Upacara Religi BUDAYA DAN UPACARA RELIGI

b. Rukun

Yaitu keadaan yang selaras tanpa perselisihan dan pertentangan, bersatu dalam maksud untuk saling membantu, musyawarah, gotong royong, tidak melanggar tata tertib, bijaksana yaitu selalu menggunakan akal budinya atau pengalaman dan pengetahuannya.

3. Upacara Religi

Pandangan hidup orang Jawa terbentuk dari gabungan alam pikir Jawa tradisional, kepercayaan Hindu atau filsafat India dan ajaran tasawuf atau mistik Islam Purwadi,2005:3. Salah satu wujud pandangan hidup orang Jawa direpresentasikan melalui upacara religius. Penjelasan ini perlu dipahami dari pengertian religi. Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara S.J. dalam Herusatoto,2004:190 mendefinisikan agama adalah penyerahan diri manusia kepada Tuhan, dalam keyakinan bahwa manusia tergantung pada Tuhan, bahwa Tuhanlah yang memberi keselamatan sejati pada manusia, bahwa manusia dengan kekuatannya sendiri tidak akan mampu untuk memperoleh keselamatan itu dan karenanya ia menyerahkan diri kepada-Nya. Sedangkan Prof. Dr. Koentjaraningrat memakai istilah ”religi” untuk menyebut istilah agama karena dianggap lebih netral. Sistem religi merupakan suatu agama, hanya bagi penganutnya. Sistem religi Islam merupakan agama hanya bagi anggota umat Islam. Sistem religi Hindu merupakan suatu agama bagi umat Hindu, dan sebagainya. Prof. Dr. Koentjaraningrat dalam bukunya Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan 2004:144-145 menyebutkan bahwa setiap religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1. Emosi keagamaan Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius. Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakkan jiwa manusia. Proses ini terjadi apabila manusia dimasuki cahaya Tuhan. Getaran jiwa yang disebut emosi keagamaan tadi bisa dirasakan seorang individu dalam keadaan sendiri. Suatu aktivitas religius dapat dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sunyi senyap. Seseorang bisa berdoa, bersujud atau melakukan salat sendirian dengan penuh khidmat dalam keadaan terhinggapi oleh emosi keagamaan, dimana ia akan membayangkan Tuhan, Dewa, roh atau lainnya. Wujud dari yang dibayangkan tadi ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan yang lazim hidup dalam masyarakat dan kebudayaannya, dan selanjutnya kelakuan-kelakuan keagamaannya juga akan dijalankannya menurut adat yang lazim berlaku. 2. Sistem keyakinan Sistem keyakinan yang mengandung keyakinan dan bayangan manusia tentang sifat Tuhan, tentang wujud dari alam gaib, berbagai hal supernatural, dan juga tentang hakekat hidup dan mati. Keyakinan- keyakinan itu biasanya diajarkan kepada manusia dari buku-buku suci agama yang bersangkutan, ataupun dari mitodologi dan dongeng- dongeng suci yang hidup dalam masyarakat. Sistem kepercayaan erat hubungannya dengan sistem upacara keagamaan, penentuan tata urutan unsur-unsur, acara serta rangakaian alat-alat yang dipakai dalam suatu upacara. 3. Sistem upacara religius Sistem upacara religius yang bertujuan untuk mencari hubungan antara manusia dan Tuhan, dewa-dewa atau makluk halus yang ada di alam gaib. Sistem upacara keagamaan ini melaksanakan, melambangkan, berbagai konsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan merupakan wujud kelakuan atau pengejawantahan agama. Seluruh sistem upacara itu terdiri dari anekaragam upacara-upacara yang bersifat harian, musiman atau kadangkala. Masing-masing upacara terdiri dari kombinasi berbagai unsur upacara seperti berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, menari, drama suci, berpuasa, bersemedi, dan bertapa. Upacara-upacara dan tata urutan unsur-unsur tersebut sudah tentu buatan manusia dahulu kala, dan merupakan ciptaan akal manusia.apalagi peralatan upacara seperti gedung pemujaan, masjid, gereja, pagoda, patung-patung dewa. Semua itu adalah bagian dari kebudayaan. Walaupun demikian upacara keagamaan belum lengkap kalau tidak dihinggapi dan dijiwai emosi keagamaan. Di sinilah masuk komponen pertama yaitu cahaya Tuhan yang membuat upacara itu menjadi suatu aktivitas yang keramat. 4. Kelompok keagamaan umat atau kesatuan sosial Kelompok keagamaan atau kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan dan yang melakukan sistem upacara-upacara keagamaan, yaitu terdiri dari: a. Keluarga inti atau kelomok kekerabatan kecil lainnya b. Kelompok-kelompok kekerabatan yang lebih besar seperti keluarga luas, keluarga unilineal seperti klan, suku, marga, dadia, dan lain- lain. c. Kesatuan komunitas seperti desa, gabungan desa, dan lain-lain. d. Organisasi-organisasi keagamaan seperti organisasi penyiaran agama, organisasi sangha, organisasi gereja, partai politik yang berdasarkan ideologi keagaamaan, gerakan keagaaan, orde-orde rahasia dan sebagainya. Kelompok-kelompok dan kesatuan sosial seperti itu biasanya berorientasi pada sistem kepercayaan agama yang bersangkutan, dan upacara berulang untuk sebagian atau keseluruhannya, berkumpul untuk melakukan sistem upacaranya. Keempat komponen tersebut sudah tentu terjalin erat satu dengan yang lain menjadi suatu sistem yang terintegrasi secara bulat. Berdasar uraian diatas maka jelaslah upacara religi merupakan bagian yang sangat penting sebagai penghubung antara komunikasi alam manusia dan komunikasi lahir batin dan tidak mungkin dihilangkan.

4. Komunikasi Budaya

Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

UPACARA RELIGI DAN PEMASARAN PARIWISATA STUDI TENTANG KOMODIFIKASI TABOT DI PROPINSI BENGKULU

4 36 154

Strategi Komunikasi Pemasaran Pariwisata Oleh Komunitas Travelling Dalam Mengembangkan Pariwisata di Sumatera Utara

0 39 193

KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA JEPARA Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata Jepara (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara).

0 1 15

PENDAHULUAN Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata Jepara (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara).

0 2 54

KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA JEPARA (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata Jepara (Studi Deskriptif Kualitatif Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu Pariwisata oleh D

0 0 15

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA Nilai Pendidikan Religi Pada Upacara Selapanan Dalam Tradisi Adat Jawa (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten).

0 1 15

NILAI PENDIDIKAN RELIGI PADA UPACARA SELAPANAN DALAM TRADISI ADAT JAWA Nilai Pendidikan Religi Pada Upacara Selapanan Dalam Tradisi Adat Jawa (Studi Kasus di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten).

0 1 14

KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN OLEH DINAS KEBUDAYAAN, KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN OLEH DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KLATEN.

0 0 16

AKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PARIWISATA NGARGOYOSO (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Aktivitas Komunikasi Pemasaran Pariwisata Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar yang dilakukan Oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Karanganyar Tahun 2016).

0 0 135