Tanda-tanda kegagalan aliran Frankfurt membawa para ahli yang menganut aliran tersebut beralih mengandalkan kemampuan
superstuktur, terutama dalam wujud media massa, guna menggantikan proses sejarah perubahan ekonomi. Budaya massa yang komersial dan
universal merupakan sarana utama yang menunjang tercapainya keberhasilan monopoli modal tersebut. Seluruh sistem produksi
barang, jasa, dan ide yang diselenggarakan secara massal membuka kemungkinan diterimanya sebagian atau seluruh sistem kapitalis
dengan ketergantungannya pada rasionalitas teknologi, konsumerisme, kesenangan jangka pendek dan mitos ”tanpa kelas’. Komoditas
merupakan alat utama dalam proses tersebut.
b. Pendekatan Post Strukturalis
Penekanan pada pendekatan post strukturalis adalah studi-studi tentang kajian budaya Cultural Studies. Studi-studi budaya
melibatkan penelitian tentang cara-cara budaya dihasilkan melalui perjuangan antara ideologi-ideologi. Teori budaya Marxis khususnya
Mazhab Frankfurt melihat tradisi studi budaya bersifat reformis dalam orientasinya. Kebudayaan sebagai fenomena yang lebih independent,
bukan semata-mata refleksi atau representasi sistem ekonomi namun benar-benar tampak beroperasi secara independen dari ekonomi. Citra
ini terutama untuk mendapatkan efek yang mempengaruhi imajinasi dan perilaku masyarakat Agger,2003:249. Ilmuwan ingin melihat
perubahan-perubahan dalam masyarakat barat dan memandang ilmu
mereka sebagai sebuah perjuangan budaya sosialis. Mereka meyakini bahwa perubahan tersebut terjadi melalui dua cara:
1. Melalui identifikasi kontradiksi dalam masyarakat, resolusi yang akan mengarah pada perubahan positif dan bukannya menekan
2. Memberikan interpretasi yang akan membantu orang memahami dominasi
dan jenis-jenis
perubahan yang
dikehendaki Littlejohn,2001:217.
Studi komunikasi massa adalah sentral bagi penelitian ini, karena media dipandang sebagai alat yang kuat dari ideologi dominan. Media
memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah kelas, kekuasaan, dan dominasi. Tapi kita harus
berhati-hati dalam menginterpretasikan studi budaya karena media merupakan kumpulan kekuatan institusional yang jauh lebih besar.
Ada dua definisi budaya dalam “studi-studi budaya”. Pertama adalah pemikiran-pemikiran yang sama dimana masyarakat bersandar,
atau cara-cara kolektif dimana suatu kelompok memahami pengalamannya. Kedua adalah praktek-praktek atau keseluruhan cara
hidup dari suatu kelompok, apa yang dilakukan secara materiil oleh individu dari hari ke hari. Kedua pengertian budaya ini tidak dapat
dipisahkan, karena ideologi suatu kelompok diproduksi dan direproduksi dalam praktek-prakteknya.
Teori budaya
menyatakan bahwa
masyarakat kapitalis
didominasi oleh ideologi tertentu dari elit. Bagi pekerja di masyarakat
ideologi yang dominan itu tidak nyata karena ia tidak merefleksikan kepentingan mereka. Sebaliknya ideologi yang dominan itu terlibat
dalam sebuah hegemoni menentang kelompok yang tidak berdaya. Meskipun demikian, hegemoni selalu merupakan proses mengalir, apa
yang oleh Hall Littlejohn,2001:218 disebut sebagai suatu keadaan temporer dalam sebuah “arena perjuangan”. Oleh sebab itu kita harus
“berfikir tentang masyarakat sebagai formasi yang kompleks, bisa bertentangan, selalu spesifik secara historis”. Dengan kata lain,
perjuangan antara ideology-ideologi yang saling bertentangan senantiasa berubah.
Institusi sosial seperti pendidikan, agama, dan pemerintah saling berhubungan dalam cara-cara yang mendukung ideologi dominan,
sehingga menyulitkan penolakan. Yang terpenting adalah hubungan antara infrastruktur dan suprastruktur. Infrastruktur kadang dirujuk
sebagai “basis” atau pengaturan ekonomi dasar dari suatu masyarakat, termasuk
gedung-gedung, sistem
moneter, permesinan,
dan sebagainya. Suprastruktur terdiri dari institusi kemasyarakatan.
Hubungan pasti antara suprastruktur dan infrastruktur masih diperdebatkan.
Teori Marxis awal mengajarkan bahwa infrastruktur basis sumber daya ekonomi menentukan suprastruktur. Tetapi dalam studi-
studi budaya, hubungan tersebut diyakini sebagai sesuatu yang lebih kompleks.
Kekuatan-kekuatan dari
masyarakat dianggap
overdetermined atau disebabkan oleh berbagai sumber. Oleh sebab itu, infrastruktur dan suprastruktur bisa saling bergantung. Karena
kompleksnya hubungan sebab akibat dalam masyarakat, tidak ada kondisi-kondisi tertentu yang dibutuhkan untuk memunculkan suatu
hasil tertentu.
2. Ideologi sebagai Distorsi Realitas