yang dipuja, pembasmi segala kotorandan pengusir roh jahat, dan sebagai saksi upacara.
6. Sesaji, berupa buah-buahan. Sebelum dimanfaatkan dalam kemasan pariwisata, sesaji yang
ada pada saat upacara hanya berupa buah-buahan sederhana sesuai kemampuan yang ada di masyarakat. Menurut Suwardi, ”Sekarang kita
dapat anggaran saking pemerintah untuk persiapan sesaji, buat pajegannya buah-buahan yang disususun secara megah, biasanya
ditancapkan paga pohon pisang yang masih kecil-red, ya beda dari sebelumnya dulu. Ya kalau ubarampe lainnye hampir sama, bedanya
nggih sesaji pajeganipun”.
b. Persembahyangan
Persembahyangan dilaksanakan tepat pada hari Sabtu Legi Saniscara Umanis.
1. Pemujaan Pemujaan dilakukan oleh pemangku. Menurut keterangan
Suwardi, ”Ini bisa satu sampai dua jam. Untuk umat sendiri diisio ngidung-ngidung”.
Berdasar pengamatan
penulis, untuk
mengurangi kejenuhan dari umat, seusai pemujaan oleh pemangku maka disajikan tari-tarian yang biasanya didatangkan oleh Dinas
Pariwisata Kabupaten Karanganyar. 2. Sembahyang
a. Asana artinya mengatur sikap tubuh
b. Karasodana artinya pensucian seluruh anggota tubuh secara spiritual
c. Pranayama artinya mengatur nafas d. Trisandya yaitu mantram pemujaan kepada Tuhan
e. Panca Sembah 3. Matirtha
Adapun tirtha yang digunakan setelah selesai sembahyang adalah tirtha wangsuh pada Ida Bhatara. Tirtha ini dipercikan di kepala,
diminum dan dipakai mencuci muka. Hal ini dimaksudkan agar pikiran dan hati orang menjadi bersih dan suci, yaitu bebas dari
segala kekotoran, noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya. Kebersihan dan kesucian hati adalah pangkal ketenangan,
kedamaian dan kebahagiaan lahir bathin. 4. Mawija
Mawija atau mabija dilakukan setelah usai mathirta, yang merupakan
rangkaian terakhir
dan suatu
upacara persembahyangan. Mawija mengandung makna menumbuh-
kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri orang. Benih itu akan bisa tumbuh dan berkembang apabila ladangnya bersih dan suci,
maka itu mewija dilakukan setelah mathirta Pada tahap inilah upacara ritual yang dilaksanakan di pura yakni
Puri taman saraswati, Komplek Candi Ceto dimana Pemerintah Kabupaten Karanganyar ikut mengambil peran di dalamnya dengan
mamanfaatkan pelaksanaan upacara dalam kemasan pariwisata. Atraksi yang mengambil tema tentang Saraswati ditampilkan pada
acara seremonial, misalnya tari Dewi Saraswati, pementasan reog.
c. Banyu Pinaruh
Sehari setelah hari raya Saraswati yaitu pada hari Minggu Paing wuku Sinta disebut Banyu Pinaruh. Pada hari ini barulah upacara Saraswati
berakhir dengan tata cara sebagai berikut: - Asuci laksana yaitu pada pagi hari umat melaksanakan
pensucian diri yaitu mandi dan keramas dengan air kumkuman air berisi bunga-bunga wangi
- Setelah selesai asuci laksana, kemudian menghaturkan nasi pradnyan, jamu sadrasa dan air kumkuman sebagai pasucian.
Dilanjutkan dengan nunas air kumkuman lalu sembahyang dan matirta.
- Terakhir nunas labaan Saraswati yaitu nasi pradnyan dan loloh. Setelah itu barulah upacara selesai. Adapun makna simbul dari
nasi pradnyan itu adalah sebagai lambang kepintaran, dengan makan
surudan nasi
pradnyan seseorang
diharapkan mendapatkan kepradnyanan atau kepintaran. Sedangkan minum
loloh merupakan lambang bahwa rasa pahit menyebabkan sehat dan bahagia. Jadi hal-hal yang pahit atau sukar dihadapi waktu
menuntut pengetahuan pada akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan.
C. Kebijakan Pariwisata dalam Pengembangan Candi Ceto