81
1. Imbalan Dalam Melaksanakan Pekerjaan Exixtence
NeedKebutuhan Akan Keberadaan
Untuk mengetahui tingkat terpenuhinya kebutuhan anggota, maka peneliti memberikan pertanyaan pada nomor 15 yaitu : “Apakah anda
diberikan imbalan dalam melaksanakan pekerjaan organisasi sehingga anda dapat memenuhi kebutuhan hidup anda?” Adapun alternative
jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut : a.
Ya b.
Kadang-kadang c.
Tidak Adapun lebih jelasnya mengenai imbalan dalam melaksanakan
pekerjaan organisasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL XVI PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI IMBALAN DALAM
MELAKSANAKAN PEKERJAAN ORGANISASI SEHINGGA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUPNYA
n = 35 No.
Jawaban Responden Jumlah
1 Ya
3 8,6
2 Kadang-kadang
29 82,8
3 Tidak
3 8,6
Jumlah 35
100,0 Sumber : Daftar pertanyaan nomor 15.
Berdasarkan hasil data diatas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab “ya” mengenai imbalan dalam melaksanakan pekerjaan
82
organisasi sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sebanyak 82,8. Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar reponden
kurang terpenuhi kebutuhannya melalui imbalan dalam melaksanakan pekerjaan organisasi di DPN PIM SSMP.
Dari hasil pengamatan, lembaga ini belum memiliki donatur tetap dari dalam segi pendanaan. Hal ini yang menjadikan gerak lembaga ini
kurang seimbang bila dibandingkan dengan usaha-usaha yang akan dilakukan yang notabene membutuhkan biaya yang besar. Pendanaan
secara swadaya tidak akan dapat mencukupi kebutuhan dari organisasi, sehingga perlu solusi lain yang bersifat cepat, sebab kendala dana dapat
menjadi masalah yang sangat signifikan dalam organisasi. Menurut Sudarwan Danim :
“Persepsi umum yang berbentuk selama ini, bahwa insentif itu berwujud materi, semi materi, atau bukan materi. Insentif tidak selalu
berwujud pamrih atau imbalan, semisal barang atau uang, karena insentif yang diterima individu dapat berupa keuntungan atau
hukuman. Jadi, ada insentif negative dan ada pula insentif positif, dimana sebutan yang terakhir ini yang paling lazim. Insentif harus
diberikan secara tepat, proporsional dan dalam banyak hal mereferensi pada keselarasan antara hak dan kewajiban. Insentif ini dapat pula
berupa kesesuaian apresiasi antara kesalahan dengan hukuman”
105
Sementara menurut Equity Theory Adam, dalam Donovan, 2001, anggota menganggap partisipasi mereka di tempat kerja sebagai proses
barter, dimana mereka memberikan kontribusi seperti keahlian dan kerja keras mereka, dan sebagai gantinya mereka mengharapkan hasil kerja
baik berupa gaji ataupun pengakuan.
105
Sudarwan Danim, Op.Cit. Hal 8
83
Dari pengamatan selama penelitian, diketahui bahwa imbalan di DPN PIM SSMP saat ini masih terbatas, sehingga saat ini lembaga lebih
banyak memberikan hasil kerja berupa pengakuan dan penghargaan kepada anggota. Dana yang diperoleh dari iuran anggota masih sangat
minim untuk memenuhi kebutuhan dari anggota. Dari data dan pengamatan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
anggota merasa kurang terpenuhi kebutuhan hidupnya melalui imbalan dari organisasi, hal itu dapat diketahui dari jawaban responden yang
menjawab kadang-kadang sebanyak 82,8.
2. Fasilitas Kerja Exixtence NeedKebutuhan Akan Keberadaan
Untuk mengukur kebutuhan akan keberadaan, peneliti memberikan pertanyaan pada nomor 16 yaitu : “Apakah anda didukung dengan
fasilitas yang cukup selama bekerja ? Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Adapun lebih jelasnya mengenai fasilitas kerja, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
84
TABEL XVII PENDAPAT RESPONDEN MENGENAI FASILITAS KERJA
n = 35 No.
Jawaban Responden Jumlah
1 Ya
4 11,4
2 Kadang-kadang
31 88,6
3 Tidak
Jumlah 35
100,0 Sumber : Daftar pertanyaan nomor 16.
Hasil data menyebutkan bahwa 88,6 responden menjawab kurangnya fasilitas dalam bekerja. Dari pengamatan peneliti, hal ini
disebabkan karena pendanaan untuk pengadaan fasilitas masih minim, sehingga fasilitas pun harus dilakukan secara swadaya disetiap
kepengurusan. Hal ini terlihat dari minimnya fasilitas kerja di sekretariatan.
Setiap anggota organisasi pasti akan mengharapkan fasilitas dari organisasi yang memadai, sehingga anggota merasa nyaman dalam
bekerja. Namun demikian, dengan keterbatasan yang ada, maka keinginan untuk mendapatkan fasilitas kerja yang lebih sederhana
menjadi meningkat. Pemberian fasilitas seharusnya dilakukan oleh organisasi walaupun seminim apapun agar mendorong anggota dalam
bekerja. Minimnya fasilitas mengakibatkan gairah kerja anggota tidak maksimal, dalam teori ERG menyatakan bahwa : “jika untuk mencapai
pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi sulit dicapai, maka keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih rendah menjadi meningkat”.