh Edi G.

30

30

Suhirman

30

30


(2)

Okky Handayani

30

30

Anis Faidhoni

20

30

Total Skor Tim

140

140

Rata-Rata Skor Tim

23

23

Penghargaan Tim

Tim SB

Tim SB

Kelompok Ho (5)

Kemajuan

I

Kemajuan

II

Eni Rahmawati

10

30

Sriyana

20

20

Ahmad Syafi’i

30

30

Zulianto

30

30

Latiful Khakim

20

30

Muhammad Afifuddin

30

30

Total Skor Tim

140

170

Rata-Rata Skor Tim

23

28

Penghargaan Tim

Tim SB

Tim Super

Peringkat Tim:

Peringkat 1: Kelompok Hi (2)

Peringkat 2: Kelompok Ho (5)

Peringkat 3: Kelompok Hu (3)


(3)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 E-1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 2 E-2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 3 E-3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 4 E-4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 E-5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 6 E-6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 E-7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 E-8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 E-9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 E-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 E-11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 E-12 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 E-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 E-14 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 E-15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 E-16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 E-17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 18 E-18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 E-19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 E-20 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 E-21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 E-22 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 E-23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 E-24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 25 E-25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 E-26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 27 E-27 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28 E-28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 E-29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 30 E-30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 31 E-31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 Jumlah 31 29 30 30 31 29 27 29 29 29 30 31 22 31 30 24 26 29 31 31 30 21 30 31 30


(4)

Butir Soal

Y Nilai 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1

28

70

1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1

34

85

0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0

32

80

1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0

28

70

1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1

35

87.5

0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0

28

70

1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0

31

77.5

1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1

32

80

0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1

34

85

1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0

29

72.5

0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0

30

75

1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0

31

77.5

1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1

35

87.5

1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1

33

82.5

1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1

33

82.5

1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1

34

85

1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1

33

85

1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1

33

82.5

1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

34

82.5

1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1

34

85

0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0

32

80

1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1

32

80

1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0

32

80


(5)

1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

38

95

1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1

31

77.5

1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1

34

85

0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0

33

82.5

1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1

36

90

1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1

34

85


(6)

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN LINGKUNGAN

0 9 124

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) DISERTAI DENGAN Penerapan Model Pembelajaran Scramble dan STAD (Student Team Achievement Divisions) Disertai Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa P

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Pada Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Khusus di SMA YAS Bandung.

0 0 35