Analisis Data Deskriptif Metode Analisis Data

Klasifikasi yang ditetapkan oleh Suharsimi menimbulkan kerancuan, sehingga diklasifikasikan indeks kesukaran soal sebagai berikut: a. Soal dengan 0,00P0,30 adalah soal sukar b. Soal dengan 0,30P0,70 adalah soal sedang c. Soal dengan 0,70P1,00 adalah soal mudah Hasil dari uji tingkat kesukaran soal menyatakan bahwa dari 40 soal yang dinyatakan valid, sebanyak 17 soal dengan kategori mudah, 14 soal dengan kategori sedang, dan 10 soal dengan kategori sukar. Rincian distribusi soal berdasarkan tingkat kesukarannya disajikan pada Tabel 3.10, Tabel 3.10 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal Tingkat Kesukaran Soal Nomor Soal Mudah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 20, 21 , 24, 25 Sedang 5, 7, 13, 17, 18, 19, 23, 25, 30, 31, 33, 36, 38, 39 Sukar 22, 26, 27, 28, 29, 32, 34, 35, 37, 40 Sumber: Data penelitian yang diolah tahun 2013 lampiran 23

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan data non tes yaitu hasil pengamatan aktivitas siswa. Data hasil observasi disajikan untuk melihat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah diterapkan dengan baik apa belum pada pembelajaran akuntansi pokok bahasan jurnal penutup dan jurnal pembalik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar pengamatan, dengan pengamatan secara klasikal pada aktivitas siswa kemudian diklasifikasi dan diskoring. Menurut Sudjana 2002:47 menyatakan bahwa dalam menentukan banyak kelas interval yang sering diambil paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas, dipilih menurut keperluan. Dalam kriteria keaktivan kelas pada penelitian diambil 5 kelas. Adapun klasifikasi dan skoring sebagai berikut: 1 = Tidak aktif 2 = Kurang aktif 3 = Cukup aktif 4 = Aktif 5 = Sangat aktif Skor yang telah diperoleh kemudian dihitung untuk mendapatkan nilai persentase yang akan menunjukkan kriteria keaktifan siswa. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Keterangan: Persentase = tingkat persentase yang dicapai n = nilai yang diperoleh N = jumlah seluruh nilai Deskripsi persentase yang diperoleh digunakan untuk menentukan kriteria keaktifan siswa, sehingga dibuat tabel kriteria yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Menentukan persentase skor maksimal dengan rumus sebagai berikut: Nilai = x 100 Nilai = x 100 = 100 2. Menentukan persentase skor minimal Nilai = x 100 Nilai = x 100 = 20 3. Menentukan rentang persentase yang diperoleh dengan cara mengurangi persen tertinggi dengan persen terendah, yaitu 100 - 20 = 80. 4. Menetapkan interval kelas persentase. Interval dapat diperoleh dengan membagi rentang dengan jumlah jenjang skor yang telah ditetapkan. sehingga dapat diperoleh: 80 : 5 = 16 Pada penelitian ini, skor maksimal 100, interval 16 dan skor minimal 20. Jika dibuat kriteria keaktifan siswa dengan menggunakan interval presentase lima kelas skor maksimalnya tidak bisa mencapai 100, yaitu hanya mencapai 99. Sehingga dalam penentuan skor tertinggi agar bisa mencapai 100 harus ditambah 1 angka. Intervalnya juga ditambah 1 menjadi 17, sehingga skor minimalnya menjadi 16, bukan 20. Tabel 3.9 Kriteria Keaktifan Siswa No. Interval Persentase Kriteria 1. 16 - 32 Tidak Aktif 2. 33 - 49 Kurang Aktif 3. 50 - 66 Cukup Aktif 4. 67 - 83 Aktif 5. 84 - 100 Sangat Aktif Sumber : data penelitian diolah tahun 2013Sudjana, 2002:51 Mulyasa 2007:256 menyebutkan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75 siswa terlibat aktif baik fisik, mental maupun sosial serta menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat yang besar dan rasa percaya diri. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa diharapakan siswa aktif dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran siswa akan menarik.

3.7.2 Analisis Data Hasil Belajar Sebelum Perlakuan Pre Test

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN LINGKUNGAN

0 9 124

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) DISERTAI DENGAN Penerapan Model Pembelajaran Scramble dan STAD (Student Team Achievement Divisions) Disertai Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa P

0 0 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Pada Mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Khusus di SMA YAS Bandung.

0 0 35